Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kekerasan dan Perundungan Mewarnai Pendidikan Sekularisme


Topswara.com -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat selama Januari-Juli 2023 telah terjadi 16 kasus perundungan di satuan pendidikan. Ketua Dewan Pakar FSGI, Retno Listyarti, mengatakan dari 16 kasus perundungan pada satuan pendidikan ini mayoritas terjadi pada tingkat sekolah dasar (25 persen), sekolah menengah pertama (25 persen), dan sekolah menengah atas (18,75 persen), sekolah menengah kejuruan (18,75 persen), madrasah tsanawiyah dan pondok pesantren masing-masing 6,25 persen.

Tingginya angka kekerasan di dunia pendidikan menjadi bukti bahwa dunia pendidikan saat ini sedang tidak baik baik saja. Sebenarnya apa yang salah dengan pendidikan di negara ini? patut sekiranya kita mengevaluasi ulang sistem pendidikan saat ini. 

Mengapa pada usia mereka yang masih sekolah, kenakalan remaja malah menjadi momok yang meresahkan? Sedangkan seharusnya mereka adalah orang-orang yang tenggelam dalam lautan ilmu dan tersibukkan dengan berbagai jenis kegiatan yang bermanfaat.

Buah Sistem Sekularisme Kapitalisme

Salah satu sebab kondisi memprihatinkan ini adalah karena kegagalan sistem pendidikan sekuler yang diterapkan di negeri ini. Sekularisasi pendidikan di tanah air makin digencarkan. Peran agama diminimalkan atau bahkan dihilangkan dari dunia pendidikan.

Diterapkannya sistem sekularisme kapitalisme yang menjadikan manfaat sebagai asas kehidupan dan menjadikan kebebasan, baik beragama, berpendapat, kepemilikan, dan berperilaku di atas segalanya merupakan biang keladi munculnya berbagai macam pemikiran dan tingkah laku yang menyimpang. Terlebih lagi sistem ini mengusung hak asasi manusia (HAM) yang makin mengukuhkan kebebasan ini.

Begitu juga dunia pendidikan dinegara ini tak lepas dari imbas diterapkan sistem sekuler kapitalis yang mencengkeram negeri ini. Kurikulum pendidikan yang diterapkan berasas sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan), jauh dari nilai nilai agama. 

Selain itu negara sekuler menerapkan pendidikan dikapitalisasi, kurikulumnya berorientasi pasar, berasas sekuler, moderat, dan inklusif dengan nilai-nilai Barat sebagai dalih tuntutan globalisasi.

Jauhnya anak didik dari agama membuat mereka menjadi pribadi yang tidak mampu mengontrol diri. Mereka mudah emosi, bahkan tanpa pikir panjang cenderung reaktif pada hal yang remeh saja.

Ancaman sistem sekularisme kapitalisme sejatinya lebih berbahaya di dunia pendidikan. Bahaya kerusakannya jauh lebih ngeri. Sekularisme telah membuat moral generasi rusak dan minus kepribadian. 

Gaya hidup hedonis liberal membuat pergaulan kian bebas dan bablas. Narkoba, perzinaan, aborsi, tawuran, bullying adalah sederet kasus yang diakibatkan sistem pendidikan sekuler liberal. Sistem sekularisme telah mendistorsi Islam sebatas agama ritual saja. Alhasil, Islam makin jauh dari kehidupan dan tidak lagi menjadi pedoman hidup bagi generasi saat ini.

Berkali-kali negeri ini telah berganti kurikulum, tetapi faktanya output pendidikan tetap tidak menghasilkan generasi berkepribadian yang mulia. Krisis adab terus menggejala, dekadensi moral makin merebak, dan generasi semakin jatuh pada jurang kenistaan yang parah.

Sistem Pendidikan Islam 

Semua ini tentu sangat berbeda dengan profil peserta didik yang menjadi output sistem pendidikan Islam. Dalam sistem pendidikan Islam, target besarnya adalah mencetak generasi berkepribadian Islam (syahsiah islamiah). 

Ilmu pengetahuan dan tsaqafah Islam yang diperoleh selama masa pendidikan dijadikan sebagai bekal untuk memberi solusi bagi problematik kehidupan, bukan sekadar meraih gelar. Oleh karena itu, jelas sistem pendidikan Islam sajalah sistem pendidikan terbaik yang dengannya juga mampu menghasilkan output terbaik.

Pendidikan dalam Islam berorientasi memberikan hak pendidikan pada generasi; me-riayah dan memperhatikan aspek mendasar pembentukan kepribadian generasi.

Negara akan menyediakan fasilitas dan infrastruktur pendidikan memadai, seperti gedung-gedung sekolah, laboratorium, dan balai-balai pelatihan. Tidak ketinggalan buku-buku pelajarannya. Kurikulum pendidikan dalam Islam bervisi melayani kebutuhan pendidikan rakyat dan berkontribusi untuk kemajuan negeri.

Kurikulum pendidikan yang diterapkan juga akan dibuat sistematis. Akidah Islam diberikan sejak usia dini dan akan menjadikan anak didik siap taat ketika balig nanti. 

Jadi, ketika sudah di jenjang pendidikan menengah dan tinggi, mereka sudah bisa membedakan halal-haram dan terpuji-tercela berdasarkan Islam, sekaligus mampu mengontrol nafsiah dan jauh dari tindakan kriminal.

Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas bagi sistem dan kurikulum pendidikan. Tidak ada dikotomi antara agama dan ilmu pengetahuan. Di tengah pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, ketakwaan umat justru makin kuat dan senantiasa berpegang teguh pada syariat. 

Pengajaran Islam yang diberikan kepada peserta didik bukan berupa teori semata, melainkan untuk menjadi petunjuk kehidupan yang praktis. Keberhasilan sistem pendidikan Islam juga terwujud pada pembentukan pribadi yang mulia. Ini karena Islam meletakkan pendidikan adab bagi para pelajar sebelum mereka mempelajari ilmu-ilmu lainnya. 

Jadi selama generasi ini masih diasuh dengan sistem sekularisme, maka tidak akan terbentuk profil generasi saleh dan salihah. Mau sampai berapa lama lagi kita disuguhkan berita-berita kerusakan generasi yang makin parah? Karenanya mari selamatkan generasi dengan memformat ulang sistem pendidikan negeri ini berdasarkan syariat Islam kaffah. Saatnya membuang sistem pendidikan sekuler dan beralih ke sistem pendidikan Islam.


Oleh: Nur Hidayah
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar