Topswara.com -- Sibuk biasa jadi senjata pamungkas. Alasan untuk tidak menghadiri berbagai acara. Tidak datang arisan alasan sibuk. Tidak datang walimah alasan sibuk. Tidak datang menjenguk orang tua alasan sibuk. Tidak datang menjenguk kawan sakit alasan sibuk. Sampai pun tidak datang ngaji alasan juga sibuk. Pendek kata sibuk jadi penutup berbagai alasan sebenarnya.
Jika kita sering memakai alasan sibuk sebagai pembenaran agar orang lain maklum. Memangnya kita kira orang yang hadir di berbagai acara itu pengangguran? Tidak punya kegiatan? Atau orang tidak berguna gitu?
Mereka yang datang menjenguk orang tua karena menyempatkan. Mereka yang hadir menjenguk kawan sakit juga karena menyempatkan. Mereka yang hadir ngaji juga menyempatkan. Mereka korbankan berbagai kegiatan lain untuk melakukan kegiatan itu. Bukan karena menganggur. Bukan karena tidak ada kesibukan.
Terus kalau kita tidak hadir ngaji dengan alasan sibuk. Memangnya Ustaz nya penganguran tanpa kegiatan? Memangnya kawan-kawan yang rajin itu tidak punya tanggung jawab lain. Mereka semua juga sibuk. Ustaz kita itu juga punya anak, punya istri, punya ortu yang wajib diurus. Beliau juga kerja atau usaha. Kawan-kawan juga sama. Terus mengapa meraka tidak bilang sibuk sperti kita?
Karena mereka paham untuk menyempatkan diri beramal shalih. Memanfaatkan waktu hidup untuk bersiap mati. Mereka sadar betul bahwa mereka pasti mati. Dan tidak bisa menjadikan alasan sibuk di hadapan Allah jika di tanya kenapa tidak ngaji? Kenapa tidak dakwah? Kenapa tidak berjuang? Alasan sibuk kita tidak ada gunanya lagi. Pasti itu!
Dalam hadis riwayat at-Tirmidzi sebagai berikut:
عَنْ أبي يَعْلَى شَدَّادِ بْن أَوْسٍ عن النَّبيّ ﷺ قَالَ: الكَيِّس مَنْ دَانَ نَفْسَهُ, وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ, وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه هَواهَا, وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ رواه التِّرْمِذيُّ وقالَ: حديثٌ حَسَنٌ, وقال الترمذي وغيره من العلماء: معني (دان نفسه): أي حاسبها
Dari Syaddad bin Aus dari Nabi SAW bersabda: ”Orang yang cerdas adalah orang yang menyiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya selalu mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah.”
Al-Kayyis dari akar kata kaasa yakiisu kaisan wakiyaasatan yang bermakna ‘aqala, dharufa, fathuna. Yakni memahami, mengerti, cerdas, pandai. Sedangkan dalam definisi dalam hadis di atas al-kayyis adalah orang yang menyiapkan dirinya untuk bekal kehidupannya setelah mati. Bersungguh-sungguh menjalankan amanah Allah dan Rasul-Nya dengan sebaik-baiknya.
Nah, masihkah kita menjadikan alasan sibuk untuk tidak ngaji dan dakwah? []
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar