Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Penambahan Unit Sekolah, Urgen kah?


Topswara.com -- Di era yang generasinya dikenal dengan sebutan "Gen Z" ini terdapat banyak sekali persoalan, salah satunya dalam bidang pendidikan, di mana jumlah sekolah yang ada di Indonesia kurang memadai. Dari 48 unit yang diperlukan, baru 20 yang tersedia. 

Pemerintah Kabupaten Bandung menargetkan dibangunnya 28 SMP baru pada tahun 2024. Hal ini diungkap Bupati Bandung, Dadang Supriatna beberapa waktu lalu di Soreang. 

Namun demikian, dalam pelaksanaannya Ia sengaja tidak membangunnya secara keseluruhan dan berniat mengajak masyarakat turut terlibat, juga memberikan kesempatan kepada teman-teman yang bergerak dalam sektor ini untuk ikut berpartisipasi. Program ini merupakan salah satu aspek dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). (Pasjabar.com 12/7/2023)

Dalam IPM Kabupaten Bandung, indikator daya beli dan kesehatan masyarakat sangat meningkat signifikan. Tetapi dalam hal pendidikan masih rendah dan tidak begitu signifikan, di mana rata-rata lama belajar masyarakat Kabupaten Bandung masih sangat minim, yaitu hanya 8,8 tahun. Sementara harapan lama sekolah Kabupaten Bandung sudah mencapai 12,9 tahun. 

Namun demikian, penambahan sekolah tingkat SMP di Kabupaten Bandung juga harus disertai dengan kualitas. Jangan sampai hanya sekedar memenuhi kuantitas. Jika tidak, maka pemerataan pendidikan yang dicita-citakan hanyalah sebatas lip service belaka. 

Keterbatasan fasilitas dapat menyebabkan terbatasnya akses bagi siswa untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Hal ini biasanya terjadi di pedesaan dan daerah terpencil, yang sering kekurangan gedung sekolah, ruang kelas yang cukup, perpustakaan, laboratorium, dan sarana olahraga. Hal ini berdampak pada sulitnya mengakses pendidikan dengan standar yang sama.

Keterbatasan fasilitas juga berdampak pada siswa itu sendiri, mereka harus belajar dalam kondisi lingkungan yang tidak optimal. Ruang kelas yang sempit, kurangnya fasilitas penunjang seperti meja dan kursi yang cukup, kurangnya ventilasi yang memadai, dan sanitasi buruk yang dapat menghambat proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Lingkungan belajar yang tidak kondusif ini juga dapat berimbas pada motivasi dan minat belajar siswa. 

Di sisi lain, Pemerintah mengklaim telah menaikkan anggaran pendidikan dalam APBN, namun faktanya dana tersebut tidak dapat langsung diserap bagi peningkatan infrastruktur pendidikan. Karena sebagian besar disalurkan bagi peningkatan kualitas SDM (guru dan lain sebagainya). 

Kondisi ini diperparah dengan korupsi gila-gilaan di dunia pendidikan. Indonesia Corruption Watch (ICW) mengungkap adanya kerugian negara sekitar Rp1,6 triliun dari sektor pendidikan, terhitung dari 240 kasus korupsi pendidikan sejak awal tahun 2016 hingga tahun 2021. 

Peneliti ICW menyampaikan bahwa selain kecurangan pada dana BOS, korupsi terbanyak juga terjadi pada pembangunan infrastruktur dan pengadaan barang dan jasa non infrastruktur. Seperti pengadaan buku, arsip sekolah, perangkat TIK untuk e-learning, pengadaan tanah untuk pembangunan fasilitas pendidikan, dan lainnya. Sistem kapitalisme yang saat ini diterapkan semakin menumbuh suburkan korupsi di dunia pendidikan. 

Demikianlah, persoalan ini memang tidak bisa dilepaskan dari sistem kehidupan yang diterapkan. Selayaknya hal ini menyadarkan kita tentang rusaknya tatanan bernegara yang sekuler kapitalistik. 

Sebab terbukti telah menelantarkan pelayanan, penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur pendidikan. Berbeda dengan kapitalis, dalam Islam, biaya pendidikan menjadi tanggung jawab penuh negara yang diambil dari kas baitul mal. 

Semua pihak bersinergi dalam menciptakan generasi unggul tanpa adanya upaya membeda-bedakan. Dalam sebuah kepemimpinan Islam, aspek ekonomi, sosial, dan pendidikan akan saling menyokong satu dengan lainnya untuk membentuk karakter generasi cemerlang yang akan menjadi penerus estafet kepemimpinan Islam.

Hanya Islam sajalah yang mampu menciptakan lingkungan yang kondusif dan bertanggung jawab terhadap semua urusan rakyat. Bukan hanya di dunia, tetapi hingga ke akhirat. Terbukti selama 14 abad sistem ini berhasil mencetak dan menginspirasi dunia. Dengan kurikulum khusus yang fokus pada satu “soft skill” yang akan menjadi bekal bagi mereka untuk bisa bertahan hidup. 

Maka sebagai Muslim harus punya prinsip hidup yang akan menyelamatkan kita dari kerusakan, menjadi penunjuk jalan saat buntu menghadapi berbagai masalah, dan mampu menjadi benteng pertahanan di kala ancaman budaya sesat mengincar kita. 

Semua itu hanya bisa didapati dalam syariat yang tertuang dalam Al-Qur'an dan sunnah. Allah SWT. berfirman yang artinya “Dan Kami turunkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS An Nahl: 89).

Ketentuan syariat ini juga semakin menegaskan tentang pentingnya kehadiran sebuah negara yang akan mengelola urusannya dengan syariat yang bersumber dari Allah SWT. dalam naungan sebuah kepemimpinan yang akan melayani seluruh urusan rakyat, termasuk pendidikan yang merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. 

Wallahu a'lam bishawab.


Oleh: Irma Dharmayanti 
Sahabat Topswara
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar