Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dua Sisi dalam Dakwah


Topswara.com -- Dakwah itu menjalankan dua sisi sekaligus. Dakwah itu pertemuan hak dan batil. Dakwah itu menghilangkan kerusakan dan mengadakan kebaikan. Dakwah itu mehancurkan kezaliman dan membangun keadilan. Dakwah itu meninggalkan kegelapan dan menuju cahaya.

Pengemban dakwah itu harus memiliki kesadaran politik, agar tidak terseret oleh badai yang memalingkan, agar tidak terbuai dengan kelezatan sesaat, agar tidak terlena dengan asyiknya permainan. 

Sisi pertama,

والواعي سياسياً يتحتم عليه أن يخوض النضال ضد جميع الاتجاهات التي تناقض اتجاهه ، وضد جميع المفاهيم التي تناقض مفاهيمه 

Orang memiliki kesadaran politik akan mengharuskannya untuk terjun dalam perjuangan melawan semua orientasi (cara pandang) yang bertentangan dengan orientasinya, dan melawan semua pemahaman yang bertentangan dengan pemahamannya.

Sisi kedua,

في الوقت الذي يخوض فيه النضال لتركيز مفاهيمه وغرس اتجاهه

Pada waktu yang sama, dia terjun dalam perjuangan tersebut untuk memperkokoh pemahamannya dan menanamkan orientasinya.

Dua dalam Satu 

فهو يسير في اتجاهين في آن واحد ، لا ينفصل أحدهما عن الآخر في النضال قيد شعرة ، لأنهما شيء واحد

Dia berjalan dengan dua arah pada saat yang sama, yang tidak terpisah satu dengan lainnya dalam perjuangan, pada sehelai rambut pun, karena keduanya adalah satu hal yang sama. 

Dua Sisi yang Niscaya

فهو يحطم ويقيم ، يهدم ويبني ، يبدد الظلام ويشعل النور ، وهو كما قيل ناراً تحرق الفساد , ونوراً يضئ طريق الهدى ، وكما يدخل في تركيز المفاهيم ، وغرس الاتجاهات تنزيل الأفكار على الوقائع. مفاهيم سياسية (ص: 167)

Dia meruntuhkan dan juga menegakkan, menghancurkan dan juga membangun, memupuskan kegelapan dan juga menyalakan cahaya. Dia bagaikan api yang membakar kerusakan, dan cahaya yang menerangi jalan petunjuk. Dia juga akan terjun dalam upaya mengokohkan pemahaman, menanamkan orientasi, menerapkan pemikiran atas fakta. (Mafahim Siyasiyah, hlm. 167)

Jadi jangan bergeser dengan menggunakan orientasi yang salah untuk menghancurkan kerusakan. Bukan atas nama “kadaulatan rakyat, keadilan sosial, suara rakyat suara tuhan”, dan lain-lain. 

Tidak boleh ridha atas kemunkaran. Minimal ada rasa tidak ridha dalam hati saat melihat kemunkaran baik saat kemunkaran tersebut menjadi pemenang atau pecundang. Tidak ridha itu adalah bentuk dari selemah-lemahnya iman. Karena Nabi bersabda, 

وليس وراء ذلك من الإيمان حبة خردل
Selain dari itu tidak ada iman barang sebesar biji sawi pun. (HR. Muslim). 


Oleh: Ajengan Yuana Ryan Tresna
Peneliti Raudhah Tsaqafiyyah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar