Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Antara Politik dan Agama


Topswara.com -- Kegaduhan menjelang pemilu selalu ada, bahkan makin mendekati pemilu suara untuk menjatuhkan lawan makin memanas.

Seperti yang dilansir dari REPUBLIKA.CO.ID terkait pernyataan Menag (Menteri Agama) Yaqut Cholil Qoumas yang menghimbau masyarakat agar tidak memilih pemimpin yang memecah belah umat.

Disamping itu Yaqut pun juga meminta masyarakat tidak memilih calon pemimpin yang menggunakan agama sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan. Dan pernyataan tersebut disampaikan Yaqut ketika menghadiri Tabligh Akbar Idul Khotmi Nasional Thoriqoh Tijaniyah ke-231 di pondok Pesantren Az-Zawiyah, Tanjong Anom, Garut, Jawa Barat (3/9/2023) lalu.

Dan tentu pernyataan Yaqut tersebut menuai kontra di masyarakat dan menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir justru mewanti-wanti agar para tokoh politik tidak menciptakan konfrontasi antara nilai keagamaan dan nasionalisme pada Pemilu 2024.

Haedar menyatakan Indonesia sudah beberapa kali melaksanakan pemilu jadi semestinya bangsa ini mampu bersikap lebih dewasa dan matang untuk menghindari permusuhan dan kebencian.

Sedangkan menurut pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menyatakan bahwa pernyataan dari Menag justru malah menimbulkan kontroversi dan memicu perpecahan di antara masyarakat.

Ujang juga menghimbau agar para pejabat termasuk para menteri tidak perlu membuat pernyataan yang tidak perlu dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan di antara perbedaan politik.

Dan kalau perhatikan, ungkapan Menag tersebut justru menyesatkan umat dan membahayakan umat karena agama dituduh sebagai alat politik. 

Bahkan sikap Menag tersebut hanya menunjukkan pandangan bahwa negeri yang mayoritas beragama muslim ini memang sekuler yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Untuk urusan kehidupan dunia seperti politik, agama tidak boleh turun tangan.

Padahal di dalam Islam, politik tidak dapat dipisahkan dari agama karena agama harus dijadikan landasan dalam menentukan arah politik negara. Jadi politik adalah bagian dari ajaran agama Islam.

Dan perlu kita pahami makna politik dalam sistem Islam dan kapitalisme sangat berbeda. Politik dalam sistem kapitalisme selalu identik dengan kekuasaan. Maka wajar ketika ada ungkapan politik itu kotor karena kekuasaan yang ingin diraih menghalalkan segala cara tidak memandang halal dan haram.

Sedangkan politik dalam pandangan Islam adalah kepengurusan urusan masyarakat. Jadi ketika ingin melayani masyarakat maka butuh kepada sistem politik Islam yakni mengurusi urusan masyarakat berdasarkan aturan Islam yang bersumber dari Al Qur'an dan Sunnah.

Dengan pengertian di atas maka politik merupakan bagian dari ajaran Islam. Dan dengan politik tatanan kehidupan masyarakat akan tercipta masyarakat yang sejahtera karena semua di atur oleh Islam.

Wallahu alam


Zulia Adi K, S.E.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar