Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mampukah Pramuka Menjadi Pilar Pembangun Karakter Generasi?


Topswara.com -- “Pramuka Hebat Indonesia Bangkit.”Jargon ini menjadi tema dalam kegiatan pelepasan peserta Raimuna Nasional ke-12 Kontingen Kwarcab Pramuka Kabupaten Bandung. 

Menurut Bupati Bandung Dadang Supriatna, gerakan pramuka bisa menjadi salah satu pilar pembangunan karakter dengan mengamalkan Trisatya dan Dasa Darma. 

Selain itu kegiatan Raimuna Nasional juga bisa menjadi wahana dan sarana pendidikan yang strategis untuk mengembangkan persaudaraan dan persatuan. Serta mampu menciptakan kegiatan yang kreatif, reaktif, produktif dan bersifat edukatif. Pasjabar.com, Jumat (11/8/2023).

Pramuka merupakan lembaga pendidikan nonformal yang dinilai mampu melengkapi pendidikan formal yang didapati siswa dari sekolah. Sehingga mampu menjawab tantangan perkembangan teknologi informasi yang berkembang begitu cepat dan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. 

Tidak dapat dimungkiri dalam kegiatan pramuka anak akan didorong untuk belajar hal-hal baru, bertemu dengan banyak orang, serta menghadapi berbagai tantangan tanpa harus takut dihakimi saat melakukan kesalahan. 

Dengan dikelilingi sesama anggota yang saling mendukung, anak didik menjadi lebih berani, percaya diri dan belajar untuk berempati.

Namun mampukah kegiatan pramuka ini melengkapi kekurangan pada sistem pendidikan formal? Mengingat sifatnya hanya sebagai kegiatan ekstra kurikuler sedangkan pembentukan karakter haruslah dengan sistem yang bersifat komprehensif. 

Sekolah sebagai tempat menimba ilmu hanya sebatas tempat untuk menambah pengetahuan, materi-materi yang dipadatkan, jam belajar yang ditambah dan bergonta-gantinya kurikulum pendidikan tidak diimbangi dengan pembentukan karakter siswa. 

Akhirnya metode yang digunakan nampak membosankan, kaku, stagnan bahkan tidak urung menghasilkan generasi krisis moral. Krisis akhlak dan adab dalam sistem pendidikan saat ini tidak bisa diatasi dengan gonta-ganti kurikulum apalagi penerapan eskul seperti pramuka.  

Jika ditelisik problem adab ini merupakan akibat dari sistem kehidupan yang diterapkan saat ini, yaitu sistem pendidikan kapitalisme sekularisme. Tidak hanya itu visi pendidikan saat ini bagaikan kehilangan arah, karakter yang hendak dibantuk pun abu-abu. 

Bahkan tujuan dari pendidikan yang seharusnya mencetak generasi yang berkepribadian luhur, dibelokkan hanya untuk mencapai materi. Hal ini terbukti dalam sistem pendidikan saat ini dengan adanya link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. 

Sehingga hasil dari pendidikan saat ini bukan generasi yang siap membangun peradaban agung tetapi mencetak generasi yang siap bekerja, memenuhi tuntutan dari para kapital.

Seharusnya yang dilakukan pemerintah saat ini adalah membenahi sistem pendidikan formal dengan sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam serta menyediakan sarana dan prasarana pendukung berupa tenaga pengajar yang handal, lingkungan belajar yang nyaman, tersedia perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain. 

Yang tidak kalah penting adalah pelayanan pendidikan diberikan secara gratis tapi berkualits. Maka jika ingin memperbaiki generasi, tidak cukup hanya dengan menumbuhkan spirit pendidikan nonformal tetapi harus diselesaikan dengan cara yang sistemis. 

Dalam sistem Islam sebagai aturan hidup yang sempurna mampu memberi solusi bagi problem pendidikan ini. Secara menyeluruh, proses pendidikan melibatkan berbagai aspek individu, peran masyarakat yang terikat dengan perasaan, pemikiran dan aturan yang sama, serta hadirnya negara sebagai pelaksana syariat.

Di dalam lingkup individu negara mendorong agar rakyatnya meningkatkan taqorub illallah, (senantiasa merasa diawasi oleh Allah), dalam taraf masyarakat mereka berperan aktif dalam amar makruf nahi mungkar, sedangkan pada tataran negara dengan menerapkan seluruh syariat Islam secara kaffah.

Dalam Islam, selain tujuan pendidikan adalah membentuk kepribadiaan Islam pada anak didik, kurikulumnya pun disusun sejalan dengan tujuan pendidikan tersebut. 

Penanaman akidah menjadi pondasi dari pendidikan, sehingga anak didik terbentuk kesadaran hubungannya dengan Allah dan itu menjadi kontrol terbaik atas segala tingkah lakunya. Adapun jenjang pendidikan dalam sistem Islam dibagi menjadi dua yaitu, pendidikan pra balig yakni sebelum usia 10 tahun dan pendidikan usia 10 tahun hingga balig. 

Jenjang pendidikan ini berdasarkan umur anak bukan berdasarkan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Selain itu penerapan sistem kehidupan yang lain seperti sistem sosial, keamanan, politik, budaya dan penegakan sanksi akan senantiasa dijlankan negara untuk mempercepat tujuan pembentukan karakter pada anak didik. 

Maka suatu keniscayaan kehidupan individu dan masyarakat akann berjalan selaras dengan syariat manakala peran negara ini kembali hadir di tengah umat. Sebab, tugasnya sebagai pemimpin adalah mewujudkan hukum-hukum syarak berjalan secara menyeluruh disamping tugasnya mengatur urusan publik. 

Hal ini berdasarkan pada hadis Rasul: 
“Imam (kepala negara) laksana pengembala, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. al-Bukhari).

Oleh karena itu, untuk membentuk generasi yang berkepribadian luhur haruslah dengan mengganti sistem pendidikan kapitalis saat ini menjadi sistem pendidikan Islam yang berlandaskan akidah dan tsaqafah Islam.

Wallahu a’lam bi ashawwab.  


Oleh: Suswanti Ummu Abror
Pengajar
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar