Topswara.com -- Ya Nabi maklum hamba manusia biasa
Bukan dari darah keturunan nabi
Kecuali masih dari bani anak Adam
Bukan manusia yang tersingkir hanya hamba yang fakir
Cukup menjadi kegelisahan dalam jiwa
Mengisi tangki cinta atas nama baginda nabi
Hati seolah kosong melompong
Separuh hati masih terbagi-bagi
Cukup gelisah jiwa hati ini
Jalan sunyi sufi telah hamba susuri
Sulit rasanya melepaskan diri dari hiruk pikuk dunia
Tatkala nasib umatmu dalam kondisi tak baik-baik saja
Cukup gelisah pikir dalam hati
Jalan filusufi telah hamba pilih
Tambah pusing terlalu banyak teori tanpa aksi
Tatkala filsafat malah menjauhkan hamba dari umat
Cukup gelisah perasaan jiwa
Ratusan pengajian dan tabligh akbar hamba hadiri
Mulai dari dai kondang yang lucu dan kyai yang bertaji
Sayangnya belum menggugah jiwa untuk bergerak merubah kondisi umat
Cukup gelisah batin ini
Lelaku thariqat hamba mencoba terikat
Meniti jalan pencari Tuhan menuju puncak kedekatan
Syahdan hamba tidak khusyuk melihat boboroknya sistem kehidupan
Cukup gelisah menggugah dalam rasa
Hidup bermodal shalawat berharap selamat
Tak jua hamba mampu membersihkan pemikiran yang sudah berkarat
Tatkala sekularisme telah hidup berakar dan berurat
Cukup gelisah menggetarkan raga
Ideologi selain Islam mencengkeram umat manusia
Betul hamba masih beragama
Alhasil beragama hanya di ruang gelap yang penuh pengap
Cukup gelisah denga tingkah pola hamba
Gaya hidup bebas pun diturut
Kadang kala sadar kadang kala larut
Separuh jiwa mencintaimu separuh jiwa menduakanmu
Ya Nabi, kegelisahan hamba ini bagaimana terobati?
Cukupkah pada level ma'rifat hingga hamba pun dekat?
Cukupkah pada level hakikat hingga hamba tahu untuk mendekat?
Cukupkah pada level syariat hingga hamba menjadi taat?
Cukup gelisah ingin melontarkan isi semua
Senyampang kesempatan dialog bersamamu
Dalam ruang esensi puisi ini
Sedikit goresan biar lebih berkesan
Oleh: Hanif Kristianto
Analis Politik dan Media
0 Komentar