Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Konten Sampah Melimpah, Liberalisme Menjajah


Topswara.com -- Banyaknya konten unfaedah makin menjamur. Anehnya lagi, inilah yang digandrungi oleh sebagian besar masyarakat. Dengan dalih menghilangkan rasa penat alias refreshing, atau sekedar ingin "tau aja". Tanpa urgensi pada fokus kepentingan yang dibutuhkan.

Wabah Konten Sampah, Refleksi Sekularisme Kapitalisme 

Konten prank atau konten misteri, menjadi salah satu konten yang banyak diminati para viewers. Dikatakan sebagai seru-seruan atau sekedar lucu-lucuan. Padahal sebagian orang mengetahui jika konten tersebut dibuat sesuai skenario atau editan.

Mereka beranggapan, "lha wong, hanya konten aja kok, ga usah dianggap serius". Sebetulnya saya geram dengan perkataan tersebut. Youtube menjadi wadah para netizen untuk menuangkan segala bentuk isi hati. 

Mulai dari curhat, atau sekedar video bermain dengan keluarga. Namun jangan salah, meskipun terlihat sepele, para youtuber yang rajin posting, setidaknya memiliki viewers dam menghasilakan pendapatan menggiurkan. 

Dilansir dari Social Media Today, 29/1/2023, Youtube akan menghasilkan pundi-pundi uang saat akun memiliki 1.000 subscriber dan 10 juta viewers dalam 90 hari terakhir. Ini pun menjadi incaran para youtuber agar selalu getol membuat konten. Apapun jenis kontennya, yang penting harus menghasilkan materi. Inilah konsep yang mereka yakini.

Sayangnya, konten yang ada justru konten unfaedah. Parahnya lagi, konten tersebut dengan mudah diakses oleh siapapun tanpa filter. Anak kecil sampai manula pun keranjingan pegang HP. Alhasil, struktur sosial masyarakat menjadi semrawut. 

Video-video merusak yang unfaedah menjadi sumber inspirasi berbuat kriminal. Atau justru dimanfaatkan oleh para content creator untuk membuat video unik nirmanfaat. Seperti mandi lumpur yang dilakukan oleh para manula beberapa waktu lalu. Iming-iming sejumlah rupiah pun menjadi daya tarik luar biasa. 

Bahkan ada manula yang menggigil karena berjam-jam mandi lumpur demi gift yang dapat diuangkan (kompas.com, 22/1/2023). Tentu saja, konten semacam ini merupakan konten yang merusak.

Tidak hanya itu. Konten-konten ekstrim pun menjadi salah satu jenis konten yang digemari. Masih teringat dalam benak, ada seorang remaja putri di Bogor, yang awalnya bercanda membuat konten tutorial bun*h diri, hingga akhirnya nyawanya melayang (news.detik.com, 3/3/2023). Dan ini serius terjadi.

Memprihatinkan. Seseorang membuat konten hingga tak mampu mengindera bahaya atau tidaknya konten tersebut.
Konten-konten sampah yang bermuatan pornoaksi pun mulai meresahkan masyarakat. 

Salah satunya konten yang dibuat selebgram Oklin Fia, tentang konten jilat es krim sambil berlutut di hadapan seorang pria. Dengan ekspresi wajah vulgar, seolah selebgram ini tengah melakukan or*l seks (liputan6.com, 15/8/2023). 

Tentu saja, konten tersebut banjir komentar kecaman dari para netizen. Nirakhlak dan tak bermoral, apalagi yang bersangkutan adalah seorang muslimah yang mengenakan hijab. Hingga akhirnya konten tersebut dilaporkan kepada pihak kepolisian karena ada dugaan penistaan agama (detiknews.com, 15/7/2023). 

Bilang sudah urat malu. Yang dicari hanya popularitas dan keuntungan materi saja. Sementara nilai adab dan moral dikesampingkan.

Kebanyakan masyarakat menginginkan materi yang melimpah, namun "ogah" susah payah. Karena standar banyaknya materi diindentikan dengan kemudahan dan kesenangan hidup. Keuntungan materialistis pun menjadi fokus utama pencapaian suatu usaha.

Di sisi lain, negara pun seolah tidak peduli dengan fakta yang terjadi. Banyak individu yang beralih profesi menjadi youtuber menjadi cerminan bahwa hidup ini mahal dan susah. Sementara negara tidak mampu melayani dan menyediakan kebutuhan seluruh rakyat dengan mudah. Alhasil, masyarakat membuat konten-konten sampah yang unfaedah. Tanpa peduli akibat yang ditimbulkannya.

Konsep inilah yang disebut konsep kapitalisme. Konsep yang menjadikan keuntungan materi sebagai hal yang utama. Dan semua konsep ini ternyata merusak tatanan kehidupan. 

Konsep kapitalisme memiliki asas yang sekuleristik, yakni paham yang mengesampingkan aturan agama dalam menjalankan proses kehidupan. Dengan konsep tersebut, begitu mudahnya tujuan manusia dibelokkan. Karena tidak ada standar benar atau salah yang jelas dalam melakukan suatu perbuatan. Tentu saja, fakta ini tak bisa dibiarkan begitu saja.

Islam, Sempurna Menjaga Umat

Sistem Islam-lah satu-satunya harapan yang mampu dijadikan perisai atas maraknya konten sampah yang unfaedah. Islam memberikan pemahaman yang utuh tentang arti hidup dan kehidupan. 

Akidah Islam menjadikan seorang muslim mampu mengindera dan waspada atas segala fakta yang ada di depannya. Tanpa semena-mena mengambil dan mengaplikasikannya. 

Seorang Muslim senantiasa menjadi pribadi yang membentengi dirinya dengan kepribadian Islam. Hanya dengan konsep inilah, seorang muslim akan selamat dunia akhirat. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (QS. At-Taubah: 33)

Konsep akidah Islam akan mampu efektif menjaga individu jika diterapkan dalam institusi yang khas, yaitu khilafah manhaj an Nubuwwah. Dengan pengaturan hidup ala sistem Islam dalam wadah khilafah, semua kebutuhan umat mampu terpenuhi dengan sempurna. Semuanya diatur dalam anggaran keuangan ala khilafah dalam konsep Baitul Maal. Umat tidak perlu repot mencari banyak materi. 

Konsep materialistis pun terkikis. Pola pikir dan pola perbuatan senantiasa dalam bingkai aturan syariat Islam. Umat menjadi fokus dengan penjagaan kemuliaan dirinya. 

Khilafah senantiasa mengedukasi secara berkesinambungan tentang urgensi penjagaan akidah agar terbentuk iman dan takwa yang sempurna. Inilah hakikat penjagaan umat yang utama. Tidak hanya itu, khilafah pun akan membentuk tim penjagaan siber, untuk memberantas konten-konten yang merusak. 

Kehidupan menjadi tentram dan sejahtera tanpa harus menggadaikan keamanan nyawa dan kehormatan diri. Inilah esensi utama bahwa syariat Islam adalah satu-satunya akidah yang menjaga umat. Sistem Islam-lah satu-satunya pengaturan sempurna yang menjaga umat seluruhnya.

Wallahu a'lam bisshawwab. 


Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar