Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Siapkah Indonesia Mengatasi Dampak Kekeringan?


Topswara.com -- Belakangan ini kita semua merasakan cuaca yang panas teramat terik, bahkan panas yang berkepanjangan diprediksikan akan berdampak pada kemarau. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) menyatakan sebagian wilayah Indonesia berpotensi dilanda kekeringan pada musim kemarau 2023.

Musim kemarau sebanyak 7.739 jiwa dari 2.613 KK warga di empat desa pada tiga kecamatan di kabupaten Cilacap terdampak kekeringan. Begitu juga musim kemarau membuat curah hujan menjadi sangat minim dan berakibat kurangnya cadangan sumber air bersih. 

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Erna Suharyanti, mengatakan saat ini pihaknya bersama unsur Satgas Terpadu Kekeringan dan OPD memberikan dukungan air bersih kepada warga terdampak. (Republika.or.id).

Sejumlah wilayah yang berpotensi mengalami curah hujan rendah diantaranya Aceh, Lampung, Banten,DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan serta Papua Selatan. Hingga negara-negara diluar Indonesia juga terdampak kekeringan bahkan sampai mengalami krisis air dan kebutuhan pangan.

Indonesia sendiri memiliki potensi yang sangat luar biasa, baik dari kekayaan alam yang melimpah berupa hutan hijau, sumber daya air, cadangan migas dan banyak lagi yang lainnya. 

Namun potensi-potensi itu telah terkikis bersama dengan kerakusan para kapitalis yang dengan kerakusan nya menggarap apa saja yang di anggap membawa keuntungan. 

Contohnya saja potensi hutan hijau yang sekarang ini telah menjadi hutan tandus tanpa pepohonan akibat kapitalisasi hutan dengan merusak hutan beserta populasi didalamnya, begitu juga dengan potensi sumber daya air yang melimpah, seharusnya Indonesia bebas dengan krisis air. 

Namun krisis air masih saja menjadi tantangan terbesar negara sekaligus PR besar yang segera ditangani, terlebih ketika terjadi kemarau diwilayah Indonesia yang sering mengalami krisis air adalah dipulau Jawa. Bahkan diprediksikan pada 2040 akan mengalami penurunan ketersediaan air hingga 476 meter kubik.

Berdasarkan peta prakiraan deteministik curah hujan di Jawa Tengah dan sekitarnya akan mengalami penurunan curah hujan dari 3 Juni hingga 3 Juli mendatang. 

Dalam hal ini, pemerintah menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk dapat mengelola air sesuai kebutuhan dan menghemat penggunaan air dengan baik, selain itu pemerintah daerah juga menghimbau untuk melakukan perbaikan lingkungan, dengan cara memperbaiki jaringan irigasi, menanam pohon, menjaga sumber-sumber air bersih dan pengisian waduk.

Berbagai upaya dan program penanggulangan telah dilakukan oleh pemerintah, namun krisis air bersih masih saja muncul ketika musim kemarau tiba. Apa yang melatarbelakangi krisis air bersih di Indonesia?

Semua itu terjadi pasti ada penyebabnya, salah satunya sistem yang mengatur tatanan kehidupan yang tidak sesuai dengan Islam sehingga muncul segolongan manusia dengan kerakusan nya, membabat hutan untuk mengalihfungsikan hutan menjadi proyek infrastruktur. Yang semuanya itu memicu terjadinya krisis air baku. 

Walhi mencatat pulau Kalimantan dan pulau Sumatra yang paling banyak kehilangan tutupan hutan.

Di samping itu adanya liberalisasi SDA yang menjadikan swasta dengan leluasa mengeksploitasi sumber daya air. Dampak lain yang akan di timbulkan yaitu penurunan produktivitas pertanian sehingga berakibat persediaan pangan terganggu.

Semua itu bukan adanya siklus alam, melainkan ketidakmampuan sistem demokrasi dalam mengatur segala aspek kehidupan masyarakat. Sehingga apabila sudah terbukti tidak mampu bahkan gagal, seharusnya bukan bertahan sambil pasrah dengan keadaan. Melainkan beralih ke sistem Islam karena satu-satunya alternatif yang terbaik dalam menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan.

Islam bukan hanya sekedar agama ritual, melainkan juga terkandung aturan didalamnya. Islam memandang air sebagai sumber kehidupan bagi umat manusia. Oleh karenanya butuh visi yang mengatur SDA yang berorientasi kemaslahatan umum. 

Islam memiliki metode bahwasanya kekayaan alam berupa air, Padang rumput dan api adalah milik umum yang tidak boleh dimiliki oleh individu-individu. Benda yang sudah menjadi fasilitas umum tidak boleh dikuasai oleh satu orang lalu diperjualbelikan. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW telah meninggalkan wasiat kepada seluruh umatnya:

Dari Ibnu Abbas dia berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: 

“Kaum muslimin berserikat dalam 3 (tiga) hal yaitu: Air, Rumput (pohon), Api (bahan bakar), dan harganya adalah haram. Abu Sa’id menambahkan yang dimaksud air dalam hadits tersebut adalah air sungai yang mengalir” (HR. Ibnu Majah).

Status kepemilikan umum ini di artikan bahwa segala yang dihasilkan pendistribusiannya untuk kemaslahatan umat, begitu juga dengan pendistribusian air. Negara Islam akan meningkatkan kualitas air dan menyalurkan kepada masyarakat melalui perpipaan sampai terpenuhinya kebutuhan masyarakat dengan baik. 

Semua itu akan terwujud apabila sistem yang eksis saat ini di ganti dengan sistem Islam, apabila tetap dipertahankan dan dikelola oleh tangan-tangan kapitalis yang ada bukan kesejahteraan, melainkan keterpurukan dan kerusakan lingkungan makin meluas.

Wallahu a'lam bishawwab.


Oleh: Wakini
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar