Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Enam Tips Menghilangkan Insecure pada Anak


Topswara.com -- Belakangan ini, kita ramai menggunakan istilah “insecure”. Ketika merasa tidak nyaman dengan pasangan atau dengan atasan, orang bilang, “Aku lagi insecure, nih.” Apa sih insecure itu?

Menurut Abraham Maslow, Bapak Psikologi modern, pribadi insecure adalah seseorang yang melihat dunia sebagai hutan belantara yang mengancam, lalu kebanyakan manusia berbahaya dan egois. 

Pribadi insecure merasa sebagai sosok yang tertolak dan terisolasi, cemas, tidak percaya diri, umumnya pesimis, dan tidak bahagia. Sosok yang insecure juga menunjukkan tanda-tanda ketegangan dan konflik, cenderung neurotik, umumnya egois dan egosentris.

Sayangnya, orang tua acapkali luput mewaspadai kondisi insecure pada anak-anak dan remaja, padahal kondisi insecure juga bisa dialami mereka. Ketidakpekaan orang tua bisa disebabkan karena kesibukan mereka, atau sebagian orang dewasa berpikir anak bisa mengatasi persoalan mereka sendiri dan anak-anak dalam kondisi baik-baik saja.

Patut diwaspadai juga, orang tua justru bisa jadi penyebab kondisi insecure pada anak-anak mereka sendiri. Ini ditandai dengan anak malas berkomunikasi dengan orang tua, tertutup, sering menyendiri di kamar, memilih bersama kawan-kawannya, atau juga bisa membangkang.

Penting bagi orang tua untuk mawas diri dan melakukan evaluasi, memperbaiki hubungan dengan anak agar tercipta suasana islami dan nyaman bersama anak. Bagaimana menjaga hubungan dengan anak agar mereka tidak merasa insecure, serta justru nyaman dan terbuka dengan kedua orang tua?

Pertama, cukupi kasih sayang kepada anak. Bukan saja anak-anak yang belum balig, tetapi para remaja yang sudah puber juga membutuhkan kasih sayang yang cukup. 

Anak-anak dan remaja akan merasa nyaman/secure apabila mendapatkan suasana penuh persahabatan, perhatian, dan kasih sayang. Mulailah dengan cara berbicara yang menyenangkan dan lembut kepada mereka, hindari nada yang membentak, kata-kata yang menyindir, apalagi menjatuhkan mental anak.

Kedua, berikan family time berkualitas.
Anak-anak, terutama si kecil yang belum balig, membutuhkan family time yang cukup dan berkualitas. Keduanya harus didapat, yakni kuantitas dan kualitas. 

Saat beranjak dewasa, durasi pertemuan akan makin berkurang, tetapi kualitas harus meningkat. Orang tua jangan abaikan family time karena frekuensi dan kualitas pertemuan berpengaruh besar pada ikatan emosional dan rasa nyaman pada anggota keluarga. 

Anak-anak yang jarang bertemu orang tuanya rawan mengalami suasana insecure karena merasa minim perhatian. Family time berkualitas bukan diisi dengan memanjakan anak menggunakan beragam fasilitas, tetapi dengan bercanda, obrolan yang akrab, juga nasihat dan harapan dari orang tua, juga anak.

Ketiga, tegur kesalahan anak dengan edukasi. Seringkali anak merasa insecure di rumah karena mendapati orang tua mereka pemarah, terutama saat mereka melakukan kesalahan. Jadikan kesalahan anak sebagai kesempatan mengedukasi (ta’dib), sekaligus memberikan solusi.

Berlebihan menegur anak membuat mereka merasa tidak nyaman, stres, dan merasa tidak diterima secara utuh oleh keluarga. Anak ingin orang tua menerima kesalahan mereka dengan wajar dan bukan menempatkan mereka layaknya tersangka kejahatan.

Keempat, mengapresiasi prestasi anak.
Orang tua pasti bangga melihat anaknya berprestasi. Akan tetapi, harapan dan tuntutan yang keras kepada mereka bisa menciptakan suasana insecure. Ketimbang menekan anak untuk berprestasi, lebih utama jika memotivasi dan mengapresiasi mereka. 

Syukuri setiap pencapaian diri anak dan tidak membandingkannya dengan anak lain, karena setiap anak punya keistimewaan sendiri. Selain itu, hargai keputusan dan keinginan anak selama tidak menyalahi agama, meski bisa jadi tidak sama dengan harapan orang tua.

Kelima, engaku salah dan minta maaf kepada anak. Suasana insecure sering dirasakan anak karena sosok orang tua yang tidak pernah merasa salah, mau menang sendiri, tidak mau terima masukan, dan selalu keras. Keadaan ini membuat anak-anak merasa tidak nyaman berhadapan dengan orang tua.

Di depan orang tua, mereka cenderung menyembunyikan perasaannya dan melakukan hal sebaliknya di belakang. Apabila ada masalah, mereka juga cenderung tertutup, tidak mau mengutarakannya kepada orang tua karena sering dipersalahkan, bukan dibantu mencari penyelesaian.

Penting bagi orang tua mengubah karakter dirinya menjadi sosok yang bersahabat dengan anak, terbuka menerima masukan, dan tidak malu meminta maaf apabila melakukan kesalahan, atau belum bisa memenuhi harapan mereka. Dengan begitu, anak akan merasa nyaman karena percaya bahwa orang tua mereka adalah sosok yang manusiawi dan punya perasaan.

Keenam, ingatkan selalu pentingnya menaati Allah Taala. Rahasia ketenangan dan kenyamanan keluarga muslim adalah ketaatan kepada Allah. Bukan kekayaan atau luasnya tempat tinggal, juga bukan fasilitas hidup yang bisa memberikan rasa secure, melainkan syukur kepada Allah, zikir, salat, dan menjaga diri dari kemungkaran yang akan mendatangkan sakinah dalam hati keluarga. 

Firman-Nya, “Dialah yang menurunkan sakinah ke dalam hati orang-orang yang beriman.” (QS Al-Fath [48]: 4).


Oleh: Ustaz Iwan Januar
Direktur Siyasah Institute

Sumber: iwanjanuar.com
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar