Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Papua: Musibah Kelaparan Berulang di Bumi Berlimpah Tambang


Topswara.com -- Telah terjadi bencana kelaparan di Papua Tengah yang mengakibatkan enam warga di dua distrik meninggal dunia. Menurut tokoh pemuda asal Puncak yang kini berada di Nabire, Anis Labane, mengatakan bahwa pemicu bencana kelaparan adalah cuaca yang ekstrim yang telah dirasakan sejak Juni 2023. 

Tanah yang kering menyebabkan gagal tanam, menjadikan tanaman mati sampai ke akar-akarnya, ternak pun ikut mati karena tidak mendapatkan makanan, masyarakat sendiri tidak memiliki lagi cadangan makanan untuk dimakan. 

Walhasil ribuan warga yang tinggal di wilayah pegunungan Papua Tengah (tempat yang mengalami kekeringan juga tempat yang sulit sekali mendapatkan akses kesehatan) berangsur-angsur turun mengungsi ke distrik induk untuk mendapatkan bantuan. (news.republika.co.id/Jumat,04 Agustus 2023, 16:34 WIB)

Bencana kelaparan yang sampai menghantarkan pada kematian ini bukan kali pertama terjadi di Papua. Hal ini merupakan bencana yang berulang yang bahkan telah merenggut puluhan hingga ratusan nyawa. (Pusat Data Republika/BPS). 

Sungguh ironi. Papua yang memiliki kekayaan alam melimpah namun rakyatnya mengalami kehidupan yang tidak sejahtera. Kelaparan pula. Lalu, kemanakah kekayaan alam yang melimpah itu? 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa di Papua terdapat tambang emas yang dikelola oleh PT Freeport sejak 1967. Selama 56 tahun mereka menguasai kekayaan alam Indonesia di tanah Papua. Kekayaan alam yang lain berupa tembaga, batu bara, besi, batu kapur, pasir kaolin, dan lainnya juga melimpah disana. 

Namun yang terjadi berupa kesenjangan yang tinggi antara pemilik modal dan rakyat. Pembangunan disana pun tidak merata. Untuk memberikan bantuan pangan saja mengharuskan ribuan rakyat kabupaten Puncak harus turun dulu sebab wilayah tersebut hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. 

Kalau pun bisa menggunakan pesawat namun sayangnya akses tersebut tidaklah mudah. Belum lagi ada orang-orang KKB yang memberikan rasa tidak aman pada banyak kalangan. 

Demikianlah yang terjadi jikalau pengaturan kehidupan mengacu pada para kapital. Selalu rakyat yang menjadi korban. Sementara kekayaan alam dinikmati oleh mereka para pemilik modal. Sulitnya menjalani kehidupan makin terasa disana. 

Sedangkan disatu sisi menghadapi kekeringan yang panjang, harus mengungsi untuk mendapatkan bantuan, jarak tempuh yang dilakukan pun tidak ada akses kendaraan, ancaman kematian karena kelaparan tak terhindarkan. Siapa yang kuat merekalah yang bertahan. Semudah itukah menilai tentang nyawa manusia? 

Keberadaan negara berfungsi untuk melindungi rakyatnya. Mengurusi urusan rakyatnya. Memenuhi kebutuhan rakyatnya. Melayani rakyat seoptimal mungkin dengan mengerahkan segenap daya dan upaya demi kesejahteraan rakyat. 

Konsep bernegara semacam ini tidak akan bisa ditemukan dalam sistem kapitalisme yang sedang diterapkan di negeri ini. Sebab sistem kapitalisme yang dipikirkan adalah untung rugi. Berpihak pada pemilik modal. Selalu ada tumbal dalam permainan mereka. Negara hanya berperan sebagai regulator saja. 

Ditambah lagi asasnya sekularisme, yaitu memisahkan antara agama dan kehidupan. Tidak lagi terpikirkan bahwa setiap kebijakan, setiap peran negara terhadap rakyatnya akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan penguasa manusia kelak di hari kiamat. Hanya dalam Islam konsep bernegara yang mampu menjadikan sebuah negeri menjadi negeri yang makmur. 

Pemimpinnya mencintai rakyatnya dan rakyatnya mencintai pemimpinnya. Aturan yang diterapkan pun aturan dari pencipta manusia, alam semesta, dan kehidupan yang mana penerapan tersebut mewujudkan negeri yang diberkahi.

Wallahua'lambishshawab.


Oleh: Iliyyum Noviana, S.Si
Aktivis Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar