Topswara.com -- Apakah benar hijrah sukses itu cukup dengan ganti baju yang tadinya belum syar'i menjadi mendadak syar'i, tetapi lisan dan perbuatannya masih bebas ala kapitalis?
Hijrah memang harus benar-benar atas kesadaran diri sendiri, bukan paksaan atau karena ingin mendapatkan perhatian dan cinta makhluk.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."
(QS. Ar-Ra'd: 11)
Artinya kita sendiri harus mengambil pilihan untuk menjalankan hidup sesuai dengan syariat Islam. Wajar, jika kita memiliki keinginan-keinginan duniawi. Karena Allah SWT membekali manusia dengan kebutuhan jasmani dan naluri (gharizah) yang senantiasa membuat manusia terdorong untuk melakukan sesuatu, akan tetapi tidak semua dorongan tersebut harus dipenuhi.
Jika dorongan tersebut berasal dari kebutuhan jasmani, maka harus dipenuhi, misalnya makan dan minum. Karena jika tidak dipenuhi, kita akan mati. Tetapi jika dorongan itu berasal dari naluri, maka tidak harus semuanya dipenuhi, seperti naluri berkasih sayang, naluri ingin eksis, naluri memiliki jabatan keren. Maka kita memiliki dua pilihan, yaitu mau memenuhi dorongan-dorongan tersebut ataupun tidak. Cara memenuhinya sesuai aturan Allah SWT atau tidak.
Jika itu di dalam kemampuan kita untuk memilih, maka akan dimintai pertanggung jawaban. Cara memenuhinya lewat jalur ketaatan atau maksiat, itu adalah pilihan.
Masalahnya, taat dalam sistem kapitalisme tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kenapa? Karena sistem kapitalisme yang memandang hidup untuk meraih materi sebanyak-banyaknya. Kapitalisme memiliki asas yang sekuler, yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Jadi, standar kehidupan bukanlah halal dan haram, melainkan untung atau rugi.
Alhasil, terbentuklah individu-individu yang menghalalkan segala cara untuk mendapat keuntungan sesuai versinya. Kalau ingin menjadi taat bisa, tetapi harus mencabut dulu jiwa-jiwa kapitalis yang sudah tertanam sejak kecil. Sekali lagi bisa, tetapi butuh upaya yang serius.
Apalagi masyarakat kapitalis tidak bisa diandalkan untuk mengkondisikan ketaatan kita. Saking banyaknya yang tidak benar hingga orang-orang yang benar justru dianggap tidak benar.
Misalnya rajin kajian Islam, dibilang kurang kerjaan, semangat berdakwah dibilang ikut campur urusan orang, jadi serba salah. Aktivitas amar makruf nahi mungkar ditinggalkan dengan dalih hak asasi manusia.
Ditambah lemahnya kontrol masyarakat. Masyarakat kapitalis justru berlomba-lomba jor-joran dalam hal materi. Makin jauhlah semangat individu-individu di dalamnya untuk memikirkan tentang ketaatannya kepada Allah SWT.
Sebenarnya negara memiliki andil besar dalam membentuk individu dan masyarakat yang bertakwa dan shahih pemikiran Islamnya. Sayangnya, negara yang menerapkan sistem kapitalis melepaskan tanggung jawab tersebut, lagi-lagi demi keuntungan materi. Sistem pendidikan yang diterapkan berbasis sekuler.
Sehingga output generasi yang dihasilkan adalah generasi yang semangat mengejar dunia yang nantinya sukses menjadi budak korporat, soal Islam mereka tidak paham bahkan gagal paham.
Ditambah lagi, diracuni dengan media-media yang menyebabkan pemikiran rusak ala Barat. Alhasil makin jauh umat Islam dari pemikiran yang benar. Jadi, jika kita serius mau hijrah, maka kita harus mencabut pemikiran kapitalis kita dari akarnya, bukan hanya sekedar ganti baju syar'i saja. Caranya dengan mengkaji Islam secara kaffah sampai terbentuk pemahaman Islam yang terkerangka dan mampu membangun kepribadian Islam.
Ngaji yang seperti itu, tidak bisa dilakukan sendirian, tetapi harus dibina oleh guru yang ikhlas. Oleh karena itu, carilah kelompok dakwah Islam ideologis yang ciri-cirinya sama seperti jamaah dakwah Rasulullah SAW.
Nah, tidak cukup sampai di situ, agar kita bisa tetap istiqamah dalam ketaatan, maka kita juga harus berdakwah, ikut berupaya berjuang mengubah masyarakat ini menjadi masyarakat islami.
Masyarakat islami, yaitu masyarskat yang senantiasa beramar makruf nahi mungkar dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Namun masyarakat yang Islam ini tidak mungkin terbentuk jika kebijakan-kebijakan negara masih kapitalis sekuler. Jadi, negara juga harus menerapkan kebijakan sesuai syariat Islam dalam semua aspek.
Negara seperti ini, yang dalam segi Islam disebut khilafah islamiah. Khilafah akan memberikan pendidikan berbasis akidah Islam yang tujuannya untuk membentuk pola pikir dan pola sikap Islami.
Selain itu, media akan difungsikan hanya menyebarkan konten-konten edukasi dan meningkatkan ketakwaan saja. Masyaallah pasti kita merindukan negara seperti itu. Oleh karena itu, hijrah tidak cukup untuk individu saja tetapi harus skala sistem.
Oleh: Nabila Zidane
Analis Mutiara Umat Institute
0 Komentar