Topswara.com -- Aksi pembakaran Al-Qur'an kembali terjadi di Swedia dan kali ini dilakukan oleh seorang warga Irak bernama Salwan Momika.
Aksi pembakaran Al-Qur'an oleh Salwan Momika dilakukan di depan sebuah masjid di Stockholm pada Rabu, 28 Juni 2023, di tengah perayaan Idul Adha.
Momika merobek beberapa halaman salinan Al-Qur'an dan membakarnya dengan tujuan mengkritik Islam, mengenalkan diri sebagai ateis sekuler di media sosial.
Dia juga memuji politisi sayap kanan Swedia, Rasmus Paludan, yang sebelumnya juga melakukan aksi pembakaran kitab suci umat Islam tersebut. Menurut Momika, Islam adalah ancaman terhadap nilai-nilai Swedia.
Sungguh sangat menyedihkan, penistaan dan penodaan terhadap ajaran-ajaran Islam terus berulang dan berulang lagi. Bahkan saat ini, tempat beribadah kaum muslimin diganggu dan Kitab sucinya dilecehkan. Mengapa ini terus terjadi?
Liberalisme Akar Permasalahan
Di negeri yang menganut sistem demokrasi kapitalisme maka atas nama HAM seseorang bisa bebas bertindak sesuai dengan keinginannya. Selama tidak ada yang terganggu, maka dianggap sah-sah saja, termasuk kasus ini.
Hal ini wajar, karena sistem demokrasi kapitalis, menjadikan manfaat sebagai asas dalam kehidupan dan dalam implementasinya, sistem demokrasi kapitalisme melahirkan liberalisme atau kebebasan.
Liberalisme dalam sistem demokrasi kapitalisme mengajarkan empat kebebasan yang sangat destruktif, yaitu kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan kepemilikan dan kebebasan berperilaku.
Empat kebebasan inilah yang saat ini mencengkeram kuat negeri-negeri di dunia, termasuk negeri-negeri Islam. yang menjadi biang keladi munculnya berbagai macam pemikiran dan tingkah laku yang menyimpang dari Islam yang lurus.
Kebebasan inilah yang melahirkan orang-orang yang berani berperilaku dan berpendapat yang menyimpangkan dari kebenaran Islam, bahkan berani menghina dan menghujat ajaran islam.
Hal inilah yang sesungguhnya membahayakan umat Islam, yang lambat laun kemudian makin mengikis dan mengaburkan pemahaman Islam yang benar di tengah-tengah kaum muslimin.
Selain itu sekularisme yang menjadi bagian dari sistem kapitalisme yang sekarang sedang mencengkram dunia saat ini, telah meminggirkan peran agama dalam mengatur kehidupan.
Dari sekularisme inilah lahir paham paham berbahaya yakni liberalisme, pluralisme, dan demokrasi yang menganggap agama bukan sesuatu yang sakral yang wajib dijaga dan diutamakan. Marah karena agamanya dihina dianggap berlebihan.
Penerapan hukum sekuler inipun selalu akan terbentur dengan paham lainnya. Jika penista agama ditindak tegas, berbenturan dengan HAM dan kebebasan berpendapat.
Jika tidak ditindak tegas, kebebasan pasti bablas dan tak terkontrol. Dihukum salah, tak dihukum tambah salah. Serba salah. Karena pandangan ini tidak bersandar pada sesuatu yang sifatnya baku dan tetap. Sesuatu yang mestinya tidak terpengaruh penilaian manusia.
Sistem Islam Menjaga Akidah Umat
Dalam Islam, tidak ada larangan seseorang untuk berpendapat selama tidak bertentangan dengan aqidah dan hukum-hukum Islam, bahkan berkewajiban untuk mengoreksi penguasa ketika ia melihat ada kebijakan penguasa yang menyimpang dari syariah.
Islam memandang bahwa akidah dan syariah Islam adalah perkara penting yang harus ada dan tetap eksis di tengah-tengah masyarakat. Negara adalah institusi yang bertugas mewujudkan pandangan ini.
Atas dasar itu, negara tidak akan menoleransi pemikiran, pendapat, paham, aliran atau sistem hukum yang bertentangan dengan akidah dan syariah Islam. Negara juga tidak akan mentoleransi perbuatan-perbuatan yang menyalahi akidah dan syariah Islam.
Terabaikannya hukum-hukum Islam saat ini, menimbulkan maraknya kasus penistaan agama dan kezaliman yang terus-menerus ditimpakan pada umat.
Semestinya semua itu menumbuhkan kesadaran bahwa hari ini tidak ada yang melindungi umat dan menegakkan hukum-hukum Islam agar diterapkan secara sempurna.
Para pemimpin dunia Islam sibuk dengan urusan dalam negeri mereka masing-masing. Sibuk mempertahankan kekuasaan mereka. Bahkan banyak diantara mereka malah menjadi kaki tangan imperialisme Barat.
Umat memang membutuhkan pelindung, baik untuk menjamin kehidupan mereka maupun menjaga mereka dari serangan musuh-musuh Allah SWT. Umat membutuhkan pembelaan dan perlindungan negara dari para penista dan perusak agama.
Dalam sistem Islam, negara berperan besar dalam melindungi umat dari segala keburukan dan terabaikannya hukum syara, aturan Allah dan RasulNya. Sangat berbeda dengan sistem demokrasi kapitalisme saat ini.
Islam memposisikan kepala negara sebagai penaggungjawab bagi urusan rakyatnya dan ia sebagai perisai bagi umat yang akan menjaga dan melindungi rakyatnya, sebagaimana yang tercantum dalam hadis-hadis Rasulullah SAW.:
رَعِÙŠَّتِÙ‡ِ عَÙ†ْ ÙˆَÙ…َسْئُولٌ رَاعٍ الإِÙ…َامُ
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR Bukhari).
بِÙ‡ِ ÙˆَÙŠُتَّÙ‚َÙ‰ ÙˆَرَائِÙ‡ِ Ù…ِÙ†ْ ÙŠُÙ‚َاتَÙ„ُ جُÙ†َّØ©ٌ اْلإِÙ…َامُ Ø¥ِÙ†َّÙ…َا
Sungguh Imam/Khalifah adalah perisai; orang-orang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya (HR Muslim).
Ketegasan Islam terhadap penista agama bisa kita lihat dari sikap Khalifah Abdul Hamid saat merespons pelecehan kepada Rasulullah SAW.
Saat itu, beliau memanggil duta besar Perancis meminta penjelasan atas niat Perancis yang akan menggelar teater yang melecehkan Nabi SAW.. Beliau berkata pada duta Perancis begini, “Akulah Khalifah umat Islam Abdul Hamid! Aku akan menghancurkan dunia di sekitarmu jika kamu tidak menghentikan pertunjukan tersebut!”. Sungguh saat ini umat membutuhkan pelindung yang agung ini.
Sudah saatnya umat Islam sadar untuk membuang jauh-jauh sistem sekularisme kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam. Inilah saatnya untuk kita semua bergandengan tangan bahu-membahu berjuang di tengah-tengah umat untuk mendakwahkan Islam.
Sehingga, umat paham Islam dan rindu untuk menerapkannya secara sempurna. Dengan diterapkannya Islam secara sempurna ini, maka akan mengembalikan perisai umat yang akan menjaga Islam dan umatnya. Sehingga penghinaan terhadap Al-Qur'an dan ajaran islam tidak akan terulang kembali.
Wallahu a’lam bishshawwab.
Oleh: Nur Hidayah
Sahabat Topswara
0 Komentar