Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Berulang Kasus Tawuran, Butuh Solusi Tuntas


Topswara.com -- Tawuran antarpelajar kembali terulang untuk kesekian kalinya, konflik sosial remaja seperti tawuran kerap kali terjadi. Ada apa dengan sistem pendidikan di negeri ini? Rupanya inilah wajah asli dari sebuah sistem pendidikan sekuler. 

Padahal sudah sederet peraturan dilahirkan seperti aturan yang memberi panduan pencegahan dan penanganan tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan, yaitu Permendikbud, tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Satuan Pendidikan, serta Permendikbudristek, tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi. 

Kemudian Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja). Selain itu kurikulumpun sudah sering berganti, tentu saja ini semua upaya untuk mencegah tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan.  

Segunung Permasalahan dalam Sistem Pendidikan

Di lansir dari Berita Satu (23/07/2023) Sebannyak 20 pelajar yang rata-rata baru saja masuk di bangku kelas 1 sekolah menengah atas (SMA) diamankan di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Karena hendak tawuran dengan membawa senjata tajam.

Kasus tawuran diatas adalah salah satu fakta dari sekian banyak kasus-kasus yang terjadi. Tawuran antar pelajar bukan saja satu problem dalam dunia pendidikan, permasalahan lainnya menambah daftar panjang buramnya pendidikan di negeri ini. 

Tawuran, pergaulan bebas dan penggunaan obat terlarang adalah satu contoh kegagalan sistem pendidikan sekuler. Generasi mengalami penurunan moral dan hilangnya jati diri.

Menilik fenomena kenakalan remaja saat ini, tidak lain dan tidak bukan penyebabnya ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal adalah hilangnya identitas hakiki diri remaja sebagai seorang hamba Allah yang diakibatkan sistem kehidupan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Mereka menanamkan hedonisme yang memandang kehidupan ini sekedar tempat bersenang-senang.

Adapun faktor eksternal terbagi menjadi tiga aspek, yaitu keluarga, lingkungan masyarakat dan negara. Faktor keluarga ialah cara pandang kedua orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. 

Jika paradigmanya adalah sekularisme kapitalistik, maka anak-anak akan tumbuh menjadi generasi sekuler pula yang tentunya hanya berorientasi pada materi semata yaitu kesuksesan duniawi.

Sedangkan faktor negara ialah penerapan kurikulum dan sistem pendidikan. Tugas negara adalah membangun suasana takwa pada setiap individu. Allah SWT telah mengingatkan secara jelas pentingnya mempersiapkan generasi muda yang kuat dalam berbagai sisi. Terutama dalam syariat Islam. 

Oleh karena itu, menyiapkan generasi muda yang memahami syari’at Islam merupakan sesuatu yang tidak diragukan lagi urgensitasnya. 

Maka jelaslah selain keluarga dan lingkungan yang berperan penting, negarapun berkewajiban penuh melindungi generasi dari paparan ideologi sekuler kapitalisme yang jauh dari Islam yang dapat merusak kepribadian mereka.

Solusi Komperehensif Memperbaiki Generasi

Oleh karena itu ada cara pandang yang harus diubah oleh negeri ini, yaitu jika generasi rusak maka pemerintah harus dianggap gagal, sebab pembangunan sesungguhnya bukan hanya membangun infrastruktur. Pembangunan paling penting adalah pembangunan generasinya. 

Oleh karenanya, untuk menghasilkan generasi emas yang unggul, cerdas, dan bertakwa, tidak cukup dengan memangkas masalah cabang saja. Sementara, akar masalahnya sekularisme kapitalisme masih tetap berdiri kokoh menjadi pedoman dalam menyusun kerangka kurikulum dan kebijakan pendidikan. 

Negeri ini harus mengevaluasi, serta mengoreksi total sistem pendidikan agar tawuran antarpelajar dan problem remaja lainnya dapat terselesaikan secara tuntas.
Pendidikan berbasis sistem Islam sangat berbeda dengan pendidikan berbasis sistem sekularisme. 

Islam memandang generasi adalah aset negara, maka perhatian ini di wujudkan secara praktis di tiga tingkat institusi yang menerapkan Islam bagi anak. Yakni keluarga, lingkungan masyarakat dan negara. 

Pertama, keluarga. Dalam Islam orang tua telah ditekankan untuk membina keluarganya dengan ketaqwaan dan ketaatan. Orang tua berkewajiban memberikan bimbingan sejak dini pada anak-anaknya untuk kemudian mengenali hakikat dirinya sebagai seorang hamba Allah. 

Setiap anak harus dibekali keimanan dan kecintaan yang tinggi kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan bekal iman inilah akan terbentuk ketakwaan dalam diri mereka yang dapat mencegahnya dari berbuat maksiat.

Kedua, lingkungan masyarakat. Islam memerintahkan agar masyarakat hidup dalam kondisi saling taawun, amar maruf nahi mungkar, agar masyarakat selalu dalam suasana keimanan dan ketaatan bukan saling menunjukkan eksistensi dengan jalan yang salah seperti tawuran, sehingga tentunya perilaku masyarakat akan selalu kondusif dan suasana tersebut akan berdampak positif pada anak. 

Ketiga, negara. Tugas negara adalah menyelenggarakan pendidikan secara komprehensif. Negara wajib menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai, mulai dari sarana dan prasarana, pembiayaan pendidikan, tenaga pengajar profesional, hingga sistem gaji guru yang menyejahterakan. 

Paling penting kurikulumnya berbasis akidah Islam yang akan membentuk generasi yang memiliki syaksiyah Islam yaitu generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam. 
Pada masa khilafah Islam, telah banyak lahir generasi cemerlang yang unggul. 

Tidak hanya unggul dalam ilmu saintek, mereka pun sukses menjadi ulama yang faqih fiddin. Keseimbangan ilmu ini terjadi karena menjadikan Islam sebagai asas dan sistem yang mengatur dunia pendidikan.

Wallahu’alam bishawab []


Oleh: Nur Octafian NL, S.Tr.Gz
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar