Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tawuran Membudaya, Sebab Pemuda Dijauhkan dari Agama?


Topswara.com -- Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil.”

Pemuda sejatinya berada di fase prime time sebab terkumpul padanya potensi dan kekuatan di antara dua kelemahan sebagaimana dalam firman-Nya dalam QS. Ar-Rum ayat: 54. 

Namun, sayangnya, banyak pemuda yang justru menyia-nyiakan potensi dan kekuatan di masa mudanya ini dengan berbuat onar dan kerusakan. 

Tawuran Kian Membudaya

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2021 saja ada 188 desa/kelurahan di seluruh Indonesia yang menjadi arena perkelahian massal antar pelajar atau mahasiswa (databoks.katadata.co.id, 28 Maret 2022).  

Masalah tawuran pelajar ini tampak tidak mereda. Di awal tahun ini saja, diberitakan sejumlah aksi tawuran pelajar. 

Polres Metro Depok dalam periode 23 Maret-14 April 2023 mengamankan 367 orang pelaku tawuran yang rata-rata masih berstatus pelajar. Tercatat 63 kali tawuran terjadi di 11 kecamatan di Kota Depok. Polisi menyita puluhan bilah senjata tajam seperti celurit, pedang, samurai, golok, dan gunting (jabar.antaranews.com, 14 April 2023).

Di Tangerang, 69 pelajar dari dua sekolah yang berbeda diamankan kepolisian karena akan tawuran di hari pertama masuk sekolah. (www.beritasatu.com, 18 Juli 2023). Selang beberapa hari, di kota yang sama, tawuran dua kelompok pelajar terjadi hingga seorang pelajar terluka parah karena terkena sabetan senjata tajam (tangerangnews.com, 23 Juli 2023)

Akar Permasalah Tawuran Pelajar 

Dengan berulang dan banyaknya fakta masalah, sudah sewajarnya tawuran pelajar dievaluasi sebagai masalah sistemis. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA menerangkan bahwa pemuda rentan terlibat tawuran sebab masih dalam fase pencarian jati diri dan ingin eksis. Karena itulah, kontrol diri mereka lemah dan sulit merespons tekanan dari teman maupun pengaruh media (republika.co.id, 28 Maret 2023). 

Jadi, meski berusia balig, banyak dari mereka tidak memiliki tujuan dan tuntunan hidup yang jelas. Akibatnya, mereka tak berpikir panjang, tidak paham akan konsekuensi dari perbuatannya. Demi eksistensi dan pengakuan dari sebayanya, mereka nekad melakukan perbuatan yang nyata merugikan bahkan membahayakan nyawanya dan orang lain. 

Dikutip dari www.unesa.ac.id (14 Desember 2022), Nurchayati S.Psi., M.A., Ph.D, dosen Psikologi dari Universitas Negeri Surabaya juga menambahkan bahwa gim merupakan salah satu penyebab anak muda terlibat dalam aksi kekerasan seperti tawuran. 

Menurut laporan We Are Social, pada awal 2022, Indonesia merupakan negara dengan pemain video game terbanyak ke-3 di dunia. Jenis gim yang dimainkan remaja bahkan anak-anak ini mengandung unsur kekerasan. Sebab sudah biasa terpapar pada adegan kekerasan, ini dapat berdampak pada perilaku sehari-hari seperti lebih agresif dan temperamen. 

Inilah yang terjadi saat kehidupan pemuda dijauhkan dari agama. Akal mereka tidak dituntun dengan petunjuk Ilahi yang Maha Mengetahui, melainkan dibebasliarkan berpikir mendefinisikan kebahagiaan sendiri meski akalnya terbatas. 

Inilah sekularisme. Agama disempitkan sebatas aturan ibadah ritual, tetapi tidak diamalkan sebagai landasan berpikir dan bertingkah laku dalam seluruh aspek kehidupan. Porsi pelajaran agama begitu minim dan diajarkan sebatas untuk dihafal agar lulus ujian. 

Wajarlah, banyak pemuda yang berbuat berdasarkan asas manfaat dan kesenangan instan, bukan asas halal dan haram. 

Solusi Islam Jauhkan Pelajar dari Tawuran

Agar pemuda antitawuran dan mampu menyalurkan segala potensi kekuatannya sebagai agen perubahan, kepribadian Islam harus diwujudkan pada setiap individu. Dengan demikian, generasi muda tidak mengalami krisis identitas. Nilai-nilai Islam yang mengakar pada diri pemuda akan menjadi tuntunan sekaligus rem dalam berpikir dan bertindak. 

Kepribadian Islam hanya akan terwujud melalui sistem kehidupan yang antisekularisme, yakni sistem Islam.
Sistem pendidikan Islam bertujuan untuk memahamkan generasi akan jati diri sekaligus tujuan hidupnya yang hakiki sejak dini, yakni sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi. 

Karena itu, sistem pendidikan Islam akan membekali pemuda dengan ilmu yang meniscayakan dirinya mencapai tujuan hidup hakikinya itu, yakni menjadikan setiap aktivitasnya di dunia bernilai ibadah dan memperolah ridha-Nya. 

Dengan kejelasan identitas dan tujuan hidup, pemuda tidak akan mudah terbawa arus. Mereka akan mampu memfilter pengaruh negatif dari lingkungan pertemanan ataupun media. Mereka akan bersemangat menyibukkan dirinya untuk berkontribusi dan menghasilkan karya yang bermanfaat untuk kejayaan Islam. 

Pendidikan Islam ini bahkan dimulai sejak dini dalam keluarga. Keluarga muslim yang fungsional dan orang tua yang paham agama akan memberikan perhatian, kasih sayang, dan pendidikan sesuai tuntunan Islam. Remaja pun merasakan keamanan dan kenyamanan dari keluarganya sehingga tidak merasa perlu mencari pengakuan dan perhatian dari luar. 

Kehidupan yang diatur dengan syariat Islam juga akan menciptakan lingkungan sosial yang positif. Antaranggota masyarakat saling mendukung dalam ketaatan, saling mencegah dari kemungkaran. 

Ini sebab masyarakat Islam secara umum memiliki pemikiran dan perasaan yang sama sehingga sefrekuensi dalam batasan baik/buruk, benar/salah, terpuji/tercela, yakni berdasarkan standar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Circle pertemanan yang baik pun akan lebih mudah didapatkan di tengah masyarakat Islam. 

Suasana iman ini langgeng terawat dengan peran negara yang menerapkan hukum Islam secara kafah. Negara tidak akan memberikan ruang bagi peredaran konten media atau gim yang menayangkan kekerasan fisik/nonfisik. 

Negara pun akan menerapkan sistem sanksi yang memberi efek jera. Setiap remaja yang sudah balig akan dihukum sesuai jenis pelanggarannya saat terbukti melanggar. Sanksi kisas akan diberikan saat terbukti melukai dan membunuh orang. Dengan begitu, remaja menyadari bahwa terlibat dalam aksi kekerasan semacam tawuran memiliki sanksi yang tidak main-main. 

Tentunya semua ini baru akan terwujud saat ada sistem pemerintahan yang mau mencampakkan sekularisme dan akan menerapkan hukum Allah saja. Sistem itu adalah khilafah berdasarkan metode kenabian. 

Lewat penerapan syariat Islam secara total inilah, para pemuda sungguh akan dibina, dididik, dan dikondisikan agar potensi, bakat, dan kekuatan yang Allah titipkan pada mereka disalurkan secara maksimal untuk kebangkitan umat, kejayaan peradaban Islam, dan menebar rahmat ke seluruh dunia. Allahua’lam.


Oleh: Arif Susiliyawati, S.Hum
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar