Topswara.com -- Bulan Zulhijah telah berlalu.Namun, tetap hangat untuk dibicarakan. Dimana pada bulan itu umat Islam di seluruh penjuru dunia sedang melaksanakan runtutan ibadah haji yang puncak dari ibadah haji tersebut adalah wukuf di arafah, dan setelah wukuf itu umat Islam seluruhnya akan merayakan idul adha.
Betapa bahagianya hati yang telah terpaut kuat dengan sang rabb Nya, kenikmatan dalam beribadah pun akan didapatkan, mengenakan ihram yang sama thawaf yang sama, juga wukuf pada hari dan tempat yang sama.
Namun, sungguh tahun ini terulang kembali peristiwa memilukan bagi umat Muhammad ini. Jangankan mendengarkan gema takbir di hari yang sama, mereka kaum muslimin diberbagai belahan dunia lain masih merasakan kepedihan dan kepiluan, akibat penganiayaan, diusir, dibombardir, dirampas negeri mereka dengan semena-mena dengan kafir penjajah seperti yang terjadi di Palestina,di Zinjiang,di Kasmir dan dinegeri-negeri muslim lainnya.
Walaupun sebagian negeri kaum muslimin masuk dalam daftar perserikatan bangsa-bangsa, nyatanya seperti keluar dari mulut harimau masuk ke mulut serigala.
Yaa betul keberadaan perserikatan itu hanya tambah mengokohkan hegemoni kapitalisme dinegeri-negeri kaum muslimin.
Sejak runtuhnya khilafah sebagai pelindung hakiki umat, sejak saat itu pula kaum muslimin hidup dalam kondisi memilukan dan mengerikan akibat dominasi dan penerapan sistem kapitalisme sekuler.
Perbedaan penentuan awal dan akhir Ramadhan, termasuk bulan Zulhijah kemarin yang kita saksikan adalah perbedaan pelaksanaan Idul Adha,
Hal ini menjadikan umat terpecah-belah dalam sekat-sekat Ashabiyah, sekat-sekat negara bangsa, yang memudahkan musuh-musuh Islam memangsa, yakni menjauhkan umat dari akidah Islam,
Mereka tidak lagi takut akan keharaman melaksanakan puasa dihari Ied juga tidak merasakan bahwa sesama muslim itu bersaudara, sehingga tidak ada rasa sakit ataupun geram melihat kerakusan kafir penjajah merampas negeri-negeri kaum muslimin.
Seharusnya ibadah haji adalah gambaran persatuan umat ini karena dalam pelaksanaan ibadah haji tersebut kaum muslimin melakukan ritual ibadah yang sama, dzikir yang sama, ditempat yang sama, menghadapkan wajah yang sama, dan mengenakan busana ihram yang sama, tanpa memperdulikan lagi batasan negara bangsa atau nation states, warna kulit, perbedaan suku, dan sebagainya.
Hal itu semestinya mengingatkan kita akan karakter umat Islam sebagai umat yang satu. Perwujudan umat yang satu itu adalah karena ikatan yang satu yaitu akidah Islam dalam sistem ilahi yaitu khilafah islamiah.
Mari segera kita sadari bahwa tanpa institusi pemersatu umat yakni khilafah niscaya umat ini tidak akan bisa bersatu dan menjadi khairu ummah, untuk itu perjuangan dalam menegakkan kembalinya institusi pemersatu umat ini adalah suatu hal yang urgent yang semestinya harus segera kita utamakan diatas kepentingan yang lain.
Wallahu a'lamu bishawab.
Oleh: Dewi Khoirul
Aktivis Muslimah
0 Komentar