Topswara.com -- Berbagai polemik muncul pada saat PPDB 2023 jalur zonasi. Penetapan sistem zonasi ini mengalami banyak kecurangan dan ketidakadilan bagi masyarakat. Mulai dari pemalsuan data hingga menghalalkan weberbagai cara untuk bisa diterima sekolah yang menjadi tujuannya.
Seperti yang disampaikan oleh Kepala Disdukcapil Pemkot Bandar Lampung, Febriana membenarkan adanya puluhan kecurangan dalam PPDB SMA tahun 2023. Ada yang mengubah hasil keputusan verifikasi dari Disdukcapil terkait berkas kependudukan siswa dan ada yang mengaku berdomisili di daerah tersebut padahal tidak (Tribun Lampung.co.id, 11/7/2023).
Hal serupa juga disampaikan oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) yang menilai pelaksanaan PPDB 2023 ini kian buruk dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain manipulasi domisili, terdapat juga praktik jual beli kursi, pengurangan kuota, sertifikat prestasi abal-abal, hingga surat miskin palsu, terus menjamur dan terjadi di mana-mana (tirto.id, 11/7/2023)
Permasalahan tersebut merupakan salah satul dari banyaknya permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Banyak kita jumpai berbagai kasus yang terjadi selama masa penerimaan siswa baru. Hal ini menunjukkan bahwa gagalnya negara dalam menjamin pendidikan bagi masyarakat.
Permasalahan yang terus terjadi terletak pada sistem pendidikan hari ini. Sistem kapitalisme yang diadopsi telah menjadikan aspek pendidikan sebagai komoditas jasa layaknya bisnis. Biaya pendidikan yang mahal masih sulit dijangkau sebagian besar rakyat.
Namun, mereka yang memiliki harta banyak justru sebaliknya akan melakukan berbagai cara termasuk jual beli kursi untuk bisa keterima di sekolah unggulan. Akhirnya, sekolah saat ini tidak memiliki kualitas pendidikan dan output yang baik untuk siswanya. Sehingga tujuan pendidikan yang selama ini disampaikan hanya sekedar slogan dan jauh dari harapan.
Hal ini berbeda jika sistem pendidikan yang digunakan adalah sistem pendidikan Islam. Islam memposisikan pendidikan sebagai komponen dari ujung tombak masa depan generasi. Oleh karena itu, perhatian Islam terhadap pendidikan sangat serius.
Dalam sistem Islam, semua masyarakat akan memperoleh pendidikan gratis dengan kualitas yang bagus. Negara akan memfasilitasi semua yang menjadi kebutuhan dalam dunia pendidikan. Bahkan, menjadi pendidik juga harus memiliki pemahaman dan kepribadian Islam.
Asas dan kurikulum pendidikan dalam Islam adalah akidah Islam. Kurikulum yang disusun haruslah didasarkan pada akidah Islam. Metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu menjadi individu yang berkepribadian Islam dan menguasai sain teknologi.
Ilmu yang dimiliki untuk beramal. Terkait pengajaran pada tsaqafah dan ilmu pengetahuan diberlakukan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Dalam hal ini, tidak hanya sebatas ilmu tentang akhlak dan ibadah, namun menyangkut muamalah seperti ekonomi, pemerintahan, sosial budaya, politik yang semuanya dilandaskan pada ajaran Islam.
Anggaran pendidikan negara sepenuhnya yang bertanggung jawab terhadap warganya. Agar memperoleh pendidikan yang sama dengan memberikan pendidikan gratis kepada semua warganya yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain itu, negara juga bertanggung jawab untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan bagi rakyatnya seperti sekolah, perpustakaan, dan laboratorium. Tidak hanya sarana dan prasarana, namun negara akan memfasilitasi pendidik (guru) yang berkompeten di bidangnya yang dapat menunjang pendidikan bagi warganya.
Dengan demikian, tujuan pendidikan dalam sistem Islam ialah membentuk generasi dengan kepribadian Islam yang taat serta membekalinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. Sehingga akan lahir generasi peradaban cemerlang yang mampu memberikan pengaruh di tengah-tengah umat dan demi terwujudnya kejayaan Islam.
Wallahu'alam
Oleh: Novriyani, M.Pd.
(Praktisi Pendidikan)
0 Komentar