Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tadabbur QS. An-Nisa ayat 65 dan QS. Al-Qashash ayat 68: Tidak Ada Tempat bagi Liberalisme


Topswara.com --Menelaah bahasan Al-Arif Billah Ibnu Atha'illah dalam Kitab At-Tanwir fi Isqath at-Tadbir hlm. 31-33 pada tadabbur dua ayat tersebut benar-benar tegas dan hitam-putih. Pada kajian Alumni Ma'had Khadimus Sunnah Bandung (9/8) sampai pada bahasan "review ayat" berupa pendalaman beberapa ayat yang menjadi dasar Isqath at-Tadbir (tidak ikut campur pada tadbirNya Allah). 

Pertama, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

"Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. An-Nisa: 65)

Beberapa poin penting dari QS. An-Nisa ayat 65 adalah sebagai berikut:
Pertama, wajibnya berhukum (bertahkim) pada apa yang diperselisihkan.
Kedua, wajibnya melenyapkan keberatan (haraj) dalam hati, artinya ada kesiapan bertahkim lahir dan batin. 
Ketiga, berserah diri (taslim) secara total pada semua perkara, bukan pada perkara yang sedang diperselisihkan saja. 

Jadi tidak ada ruang lagi bagi manusia untuk menentang ketetapan dan hukum Allah yang ditetapkan kepada manusia. Jangankan menentang, ada keberatan saja tidak boleh. Jangankan keberatan atas putusan Allah, tidak pasrah pada semua urusan saja tidak boleh. 

Sikap pasrah dan tidak ikut mengatur ini akan melahirkan ketenangan dan menghilangkan rasa cemas pada diri seorang hamba. 

Seorang akan ringan dalam menapaki jalan perjuangan karena tidak punya rasa cemas. Hal itu karena masalah kematian, musibah, rizki, kemenangan dan pertolongan sudah ada yang mengatur. Dialah Allah Azza wa Jalla. 

Kedua, Allah Ta'ala juga berfirman:

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ وَيَخْتَارُ ۗمَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ ۗسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

"Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan." (QS. Al-Qashash: 68)

Beberapa poin penting dari QS. Al-Qashash ayat 68 adalah sebagai berikut:
Pertama, pengakuan kepada Allah yang menciptakan (yakhluqu) meniscayakan pengakuan bahwa Allah pula yang mengatur. Siapa yang tidak mampu menciptakan maka tidak pantas mengatur.
Kedua, pengakuan pada Allah yang memilih (yakhtaru) mana yang baik dan buruk untuk hamba-Nya.

Ketiga, hak memilih adalah hak Allah, bukan hak manusia. Manusia tidak berhak untuk memilih melebihi pilihan Allah dalam ketetapan dan hukum-hukumNya.
Keempat, siapa saja yang mengklaim memiliki hak untuk ikut memilih, maka ia telah menyekutukan Allah (makna dari "amma yusyrikun"). Bukti menyekutukan itu cukup dengan bahasa perbuatan, tidak harus dengan ucapan. 

Jadi, hanyalah hak Allah dalam menetapkan standar baik, buruk, terpuji dan tercela. Akal manusia tidak akan sanggup memahami hakikat baik dan buruk dalam perkara tasyri' karena keterbatasannya. 

Akal manusia berfungsi untuk memahami kalamNya dan tunduk pada ketetapan dan hukum-hukumNya. Dengan demikian, liberalisme sama sekali tidak punya tempat dalam perkara ini. 

Rabu, 9 Agustus 2023


Oleh: Ajengan Yuana Ryan Tresna
Peneliti Raudhah Tsaqafiyyah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar