Topswara.com -- Ketaatan kepada Allah SWT sesungguhnya akan melahirkan ketaatan-ketaatan yang lain.
Awalnya seorang Muslim, misalnya, mungkin sekadar belajar agama (tafaqquh fii ad-diin) untuk mengamalkan kewajiban thalab al-'ilmi (mencari ilmu). Lalu ia terdorong untuk melakukan ketaatan lain, yakni mengamalkan semua ilmu yang dia dapat. Selanjutnya ia pun terdorong untuk melakukan kewajiban lain, yakni menyebarluaskan atau mendakwahkan ilmunya kepada orang lain.
Awalnya seorang Muslimah mungkin ingin berhijrah. Ia awali dengan bertobat dari segala dosa. Ia lalu mulai menjalankan ketaatan dengan melaksanakan kewajiban menutup aurat. Memakai kerudung dan jilbab. Kemudian ia terdorong untuk melakukan ketaatan lain. Ia mulai mendalami agama dengan rajin mendatangi majelis-majelis ilmu. Berikutnya ia berusaha mengamalkan ilmu yang ia peroleh. Selanjutnya ia pun boleh jadi terdorong mengajak banyak orang untuk sama-sama berhijrah.
Demikian pula sebaliknya. Saat seorang Muslim pertama kali melakukan suatu kemaksiatan, boleh jadi hal itu juga akan melahirkan kemaksiatan-kemaksiatan lain.
Betapa banyak kasus perzinaan, misalnya, diawali dengan maksiat dalam bentuk sering ber-khalwat (berdua-duaan antar lawan jenis). Seringnya ber-khalwat boleh jadi diawali dengan maksiat berupa seringnya berkomunikasi dengan lawan jenis yang melanggar syariah seperti chatting-an mesra di media sosial.
Boleh jadi juga zina diawali oleh maksiat berupa kegemaran menonton gambar-gambar atau video-video porno.
Contoh lain: Betapa banyak maling kelas kakap, dulunya hanyalah maling kelas teri. Betapa banyak gembong narkoba dengan omset miliaran rupiah dulunya hanyalah penjual miras seharga recehan. Betapa banyak koruptor besar dulunya hanya melakukan korupsi kecil-kecilan.
Demikianlah, sebagaimana kata
Imam Ibnu al-Qaayim rahimahulLaah:
تَولُّد الطَّاعَة، ونموها، وتزايدها ؛ كَمثل نواةٍ غرسْتها، فَصَارَت شَجَرَة، ثمَّ أثمرت، فأكلتَ ثَمَرهَا، وغرستَ نَوَاهَا، فكلماأثمرَمنهاشيء، جَنيتَ ثمرَه، وغرست نَوَاه، وكذلك تداعي المعاصِي، فليتدبّر اللبيب
Lahir, tumbuh dan berkembangnya ketaatan (kepada Allah) adalah seperti biji (benih) yang Anda tanam, lalu menjadi pohon, kemudian berbuah, dan buahnya Anda makan. Selanjutnya Anda tanam kembali biji (benih)-nya. Setiap kali pohon itu berbuah, Anda panen buahnya, lalu Anda tanam kembali biji (benih)-nya. Demikian juga dengan kemaksiatan (ia lahir, tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah, dst). Karena itu renungkanlah, wahai orang yang berakal!
(Ibnu al-Qayyim, Al-Fawaa-id, hlm. 35).
Alhasil, yuk segera lakukan ketaatan kepada Allah SWT, dan jangan ditunda-tunda. Semoga saja hal itu akan mendorong kita untuk banyak melakukan ketaatan-ketaatan yang lain.
Sebaliknya, jangan pernah melakukan satu pun kemaksiatan kepada Allah SWT. Sebabnya, boleh jadi satu kemaksiatan yang kita lakukan akan mendorong kita untuk melakukan banyak kemaksiatan yang lain. Na'uudzu bilLaah min dzaalik.
Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah 'alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib. []
Oleh: Ustaz Arief B. Iskandar
Khadim Ma'had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor
0 Komentar