Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tips Tabah Menghadapi Musibah


Topswara.com -- Rasulullah SAW bersabda, “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang Mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya” (HR Imam Muslim). 

Mengendalikan hati untuk bersabar/tabah dalam menghadapi musibah tentu saja tidak mudah. Bagi yang kesulitan menghadapinya, kiat di bawah ini semoga dapat membantu. 

𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂, 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒎𝒂𝒕 𝒊𝒔𝒕𝒊𝒓𝒋𝒂’ (𝒌𝒆𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏). Begitu ada sesuatu yang menyusahkan diri kita janganlah memaki, atau mengeluh tetapi langsung ucapkan 𝐼𝑛𝑛𝑎 𝑙𝑖𝑙𝑙𝑎ℎ𝑖 𝑤𝑎 𝑖𝑛𝑛𝑎 𝑖𝑙𝑎𝑖ℎ𝑖 𝑟𝑎𝑗𝑖𝑢𝑢𝑛 (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita kembali). 

𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂, 𝒑𝒂𝒉𝒂𝒎𝒊 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒏𝒂𝒏𝒚𝒂. Ibarat tukang parkir, dia menyadari benar bahwa dirinya hanya bertugas menjaga kendaraan. Mobil yang diparkir itu bukan miliknya, maka ketika pemiliknya mengambil kembali mobil tersebut tukang parkir itu rela, lapang dada. 

Begitu juga kita, semua yang ada pada kita adalah milik Allah, bahkan diri kita sendiri adalah kepunyaan-Nya. Bila yang punya mengambil kembali miliknya, jangan lupa tukang parkir ℎ𝑒… ℎ𝑒… maksudnya jangan lupa itu semua milik Allah, dan bila Allah mengambilnya kembali ya kita harus rela dan berlapang dada.

𝑲𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂, 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒎𝒂𝒕 𝒊𝒔𝒕𝒊𝒓𝒋𝒂’ 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒎𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒎𝒂𝒕 𝒊𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝑺𝑾𝑻 𝒇𝒊𝒓𝒎𝒂𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑨𝒍-𝑸𝒖𝒓’𝒂𝒏 𝑺𝒖𝒓𝒂𝒉 𝒂𝒍-𝑩𝒂𝒒𝒂𝒓𝒂𝒉 𝒂𝒚𝒂𝒕 156. Kalimat itu pula yang Rasulullah SAW ucapkan ketika tertimpa musibah. Bukan hanya musibah besar tetapi sekadar lampu minyak mati pun Rasulullah SAW mengucapkannya. 

Coba bayangkan? Kita berada di barisan yang sama dengan Rasulullah SAW, ucapan kita pun sama ketika ditimpa musibah, baik besar maupun kecil yakni 𝐼𝑛𝑛𝑎 𝑙𝑖𝑙𝑙𝑎ℎ𝑖 𝑤𝑎 𝑖𝑛𝑛𝑎 𝑖𝑙𝑎𝑖ℎ𝑖 𝑟𝑎𝑗𝑖𝑢𝑢𝑛.

𝑲𝒆𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕, 𝒔𝒂𝒅𝒂𝒓𝒊𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒖𝒔𝒊𝒃𝒂𝒉 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒖𝒋𝒊𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒏𝒂𝒊𝒌 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒔 𝒌𝒆𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒑𝒖𝒔 𝒅𝒐𝒔𝒂. Dari Mush’ab bin Sa’id dari ayahnya, ia berkata, “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau SAW menjawab, “Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa” (HR Tirmidzi).

Jadi sebenarnya musibah yang menimpa kita adalah ujian yang beratnya sudah terukur. Ibarat sekolah, tentu saja anak SD dengan SMA soal ujiannya berbeda. Dan si pembuat soal ujian sudah mengukur bahwa ujian tersebut sebenarnya mampu dihadapi. Bila lulus tentu naik kelas alias dihapus dosanya.

Semoga kita semua termasuk orang Allah mudahkan untuk selalu tabah dalam setiap ujian yang diberikan-Nya. 𝐴𝑎𝑚𝑖𝑖𝑛.[]


Oleh: Joko Prasetiyo
Jurnalis
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar