Topswara.com -- Dunia dakwah itu tidak hanya terasa nikmat karena aktivitas dakwahnya yang dilakukan oleh para pengemban dakwahnya, tetapi juga ada kenikmatan lain yang juga senantiasa dirasakan yakni keterikatan antar para pengemban dakwah di dalam suatu jamaah dakwah.
Walaupun mereka berbeda dari latar belakang pendidikan, lingkungan serta dunia kerja, tetapi hati mereka senantiasa tertaut, mereka saling mencintai dengan "ruh" Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
لم يكن بينهم ارحام يتواصلون بها لله يتحابوان بروح الله عزوجل
"Diantara mereka tidak ada rahim yang menjadi penyebab saling berhubungan karena Allah. Mereka saling mencintai dengan ikatan ruh Allah yang Maha Gagah Perkasa" (HR ath-Thabrani dari hadis Abi Malik).
Di dalam kitab Min Muqawwimat Nafsiyah Islamiyyah dijelaskan bahwa yang dimaksud "ruh" Allah adalah syariat nabi Muhammad ﷺ. Maksudnya, perkara yang menjadi pengikat di antara mereka adalah ideologi (mabda') Islam, bukan yang lain. Mereka tidak diikat oleh ikatan yang lain, baik ikatan nasab, ikatan kekerabatan, ikatan kemaslahatan, atau kemanfaatan duniawi.
Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
تصادقوا في الله و تحابوا فيه
"Mereka saling berteman di jalan Allah dan saling mencintai karena Allah" (HR Al Hakim dari Ibnu Umar).
لم تصل بينهم أرحام متقاربه تحابوا في الله وتصافوا
"Tidak ada hubungan rahim serta kekerabatan di antara mereka, mereka saling mencintai karena Allah dan saling berkawan di antara mereka" (HR Imam Ahmad dari Abu Malik Al-Asy'ari).
Ikatan ideologi Islam tersebut menjadikan pemikiran dan perasaan mereka satu, atau yang disebut dengan istilah kullun fikriyun syu'uriyun (semua satu pemikiran dan perasaan).
Misalnya, walaupun berbeda latar pendidikan dan lingkungan, namun mereka memiliki pemikiran dan perasaan yang sama saat melihat realitas yang ada di hadapan mereka. Bahwa realitas atau fakta tersebut yang harus dihukumi dengan Islam, bukan Islam yang harus dihukumi (disesuaikan) dengan realitas atau fakta yang sedang terjadi.
Mereka juga memiliki perasaan yang sama, bahwa kondisi generasi akhir umat Islam sekarang ini tidak akan bisa diperbaiki dengan apapun, melainkan hanya bisa diperbaiki dengan sesuatu yang dimana sesuatu itulah yang dulu menjadikan generasi awal umat ini menjadi baik, dan sesuatu itu adalah kembali kepada Islam. Kembali menerapkan syariat Islam secara kaffah baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Imam Malik bin Anas berkata:
لن يصلح آخر هذه الأمة إلا ما أصلح أولها
Tidak akan bisa memperbaiki kondisi generasi akhir umat ini kecuali apa yang telah mampu memperbaiki kondisi generasi awal umat ini.(Tanqihut Tahqiq 2/423 - Al-Hafidzh Ibnu Abdil Hadi).
Oleh karenanya, jika telah berada pada suatu jamaah dakwah yang dengan keberadaan kita di dalamnya membuat kita makin baik, makin menjadi lebih shalih, makin membuat takut kepada Allah, makin membuat diri mengarah kepada pribadi yang muttaqien (bertakwa), maka genggam erat jemaah dakwah tersebut. Kenapa? Karena itu adalah nikmat terbaik setelah kenikmatan berislam bagi seorang hamba.
Umar bin Khaththab berkata,
ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به
“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.” [Qutul Qulub Fii Muamalatil Mahbub 2/17]
Wallahualam bisawab
Adi Victoria
Pengamat Geopolitical Institute
0 Komentar