Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tawuran Marak Terjadi, Islam Solusi


Topswara.com -- Berbagai persoalan yang melanda negeri ini bagaikan air bah yang tak kunjung usai. Kini, potret buram dunia pendidikan kian menjadi sorotan, tawuran pelajar kembali terjadi di berbagai daerah, mirisnya terjadi di awal tahun ajaran baru.

Dilansir Beritasatu.com, Polresta Tangerang ada 69 pelajar dari dua sekolah yang berbeda diamankan kepolisian karena berencana melakukan tawuran pada hari pertama masuk sekolah. (23/7/2023).

Tawuran pelajar juga terjadi di Purworejo-Magelang, Jawa Tengah. Aksi tawuran sempat viral di media sosial. Dalam video tersebut terlihat dua kelompok pelajar saling serang dan kejar-kejaran di jalan raya. Bahkan beberapa dari mereka terlihat membawa senjata tajam. (TribunJogja.com, Senin/17/7/2023).

Maraknya kasus tawuran di negeri ini khususnya yang menimpa para pelajar, semakin mengkhawatirkan nasib generasi saat ini. Generasi yang seharusnya menatap masa depan dengan penuh keyakinan malah berada dalam jurang kehancuran, karena dekat dengan tawuran dan senjata tajam bahkan kematian.

Permasalahan ini semakin membuktikan bahwa pemerintah telah gagal dalam sistem pendidikan. Karena dalam sistem kapitalisme sekuler, peserta didik hanya dicetak untuk menjadi generasi pekerja bukan menjadi generasi yang mulia dengan kepribadian Islam. 

Sistem ini membuat manusia jauh dari rasa kemanusiaan. Karena para pemuda liberal bebas melakukan apa saja yang mereka sukai walaupun itu bisa menghilangkan nyawa manusia.

Ironisnya, tawuran antar remaja menambah daftar panjang problem bangsa ini, dan tawuran yang terjadi antar pelajar bukanlah hal yang baru di dunia pendidikan Indonesia. Seolah, tawuran pelajar merupakan kebiasaan yang diwariskan untuk generasi muda selanjutnya. Parahnya lagi, tradisi ini tidak bisa dihentikan bahkan pemerintah pusat sekalipun.

Ditambah lagi, kurikulum pendidikan saat ini hanya berorientasi pada pencapaian nilai akademik di atas kertas, tetapi abai pada pembinaan kepribadian pelajar. Nilai-nilai agama yang seharusnya ditanamkan justru tidak diutamakan.

Begitu pula dalam keluarga, orang tua tidak mendidik anak-anaknya dengan standar agama, sehingga anak tumbuh dengan jiwa antisosial pemarah, tidak mau kalah, dan miskin empati. Negara juga gagal dalam menciptakan lingkungan sosial yang aman dan tentram bagi remaja. 

Ditambah lagi, banyaknya tontonan perilaku tawuran yang disuguhkan oleh media baik media masa seperti televisi atau media sosial yang dapat mempengaruhi anak untuk mencontoh perilaku yang sama.

Kasus tawuran disebabkan oleh ide sekuler yang telah membentuk generasi yang mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah secara instan. Tanpa melibatkan aturan agamanya. 

Maka tidak heran, dengan sikap seperti ini akan lahir generasi yang tidak takut akan dosa kepada sang Pencipta yakni Allah SWT dalam melakukan suatu kemaksiatan.

Sangat berbeda jika diatur dengan cara pandang Islam. Islam memandang bahwa mendidik seorang anak merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk dan mengembangkan karakter anak. Sehingga anak menjadi manusia yang beradab, bermanfaat, dan bermartabat. Karena anak calon penerus bangsa ini.

Islam memiliki sistem pendidikan terbaik yang mampu menghasilkan generasi berkualitas yang berkepribadian Islam. Dalam naungan sistem Islam, pelajar terkondisikan untuk menjadi insan berkepribadian Islam.

Islam bukan hanya hadir sebagai agama ritual tetapi juga hadir sebagai solusi atas segala permasalahan kehidupan dibawah kontrol pemerintahan Islam, Islam menjadikan keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan, sehingga menjadi benteng dari perilaku jahat/sadis.

Sejatinya, ada tiga hal yang berperan penting dalam tercapainya tujuan pendidikan di negeri ini, yaitu keluarga, masyarakat, dan negara. Tatanan kecil dari masyarakat yang bermakna keluarga berperan dalam pembentukan kepribadian Islam sejak sekolah dasar dengan pembekalan akidah Islam dan syariat Islam. Harapannya setelah mereka akil baligh mereka dapat menerapkan syariat Islam secara kaffah.

Sementara masyarakat dalam Islam berperan dalam kontroling terhadap perilaku individu, yakni penegakan amar makruf nahi mungkar demi tercapainya lingkungan yang mendukung ketaatan seorang anak. Apabila lingkungan masyarakat baik, maka terbentuk pula anak yang berkepribadian baik sesuai dengan tuntunan Islam.

Adapun negara memiliki peran yang paling sentral, yakni penggunaan kurikulum yang berbasis Islam. Dengannya ditetapkan tujuan-tujuan pembelajaran yang menghantarkan seorang anak pada ketaatan. Perbuatan kurikulum yang berdasarkan akidah Islam dan paradigma pendidikan berbasis Islam. 

Firman Allah:

“Wahai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu” (QS Al-Baqarah: 208).

Demikianlah, bagaimana kesempurnaan Islam dalam menciptakan sistem pendidikan Islam. Sehingga akan menghasilkan generasi yang bertakwa, dan berkepribadian Islam. 

Wallahu a’lam bis shawwab.


Oleh: Hamsia
Pegiat Literasi
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar