Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ngeri, Riset Anak Negeri Dikebiri


Topswara.com -- Richard Buckminster Fuller – “Setiap orang terlahir genius, tetapi proses hidup membuat mereka tidak genius”.

Kata mutiara bijak tentang kecerdasan di atas menjadi cermin keadaan di dunia pendidikan hari ini. Benar adanya, bahwa setiap manusia dianugerahi akal untuk berpikir, bertahan hidup, mengembangkan ilmu serta mempersiapkan kehidupan setelah mati. 

Hal yang membedakan hanyalah kemauan dan usahanya dalam menentukan seseorang tersebut cerdas atau tidak cerdas. Tidak terkecuali, faktor eksternal memengaruhi kecerdasan seseorang. Misalnya, organisasi atau lembaga yang menaungi anak negeri dalam riset dan inovasi serta ilmu pengetahuan. 

Ketika seseorang memiliki semangat dan melakukan riset, lantas menemukan inovasi baru, tetapi kurang adanya tanggapan bahkan tidak ada dukungan dari lembaga tersebut, tidak menutup kemungkinan seseorang tersebut mengalami demotivasi, enggan melakukan riset kembali, bahkan menjadi trauma.

Seperti yang terjadi di negeri yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), Indonesia kaya raya akan sarana untuk melakukan riset dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa kali terpatahkan karyanya dengan berbagai macam alasan. Akibatnya, intelektualitas anak negeri lebih dipandang di luar negeri karena mereka lebih dihargai dari pada di negeri sendiri.

Seperti yang terjadi pada beberapa peneliti, diantaranya penemu nikuba, penemu bibit unggul padi lokal, penemu obat kanker mulut, dan masih banyak lagi. Mereka harus menelan pil pahit yang mematikan kereativitas dan inovasi ketika penemuannya tidak ditindaklanjuti serta didukung untuk penelitian lanjutan. 

Sehingga penemuannya dapat menjadi produk inovasi yang membawa kesejahteraan bagi penemunya, mengharumkan nama bangsa dan memdatangkan manfaat bagi penduduk dunia.

Aryanto Misel yang mengatakan bahwasanya ia tidak membutuhkan dukungan pemerintah untuk mengembangkan penemuannya yang Bernama nikuba, alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan. 

Deni Shidqi Khaerudini, Peneliti Madya Pusat Riset Material Maju BRIN menanggapi bahwa penemuan Aryanto bukanlah alat penghasil hidrogen sebagai pengganti bahan bakar kendaraan, melainkan untuk menghemat bahan bakar. Minggu (9/7/23).

Penemuan bibit unggul padi lokal, ditemukan oleh Surono Danu menjadi hasil riset petani lokal di Desa Nambah Dadi, Kecamatan Terbangi Besar, Kabupaten Lampung menjadi salah satu prestasi di dunia pangan yang seharusnya menjadi kebanggaan negeri. 

Dari sana, negeri ini bisa menjadi negara swasembada pangan, tidak perlu lagi impor beras. Sehingga akan berdampak positif bagi para petani Indonesia. Ditayangkan di Media Liputan6 pada Minggu (9/7/17), dalam meneliti bibit padi, 

Surono tidak pernah meminta dan menerima imbalan, semua dilakukan sebagai bentuk cintanya kepada petani. Beberapa negara yang menawarkan kerjasama, ia tolak. Ia lebih memilih untuk tetap bersama di komunitas petani Lampung yang tergabung dalam Serikat Tani Indonesia.

Tiga mahasiswa fakultas kedokteran gigi, Universitas Brawijaya menemukan obat oles alternatif untuk pengobatan kanker mulut. ANTARA pada kamis (24/9/20), obat tersebut berbahan baku ekstrak daun kemangi.

Sejatinya, negera harus mendukung kemajuan dan inovasi anak negeri dalam rangka memajukan dan mengharumkan bangsa. Segala bentuk riset dan inovasi selayaknya didukung dengan cara memfasilitasi riset dan inovasi anak negeri, bukan dibiarkan atau bahkan dijatuhkan mentalnya sehingga mereka menjadi tidak lagi memiliki semangat dalam berinovasi. 

Maka tidak aneh ketika anak negeri berprestasi menjadi lebih tertarik mengembangkan riset dan inovasinya di luar negeri. Sebab mereka merasa kurang dihargai, didukung dan difasilitasi dalam rangka melakukan penelitian lanjutan untuk menghasilkan penemuan-penemuan cemerlang.

Kapitalis lebih tepat disematkan ketika segala sesuatunya disandarkan pada kepentingan pribadi, golongan serta keuntungan sebesar-besarnya bagi golongan tersebut. Tidak sedikit peneliti negeri ini dengan semangat inovasi membara yang akhirnya padam ketika berhadapan dengan birokrasi negeri. 

Mereka dengan mental lemah menjadi tidak berdaya dan mengubur angan dan cita-cita sedalam-dalamnya. Mereka dengan mental kuat tidak patah arang dan memutuskan untuk berkiprah di kancah Internasional. Sedangkan negeri ini? Negeri ini begitu sibuk dengan impor Sumber Daya Manusia (SDM) professional, di waktu yang sama SDM negeri ini menjadi pengangguran atau harus berani bertaruh hidup di negeri orang. 

Negeri ini begitu sibuk impor bahan pangan, sandang dan papan, sementara hasil bumi pribumi menjadi tidak berharga. Negeri ini begitu sibuk mengatur regulasi investasi para pemilik modal baik aseng maupun asing, dengan tujuan meraup keuntungan hanya dari persentase kecil bagiannya.

Miris! Negeri yang kaya akan segala hal, tapi miskin dalam memperjuangkan kedaulatan sendiri. Semua tergadai dengan satu kepentingan, yaitu kepentingan kapitalistik. 

Semua menjadi omong kosong ketika tujuan pemerintahannya untuk mensejahterakan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjadikan negeri yang swasembada pangan dan tidak ada kepentingan rakyat di dalamnya. Seperti itulah jika sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem kapitalisme. 

Berbeda dengan sistem Islam. Segala hal yang dilakukan oleh pemimpin negara hanyalah untuk kepentingan rakyatnya. Termasuk dalam dunia pendidikan, riset dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara menjamin dan mendukung segala bentuk penemuan dan inovasi. 

Negara menjamin kesejahteraanya, proses risetnya, memfasilitasi segala hal yang mendukungnya. Seperti yang terjadi pada masa kekhalifahan Abu Bakar As-Sidiq yang memiliki visi, misi dan tujuan pendidikan yang sempurna, diantaranya :

Pertama, memantapkan dan menguatkan keyakinan dan dan kepatuhan kepada ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan cara memahami, menghayati, dan mengamalkan secara konsisten. Usaha ini diperkuat dengan sikap tegas yang ditujukan oleh Abu Bakar yang memerangi orang-orang yang ingkar atau murtad terhadap ajaran Islam seperti tidak mau membayar zakat, dan mengaku sebagai Nabi.

Kedua, menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas yang memungkinkan terlaksananya ajaran agama. Usaha ini dilakukan oleh khulafaurrasyidin dengan mengumpulkan Al-Qur’an yang berserakan. 

Ketiga, menumbuhkan semangat cinta tanah air dan bela negara yang memungkinkan Islam dapat berkembang di seluruh dunia. Upaya ini dilakukan antara lain dengan memperluas wilayah dakwah Islam selain ke jazirah Arabia juga ke Irak, dan ke Syiria.

Keempat, melahirkan para kader pemimpin umat, pendidik dan da’i yang tangguh dalam mewujudkan syi’ar Islam, upaya yang dilakukan antara lain seperti halaqoh kajian terhadap Al-Qur’an, Al-Hdis, hukum Islam, dan fatwa. Upaya ini pada tahap selanjutnya melahirkan para ulama dari kalangan tabi’in.

Visi, misi dan tujuan pendidikan tersebut dilaksanakan sama denga metode Rasulullah saw dan hanya semata-mata karena berharap rida Allah SWT. 

Pelaksanaan Pendidikan sesempurna itu menjadi cikal bakal lahirnya penemu-penemu inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, menjadi penerang bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hingga saat ini. Sumber Pendidikan diambil dari Al-Qur’an, hadis, alam sekitar dan ijtihad dalam bentuk ijma’ dan qiyas.

Sistem Islam saja yang mampu menjamin atas berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa dibumbui kepentingan kapitalis, berorientasi pada kemajuan bersama dan mampu memupuk semangat generasi dalam berinovasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjamin kesejahteraan dan keberlangsungan riset secara kontinyu.

Wallaahu a’lam bishshawwab.


Oleh: Widya Amidyas Senja
Pendidik Generasi
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar