Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Meraih Kemerdekaan Hakiki


Topswara.com -- Agustus identik perayaan kemerdekaan Negara Indonesia. Masyarakat memperingati setiap tahun dengan gegap gempita. Peringatan diadakan setiap tahun untuk mensyukuri nikmat kemerdekaan. 

Tahun 2023, negara kita genap 78 tahun. Usia yang cukup mewujudkan cita-cita bangsa, yakni terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Sayang, cita-cita yang didambakan belum terlaksana. Negara kita justru mendapat hadiah segudang masalah, krisis multi dimensi. Patut kita renungi, sudahkah kita meraih kemerdekaan hakiki?

Jerat Sekularisme

Demokrasi, sistem yang dianggap paling ideal saat ini. Slogan pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat menaruh harapan, negara mengutamakan kepentingan rakyat. 

Namun waktu membuktikan idiologi ini batil dan rusak. Sistem kapitalisme meniscayakan modal disegelintir pemilik modal, rakyat hanya menikmati remahannya. Kesenjangan ekonomi sangat tinggi. 

 Jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 25,90 juta orang, dengan standar garis kemiskinan Rp 535.547 per kapita per bulan. Menurut World Inequality Report 2022, selama periode 2001-2021 sebanyak 50 persen penduduk Indonesia hanya memiliki kurang dari 5 persen kekayaan rumah tangga nasional. 

Sedangkan 10 persen penduduk lainnya memiliki sekitar 60 persen kekayaan rumah tangga nasional. Kemiskinan struktural, mengharuskan rakyat berjibaku sendiri, banyak yang terjerat pinjol. Bahkan negara terlilit utang luar negeri. Pada April 2023, Kementerian Keuangan melaporkan utang Pemerintah tembus Rp 7.849,89 triliun. Setiap orang menanggung utang negara Rp 28 juta.

Pada lembaga pemerintahan, belum terwujud pemerintah yang bersih. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada 2022 tercatat 34, berada di peringkat ke-110 dari 180, menurun empat poin dari tahun 2021.

Dibidang hukum masih tebang pilih. Hukum tajam kebawah dan mandul terhadap pejabat. Hukum bisa diperjualbelikan. Tragedi Kanjuruhan jatuh 135 korban, tewasnya 6 laskar eks FPI masih miateri. Namun vonis koruptor dan pejabat sangat ringan dan mengoyak nurani keadilan.

Dibidang pendidikan sangat memprihatinkan. Pendidikan harusnya menghasilkan peserta didik berakhlak, justru miskin adab. Tawuran pelajar, bullying, terjerat narkoba, seks bebas hingga pembunuhan sesama pelajar marak. 

Krisis multi dimensi bukti gagalnya kapitalisme. Dimana penguasa sebatas regulator. Penguasa melayani kepentingan oligarki, dan abai mengurus urusan rakyat. Sistem ini rusak dan merusak karena menyandarkan kedaulatan berada ditangan manusia. Kebebasan individu diagungkan, lahirlah manusia liberal.

Segudang fakta menjadi bahan perenungan, diusia yang ke-78, sudahkah kita meraih kemerdekaan yang hakiki. Atau baru lepas dari penjajahan fisik, sementara kedaulatan masih tergadaikan. 

Kemerdekaan Hakiki

Islam membebaskan manusia dari penghambaan makhluk kepada menghamba Sang Khalik semata. Terkait misi kemerdekaan Rasulullah pernah mengirim surat kepada penduduk Najran, diantaranya

 Amma badu. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia) (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, V/553).

Faktanya kemerdekaan yang kita raih masih sebatas lepas dari penjajahan fisik. Negara kita masih tergadai dalam hegemoni kapitalisme global. Sistem pemerintahan, ekonomi, 
pendidikan hingga pergaulan masih membebek Barat penjajah.

Terbukti sistem ini gagal mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran bagi rakyat. 78 tahun melaksanakan pembangunan, meski presiden dari berbagai latar belakang silih berganti, toh bangsa kita tetap terpuruk, rakyat belum bisa mengenyam rasa aman, adil dan sejahtera. Penyebabnya kita mencampakkan aturan dari Sang Khalik, Zat Yang Maha Tahu segala kelemahan dan kekurangan kita.

Kemerdekaan hakiki hanya terwujud nyata ketika umat Islam kembali kepada hukum-hukum Allah, menerapkan Islam kaffah. Tinta emas sejarah mencatat, ketika umat beriman dan bertakwa, umat Islam menjadi umat terbaik, membentuk peradaban emas yang menyinari dan menebarkan rahmat ke seluruh penjuru alam.

Wallahu a'lam


Ida Nurchayati
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar