Topswara.com -- Founder Syameela, Oemar Mita menyampaikan, pesan mendalam yang dikutip dari pesan ulama besar Malik bin Anas, ilmu adalah darah dan dagingmu.
"Salah satu ulama besar Malik bin Anas mengatakan, 'ilmu yang kalian peroleh dari Nabi SAW itu kedudukannya sebagaimana darah dan daging kalian. Dan kalian akan ditanya dahulu oleh Allah ilmunya itu bagaimana konsepnya, bagaimana bentuk ilmu yang akan kalian dapatkan seperti apa, dan kalian akan ditanya dahulu tentang ilmu kalian.' Maka Malik bin Anas berpesan supaya kita berhati-hati dalam mempelajari ilmu," bebernya pada acara Syameela Weekend Class: Passport to Jannah di YouTube Oemar Mita Syameela, Ahad (27/08/2023).
Maka, Abu Bassam sapaan akrabnya, menegaskan agar manusia berhati-hati dengan ilmunya. Dari mana ilmu didapatkan, karena ilmu adalah materi pertama yang Allah tanyakan dan investigasi untuk manusia sebelum Allah tanya tentang ikhlas, sebelum Allah tanya tentang hisab shalatnya.
Menurutnya, manusia akhirnya tersingkap rahasianya masing-masing. Ilmu apa yang dijadikan petunjuk hidup mereka. "Ada yang mengambil sekularisme, ada yang mengambil liberalisme, ada yang mengambil agnostik, ada yang mengambil trending dan populernya apa. Itu yang nanti mereka ungkapkan," terangnya.
Maka dari itu, Abu Bassam menyebut Allah akan melihat ilmu yang dipakai manusia itu apakah ilmu sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah ataukah tidak. Kalau ilmunya sudah benar sebagaimana yang dikatakan oleh Allah SWT untuk mengikuti Rasulullah, kemudian dilihat shalatnya, seberapa ikhlasnya dalam shalat, puasanya seberapa ikhlasnya, karena apa," ujar dia.
"SOP yang pertama yang ditanyakan oleh Allah SWT untuk kita adalah ilmu," bebernya.
Ia mengatakan bahwa Allah SWT telah menyampaikan gambaran sebuah episode orang-orang yang zalim, mereka menggigit jari-jari mereka dengan penyesalan yang begitu besar ketika mereka tahu ternyata ilmu yang mereka ambil pada kehidupan ternyata tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ÙˆَÙŠَÙˆْÙ…َ ÙŠَعَضُّ الظَّا Ù„ِÙ…ُ عَÙ„ٰÙ‰ ÙŠَدَÙŠْÙ‡ِ ÙŠَÙ‚ُÙˆْÙ„ُ ÙŠٰÙ„َÙŠْتَÙ†ِÙ‰ اتَّØ®َØ°ْتُ Ù…َعَ الرَّسُÙˆْÙ„ِ سَبِÙŠْÙ„ًا
"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, 'Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama rasul'."
(QS. Al-Furqan: 27)
"Mereka mengatakan, 'coba dulu kami mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah.' Inilah mengapa ilmu adalah persoalan yang besar dan penting," ungkap Abu Bassam.
Oleh sebab itu, dia menekankan syarat untuk mendapatkan Rrahmat Allah itu tidak hanya dimulai dari memperbaiki shalat, tidak hanya dimulai dari memperbaiki puasa, tidak hanya memperbaiki shalat malam, tetapi yang harus diperhatikan adalah ilmu yang bisa diamalkan dan betul-betul menjadi petunjuk untuk menghindarkan diri dari sifat-sifat orang Yahudi dan Nasrani.
"Sifat-sifat orang Nasrani adalah ketika mereka selalu bersemangat untuk melakukan kebaikan, mereka bersemangat untuk menebarkan kebaikan," ujar Oemar.
Tetapi, menurutnya mereka cacat di sisi Allah yaitu mereka tidak mendapatkan petunjuk ketika mereka beramal, sehingga ibadah-ibadah yang dibangun di antaranya itu berat. Contoh enggak boleh nikah, kalau nikah enggak boleh cerai.
"Sifat-sifat orang Yahudi yaitu orang-orang yang mempunyai ilmu tetapi sering memperalat ilmunya, mempergunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya. Atau memiliki ilmu tetapi tidak mau mengamalkannya," sebut dia.
Ustaz Oemar pun menyebut bahwa Nabi SAW pernah mengatakan munafiknya umat Nabi SAW justru orang yang menghafal Al Qur'an.
"Ngeri, saya membaca hadis itu membayangkan sudahlah menghafal Al-Qur'an itu susah, tetapi ternyata dari hadis itu kita mengetahui orang yang menghafal Al-Qur'an saja belum tentu selamat. Karena ternyata Rasulullah SAW mengabarkan munafiknya umat beliau justru mereka yang menghafalkan Al-Qur'an. Mengetahui ilmunya, mengetahui ayatnya, mengetahui hadisnya tetapi ternyata setiap ayat dan hadis yang mereka pelajari bukanlah untuk mendapatkan petunjuk dalam beramal tetapi justru dipergunakan sesuai kehendak hatinya," papar dia.
Akhirnya, dia menilai munculnya banyak kerusakan di dalam pemahaman agama ketika mereka tidak jujur berinteraksi terhadap setiap kebenaran yang disampaikan oleh Allah SWT.
"Jadi maaf ya kalau anak kita sudah menghafalkan Al-Qur'an, belum tentu jaminan anak itu akan menjadi pengikutnya Rasulullah SAW, sampai betul-betul kita memperhatikan bagaimana iman itu masuk pada hatinya sembari dia menghafalkan Al-Qur'an," imbuhnya.
Terakhir, Abu Bassam menyebutkan ciri-ciri manusia mendapatkan keberkahan dalam ilmu ketika mereka mampu menerima setiap kebaikan yang disampaikan oleh Allah SWT. Sehingga mampu mengubah bagaimana kehidupan malamnya, mengubah interaksi di antara dirinya dan keluarganya, mengubah interaksinya di masyarakat.[] Heni
0 Komentar