Topswara.com -- Modus penipuan makin marak terjadi. TPPO salah satunya. Dan kini tengah marak menimpa para pelajar. Diiming-imingi magang di luar negeri dengan gaji tinggi, banyak pelajar dan mahasiswa terjebak dalam pusaran arus penjualan orang (liputan6.com, 28/6/2023). Jam kerja yang melebih normal, 14 jam sehari, tak ada libur dan adanya pemotongan gaji.
Magang ala Sekularisme Kapitalistik
Konsep kerja yang tidak manusiawi. Banyak mahasiswa magang di Jepang, yang awalnya diiming-imingi posisi yang menjanjikan (bbcindonesia.com, 28/6/2023). Namun nyatanya, posisinya hanya buruh sekedarnya.
Komnas HAM menyebutkan bahwa fakta tersebut sudah berlangsung selama 15 tahun (kompas.com, 8/7/2023). Dan banyak menyasar anak SMK dan mahasiswa yang tengah melaksanakan tugas magang.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Komisioner Komnas HAM, Anis Hidayah yang merespons tingginya tingkat TPPO di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Komnas HAM pun mendesak agar Kemendikbudristek dapat bertanggung jawab atas kejadian ini. Kemendikbudristek berfungsi sebagai bagian dari satgas TPPO, namun sayang fungsi tersebut tak berjalan sebagaimana mestinya.
Modus ini harus diwaspadai. Sekjen Kementrian Tenaga Kerja, Anwar Sanusi, menghimbau agar para pelajar dan mahasiswa memastikan kejelasan kontrak mengenai hak dan kewajiban sebelum berangkat ke luar negeri (CNBCIndonesia.com, 12/7/2023).
Saat ini Kemenaker dan BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) tengah bekerjasama mengatasi dan mengantisipasi kasus TPPO.
Eksploitasi Pendidikan dalam Sistem Sekularisme
Magang pada pelajar dan mahasiswa merupakan celah yang rawan digunakan untuk modus kejahatan. Sebetulnya, magang adalah proses pembelajaran tentang teori yang dipelajari di sekolah atau kampus.
Dengan adanya magang, diharapkan pelajar dan mahasiswa lebih memahami konsep dan praktik suatu ilmu. Sehingga hasil pembelajaran dapat diraih sempurna. Dan jelas, konsep magang berbeda dengan bekerja. Sayangnya, konsep ini dirusak karena keserakahan oknum yang takwa dbertanggung jawab.
Semua yang terjadi tidak lepas dari sistem pendidikan yang kini diterapkan. Yakni sistem pendidikan sekulsrisme kapitalistik yang berorientasi pada kerja. Sehingga muncullah program magang yang memberikan kesempatan untuk mengeksploitasi orang lain. Demi keuntungan diri dan perusahaannya.
Memang betul, program magang bukanlah sumber masalah yang utama. Namun, sistem pendidikan sekularisme kapitalistik-lah yang menjadi biang masalah.
Karena sistem pendidikan inilah yang menciptakan program magang. Lembaga-lembaga pendidikan, seperti sekolah dan perguruan tinggi dituntut untuk menyediakan sumberdaya manusia yang siap bekerja.
Semua diorientasikan agar para pelajar dan mahasiswa dapat sesegera mungkin bekerja dan mendapatkan penghasilan. Dan hal ini dipandang sebagai solusi setiap masalah pengangguran.
Mahasiswa dan pelajar umumnya begitu antusias mengejar program magang. Demi prestise, eksistensi diri, pekerjaan bergengsi, dan agar "dipinang" perusahaan besar.
Sementara industri-industri yang ada semakin diuntungkan dengan adanya link and match antara dunia kerja dan dunia pendidikan. Lagi-lagi, tujuan utamanya demi keuntungan korporasi dan perusahaan besar.
Sementara, para pelajar dan mahasiswa yang bekerja di dalamnya, hanya digaji sekedarnya. Inilah bentuk pembajakan potensi mahasiswa dan pelajar oleh sistem rusak, sekulerisme kapitalistik.
Seharusnya para pelajar dan mahasiswa ini menjadi agent of change. Agen perubahan yang menciptakan kehidupan lebih baik. Namun apa daya, semua menjadi lemah karena belitan sistem yang melenakan.
Parahnya lagi, mereka pun menjadi korban kriminalitas penjualan orang. Hal ini pun faktanya semakin buruk, karena minimnya pengawasan negara pada tenaga kerja migran. Program magang yang seharusnya menjadikan para pelajar dan mahasiswa lebih cerdas dan matang, namun disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Alhasil, kejahatan kian merajalela dan tak terkendali.
Ilmu seharusnya mampu menjadikan mulia pemiliknya. Namun sayang, sistem rusak merubah konsep ini. Ilmu yang ada digunakan untuk menghasilkan pundi-pundi uang.
Inilah peta jalan pendidikan ala sekularisme kapitalisme. Hanya kezaliman dan kesengsaraan yang tercipta. Selayaknya sistem ini segera dicampakkan. Kemudian menggantinya dengan sistem yang shahih dan amanah mengurusi pendidikan rakyat.
Islam Menjaga Kehormatan dan Menjamin Pendidikan
Sistem Islam yang tegak di atas institusi khilafah menjamin keamanan dan pendidikan seluruh rakyat. Tanpa ada diskriminasi dan aksi kapitalisasi. Khilafah yang dipimpin seorang khalifah menetapkan bahwa generasi adalah potensi yang harus dijaga pendidikannya secara menyeluruh.
Atas konsep inilah, khilafah wajib menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pendidikan demi tercapainya kecerdasan generasi. Sehingga mampu tercipta sumberdaya manusia berkualitas. Tidak hanya siap terjun ke dunia kerja, namun sumberdaya manusia yang mampu mengemban Islam sebagai visi misi kehidupan. Demi kemuliaan ilmu yang dimilikinya.
Allah SWT. menempatkan bahwa orang yang mulia adalah orang yang memiliki ilmu. Bahkan memposisikannya setara dengan iman. Rasulullah SAW. bersabda,
"Barang siapa yang mencari ilmu maka ia di jalan Allah SWT. sampai ia pulang.” (HR. Tirmidzi).
Betapa pentingnya ilmu sebagai sektor penunjang kehidupan. Negara wajib menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung terciptanya kondisi pendidikan yang kondusif. Sehingga tujuan pendidikan pun dapat diraih.
Melalui sistem pengelolaan politik dan ekonomi Islam dapat tercipta sistem pendidikan Islam yang ideologis. Setiap muslim diarahkan agar berkepribadian Islam.
Inilah pondasi utama agar ilmu membawa kemuliaan dalam kehidupan. Agar ilmu dapat diterapkan demi mendukung kekhilafahan dalam menjalankan syariat Islam dan menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru negeri. Serta mampu melayani umat dengan pelayanan yang terbaik. Inilah hakiki fungsinya ilmu. Menjaga generasi dari segala bentuk keterpurukan.
Wallahu a'lam bisshawwab.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar