Topswara.com -- Keutamaan Interaksi dengan Masyarakat untuk Berdakwah, Serta Sabar atas Kesulitan yang Dihadapi
Rasulullah SAW. bersabda:
إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا كَانَ مُخَالِطًا النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنَ الْمُسْلِمِ الَّذِى لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ.
Jika seorang Muslim berinteraksi dengan masyarakat, lalu Ia bersabar dari perlakuan buruk masyarakat terhadapnya (dalam dakwah), hal itu adalah lebih baik, daripada seorang Muslim yang tidak mau berinteraksi dan tidak bersabar dari perlakuan buruk masyarakat. (HR. Sunan at-Tirmidzi: IX/416).
Imam as-Shan’ani menjelaskan:
فيه أفضلية من يخالط النّاس مخالطة يأمرهم فيها بالمعروف وينهاهم عن المنكر ويحسن معاملتهم فإنه أفضل من الّذي يعتزلهم ولا يصبر على المخالطة..
Hadis tersebut menjelaskan keutamaan bagi orang yang berinteraksi, menyeru masyarakat kepada kemakrufan, mencegar kemunkaran, dan memperbaiki sistem sosial mereka. Hal demikian itu, lebih baik ketimbang orang yang menyendiri dan tidak mau bersabar dalam berinteraksi. (Subulus Salam: V/245).
Al-Hafizh al-Munawi berkata:
من أعظم أنواع الصبر الصبر على مخالطة الناس وتحمل أذاهم
Kesabaran yang paling besar adalah, sabar berinteraksi dengan masyarakat dan menahan semua perlakuan buruk mereka. (Faidul Qadir: VI/332).
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani berkata:
والصابر أعظم أجرا من المنفق لأنّ حسنته مضاعفة إلى سبعمائة…
Orang sabar mendapat pahala lebih besar dari orang yang suka berinfak, karena kebaikan orang sabar dilipat gandakan menjadi 700 kebaikan. (Fathul Bariy: XVII /274).
Keistimewaan Hamba Allah Swt yang Berdakwah
Pertama, pengemban dakwah adalah washilah datangnya petunjuk Allah pada seseorang, dan itu lebih baik dari dunia dan semua isinya.
Rasulullah SAW. bersabda:
.. فَوَاللَّهِ ِلأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
..Demi Allah, bila ada satu orang saja yang mendapat hidayah melalui perantaraan dirimu, maka itu lebih baik bagimu dari pada unta-unta merah (benda/kendaraan yang paling dibanggakan orang Arab)._ (HR. Al-Bukhari: 2787; 3425; 3888. & Muslim: 4423).
… ياَ عَلِي، ِلأَنْ يَهْدِيَ اللهُ عَلىَ يَدَيْكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ..
Wahai ‘Ali, bila ada satu orang saja yang mendapat hidayah melalui perantaraan tanganmu, maka itu lebih baik bagimu dari pada terbitnya matahari. (HR. Al-Hakim: XV/199)
لأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى يَدَيْكَ رَجُلا خَيْرٌ لَكَ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ وَغَرَبَتْ
Demi Allah, bila ada satu orang saja yang mendapat hidayah Azza wa Jalla melalui perantaraan tanganmu, maka itu lebih baik bagimu dari pada terbit dan tenggelamnya matahari. (HR. At-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir: I/403)
Kedua, dakwah adalah ibadah yang paling dicintai Allah ta’baraka wa ta’ala.
Rasulullah SAW. bersabda:
… وَأَحَبُّ عِبَادَةِ عَبْدِي إِلَيَّ النَّصِيحَةُ…
Ibadah hambaku yang paling kucintai adalah Nasihat (dakwah). (HR. At-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir: VII/251; Ibn Hajar, Fathul Bariy: XVIII/324)
قال الخطابيّ : النصيحةُ كلمةٌ يُعبر بها عن جملة هي إرادةُ الخيرِ للمنصوح له (بشكل عام النصيحة اي الدعوة)، قال : وأصلُ النصح في اللغة الخُلوص ، يقال : نصحتُ العسل : إذا خلصتَه من الشمع
Al-Khattabi berkata: Nasihat adalah perkataan yang disampaikan, dengan menghendaki kebaikan bagi orang yang dinasihati (maka secara umum nasihat itu Dakwah), beliau menambahkan, nasihat secara bahasa adalah bersih, karena itu orang Arab sering berkata nashahtu al-‘asal artinya jika anda telah membersihkan/memurnikan madu dari lilin tawon lebah. (Ibnu Rajab, Jami al-Ulum wa al-Hikam: IX/7)
Ketiga, dakwah adalah ibadah yg paling dicintai Allah, maka pengemban dakwah termasuk salah satu dari hamba yang dinaungi Allah, ketika yang ada hanya naungan-Nya.
Rasulullah SAW. bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّى أَخَافُ اللَّهَ. وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah, pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. Yaitu; Seorang Imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seorang laki-laki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah yang mereka berkumpul karena-Nya dan juga berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang dirayu oleh wanita bangsawan lagi cantik untuk berbuat mesum lalu ia menolak seraya berkata, ‘Aku takut kepada Allah.’ Dan seorang yang bersedekah dengan diam-diam, sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kirinya. Dan yang terakhir adalah seorang yang menetes air matanya saat berdzikir, mengingat dan menyebut nama Allah dalam kesunyian. (HR. Muslim, No. 1712)
قال القاضي : …والمراد هنا ظلّ العرش… قوله صلى الله عليه وسلم :(وَشَابّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّه):… نَشَأَ متلبسا للعبادة أو مصاحبا لها أو ملتصقا بها
Al-Qadhi berkata: …Naungan yang dimaksud adalah naungan ‘Arsy. Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, adalah pemuda yang tumbuh dalam kondisi sangat dekat, bersahabat atau melekat dengan Ibadah [pemuda disini termasuk pengemban dakwah, karena pengemban dakwah senantiasa bergelut dengan dakwah, dimana dakwah itu sendiri adalah ibadah, pent]. (Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim: III/481)
Keempat, pengemban dakwah juga mendapatkan fadhilah ziarah, karena lazimnya dakwah dilakukan dengan ziarah (kunjungan) baik umum maupun khusus.
أَنَّ أَبَا بَكْرِ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُكْثِرُ زِيَارَةَ الأَنْصَارِ خَاصَّةً وَعَامَّةً فَكَانَ إِذَا زَارَ خَاصَّةً أَتَى الرَّجُلَ فِى مَنْزِلِهِ وَإِذَا زَارَ عَامَّةً أَتَى الْمَسْجِدَ
Abu Bakr bin Qais telah menceritakan (kepada salah seorang laki-laki Anshar), bahwa bapaknya telah menceritakan kepadanya: Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering mengunjungi sahabat Anshar secara khusus ataupun umum. Dan jika beliau mengunjungi mereka secara khusus, maka beliau mendatangi rumah mereka. Dan jika beliau ingin mengunjungi mereka secara umum, maka beliau mendatangi masjid. (HR. Ahmad: IV/398)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِماً إِلاَّ ابْتَعَثَ اللَّهُ سَبْعِينَ أَلْفَ مَلَكٍ يُصَلُّونَ عَلَيْهِ أَىَّ سَاعَةٍ مِنَ النَّهَارِ كَانَتْ حَتَّى يُمْسِىَ وَأَىَّ سَاعَةٍ مِنَ اللَّيْلِ كَانَتْ حَتَّى يُصْبِح
Rasulullah SAW. bersabda: Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim lainnya, kecuali Allah akan mengirimkan tujuh puluh ribu Malaikat, yang mendoakan dia (orang muslim tersebut) pada waktu kapan saja di siang itu sampai sorenya dan waktu kapan saja di malam itu sampai pagi. (HR. Ahmad: I/118)
Wallahul Musta’an wa Huwa Waliyyut TaufikTaufik
Oleh: K.H. Musthafa A. Murtadlo
Ulama Aswaja
0 Komentar