Topswara.com -- Belum tuntas masalah kenaikan harga - harga kebutuhan pokok, kini masyarakat kembali mendapat kado pahit dengan adanya kelangkaan LPG melon.
Sejak pekan terakhir tabung gas LPG ukuran 3 kg langka di sejumlah pangkalan. Akibat kelangkaan ini banyak masyarakat yang harus berkeliling dari satu pangkalan ke pangkalan lainnya.
Namun menurut dari pemilik pangkalan LPG, tidak ada pengurangan pengiriman maupun keterlambatan pasokan. Kelangkaan LPG 3 kg di perkirakan karena banyaknya permintaan dari konsumen sedangkan dari agen masih tetap sama, termasuk dugaan tidak tepat sasaran. Di sisi lain pemerintah juga meluncurkan LPG 3kg non subsidi.
Namun pada faktanya kelangkaan LPG 3kg di berbagai daerah dikeluhkan masyarakat miskin dan para pedagang makanan keliling. Sebetulnya kelangkaan ini sudah menyeruak di bulan juni lalu.
Antrian warga menunggu gas LPG menjadi pemandangan terlihat dibanyak daerah. Tentunya hal ini cukup meresahkan masyarakat pengguna LPG yang di embel - embeli tulisan "hanya untuk rakyat miskin" itu.
Seperti yang disampaikan oleh Direktur Utama PT. Petamina (Persero) Nicke Widyawati pada CNN Indonesia (25/7/2023), bahwa pada Juli ini ada peningkatan konsumsi sebesar 2 persen karena adanya libur panjang dan pihaknya sedang melakukan recovery dari penyediaan distribusi untuk mempercepat.
Salah satu hal yang dilakukan oleh pertamina adalah dengan melakukan operasi pasar. Bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengidentifikasi di mana lokasi-lokasi yang sekiranya perlu di buka operasi pasar. Upaya ini dilakukan agar pengelolaan stok LPG efektif langsung ke masyarakat. Namun apakah upaya ini akan menyelesaikan masalah ?
Sejauh ini belum terlihat upaya yang tepat untuk menata ulang distribusi gas subsidi sehingga kerap terjadi kelangkaan padahal skema distribusi gas yang tepat sasaran adalah perlu di tentukan karena melibatkan jutaan rumah tangga. Yang ada justru kebijakan yang merepotkan bahkan memicu pertikaian meski tujuannya baik. Pembelian LPG dengan KTP dan KK misalnya banyak agen bertikai karena kebijakan ini.
Karut marut masalah ini harus segera diselesaikan karena rakyat miskin yang selalu jadi korban. Sebab jatah mereka sudah diserobot oleh konsumen LPG non subsidi. Belum lagi pelaku usaha nakal mengoplos gas 3 kg ke tabung gas 12 kg.
Ketersediaan LPG menjadi tanggung jawab pemerintah. Kelangkaan ini adalah tanda gagalnya pemerintah memenuhi kebutuhan pokok rakyat. Adanya LPG non subsidi dalam waktu yang bersamaan apalagi diklaim lebih aman, jelas memberikan ‘pasar’ pada pengusaha.
Pengelolaan migas yang masih berada di bawah sistem kapitalisme, dan melegalkan adanya liberalisasi migas memperparah keadaan. Meskipun negeri ini memiliki cadangan gas, namun rakyat masih belum bisa menikmati pemanfaatannya degan harga murah bahkan gratis.
Hal ini di sebabkan karena negara menyerahkan pengelolaannya pada pihak swasta. Negara telah lepas tangan dari fungsinya sebagai pengurus umat. Penguasa saat ini hanya sebagai regulator semua di serahkan pada pemilik modal. Jadi kebijakan yang diambil tidak berpihak kepada rakyatnya. Seiring diuncurkannya LPG non subsidi di tengah kelangkaan LPG melon.
Inilah sistem yang semuanya hanya berhitung untung rugi kepada rakyat. Sistem yang bobrok ini berasas pada aspek manfaat semata. Yang mana seluruh kegiatan dalam meriayah rakyat harus memberikan keuntungan bagi mereka pemegang kekuasaan. Mereka tidak memperdulikan lagi, apakah itu harta milik umum ataukah tidak.
Berbeda dengan sistem Islam, dimana islam menetapkan negara untuk menyediakan pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya. Negara juga harus menjamin ketersediaannya kebutuhan layanan publik, faslitas umum dan sumber daya alam yang menguasai hajat orang banyak.
Mengingat dalam sebuah hadis Rasulullah bahwa "Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Hadis tersebut menyatakan bahwa kaum Muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Dan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu. Sehingga kebutuhan rakyat benar-benar terpenuhi secara keseluruhan, tanpa ada yang kekurangan sedikit pun.
Walllahu 'alam bishawab.
Oleh: Yanik Inaku
Anggota Komunitas Menulis Setajam Pena
0 Komentar