Topswara.com -- Kasus antraks kembali jadi sorotan, pasalnya Kemenkes mencatat kasus antraks di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta bertambah menjadi tiga orang meninggal dunia.
Kronologi penyebaran penyakit antraks ini berawal dari aktivitas warga di lokasi yang mengonsumsi hewan ternak sapi mati. Menurut informasi dari Dinas Peternakan dan Kesehatan setempat, ada beberapa sapi mati yang disembelih dan dikonsumsi. Bahkan, ada sapi yang telah dikubur, kemudian digali dan dikonsumsi warga.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Dewi Irawaty menyebut, pihaknya kini fokus melakukan edukasi. Ia berpesan ketika masyarakat mengonsumsi daging, hendaknya memilih yang sehat.(liputan6.com, 6/7/2023)
Menurut aldodokter.com Anthrax atau antraks adalah penyakit infeksi bakteri yang menular dari hewan ternak, seperti sapi atau kambing.
Seseorang dapat terserang antraks jika menyentuh atau memakan daging hewan yang terinfeksi penyakit ini. Berdasarkan cara penularannya, antraks terbagi dalam tiga jenis, yaitu antraks kulit, antraks pencernaan dan antraks pernapasan.
Meskipun antraks dapat diobati menggunakan antibiotik, namun
jika tidak segera diobati, antraks dapat menyebabkan peradangan pada selaput otak dan tulang belakang (meningitis). Kondisi ini dapat menimbulkan perdarahan hebat yang berujung pada kematian.
Tidak dapat dipungkiri harga daging segar dan sehat memang mahal dan hanya bisa dijangkau oleh kalangan tertentu. Karenanya, ketika ada daging yang murah atau bahkan gratis, maka masyarakat akan tergiur membelinya meski mereka tahu jika mengkonsumsi daging murah tersebut berbahaya.
Mahal dan murahnya harga bahan makanan saat ini tidaklah ditentukan oleh mekanisme pasar, namun akibat campur tangan para kapital yang memonopoli pasar. Hal tersebut adalah sebuah keniscayaan dari penerapan sistem kapitalisme di negeri ini.
Di sisi lain, kapitalisme juga membuat tingkat literasi masyarakat rendah. Sebab mindset kapitalisme membuat manusia harus meraih kepuasan materi dengan cara apapun.
Akhirnya masyarakat miskin yang ingin mengkonsumsi daging menjadi nekat mengkonsumsi binatang yang sudah sakit atau bahkan telah menjadi bangkai. Padahal, selain membahayakan kesehatan juga melanggar aturan agama yang mengharamkan memakan bangkai.
Beginilah suatu potret kehidupan masyarakat miskin di sebuah negara kaya seperti Indonesia. Miris, sedih, memprihatinkan, begitulah wajah negeri ini. Kemiskinan, kekurangan dan kelaparan menjadi hal yang sangat mudah ditemui.
Padahal negeri ini telah diakui sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam serta subur tanahnya. Saking suburnya, manusia melempar biji buah-buahan saja bisa tumbuh sendiri. Bahkan penyanyi legendaris Koes Plus mengatakan dalam syair lagunya bahwa tongkat, kayu dan batu jadi tanaman.
Sementara banyak masyarakat yang masih mengais-ngais sampah, kerja serabutan bahkan penghasilan untuk sesuap nasi saja tidak ada. Beginilah gambaran hidup dalam sistem kapitalisme sekularisme yang rakus. Pemimpinnya hanya sibuk memperkaya diri, sementara rakyatnya dibiarkan terbengkalai tak terurusi.
Hal tersebut sungguh berbeda dengan sistem Islam yang pernah menjadi sistem hidup bernegara. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak satupun ditemukan rakyatnya yang membutuhkan bantuan materi dari khalifah. Bahkan tidak ada warga yang berutang. Para pemudanya juga tak butuh bantuan mahar untuk bisa menikah. Hingga tak ada serigala yang memakan domba. Adakah gambaran hidup seindah itu hari ini?
Khilafah Menyejahterakan Rakyat
Dalam Islam kebutuhan dasar tiap rakyat negara khilafah dijamin oleh Islam. Di mana setiap orang dipastikan bisa memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya satu persatu. Karena itu, jaminan ini telah ditetapkan oleh Islam sebagai kebijakan ekonomi negara khilafah baik dalam bentuk mekanisme ekonomi maupun non ekonomi. Kebijakan tersebut antara lain:
Pertama, negara mewajibkan setiap laki-laki balig, berakal dan mampu untuk bekerja. Karena dengan bekerja dia bisa memenuhi kebutuhan dasarnya, baik sandang, pangan maupun papan.
Dengan bekerja, dia bisa memenuhi kebutuhan dasar orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Jika dia telah bekerja, tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, maka dia harus tetap berusaha melipatgandakan usahanya hingga seluruh kebutuhan dasarnya itu bisa terpenuhi.
Kedua, negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan kepada rakyatnya.
a. Jika dia termasuk orang yang wajib bekerja dan mampu, maka negara bisa memberikan sebidang tanah pertanian untuk bertani bagi yang tidak mempunyai tanah.
b. Memberikan modal pertanian bagi yang mempunyai tanah, tetapi tidak mempunyai modal.
c. Memberikan modal usaha bagi yang mempunyai kemampuan, tetapi tidak mempunyai modal.
d. Memberikan pelatihan dan pembinaan sehingga dia bisa mengelola hartanya dengan benar dan memenuhi kebutuhan dasar dan sekundernya dengan baik termasuk pelatihan keterampilan dan skill yang dibutuhkan baik di dunia industri, bisnis jasa maupun perdagangan.
Ketiga, jika faktor yang pertama dan kedua di atas yang notabene merupakan mekanisme ekonomi tidak berjalan, maka negara khilafah bisa menempuh mekanisme non ekonomi khususnya bagi anak-anak terlantar, orang cacat, orang tua renta dan kaum perempuan yang tidak mempunyai keluarga.
Terhadap mereka, maka negara akan mendorong orang-orang kaya yang berdekatan dengan mereka untuk membantu mereka bisa melalui skema sedekah, zakat dan infak. Jika ini pun tidak ada, maka negara akan memberikan jaminan hidup secara rutin perbulan sehingga mereka bisa memenuhi seluruh kebutuhan dasar dan sekundernya dengan baik.
Keempat, mekanisme non ekonomi yang tidak kalah pentingnya adalah hukuman bagi tiap laki-laki balig, berakal dan mampu bekerja, tetapi tidak bekerja atau bekerja dengan bermalas-malasan, maka negara akan menjatuhkan sanksi dalam bentuk takzir.
Demikian juga bagi setiap individu yang berkewajiban menanggung keluarganya, tetapi tidak melakukan tanggung jawab tersebut dengan baik dan benar, maka negara pun akan menjatuhkan sanksi.
Begitu juga, ketika ada orang kaya yang berkewajiban untuk membantu tetangganya, tetapi abai terhadap kewajiban tersebut, maka negara bisa memberikan peringatan kepada mereka termasuk ketika negara sendiri lalai dalam mengurus kebutuhan rakyatnya, maka para pemangku negara harus diingatkan. Demikianlah cara Islam menyejahterakan rakyatnya.
Oleh: Nabila Zidane
(Analis Mutiara Umat institute)
0 Komentar