Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Negeri Rawan Bencana, Mitigasi Seadanya


Topswara.com -- Deretan bencana kembali terjadi di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat selama 1 Januari sampai 3 Juli 2023 terdapat 1.847 peristiwa dari berbagai daerah. 

Bencana banjir merupakan jumlah terbanyak ditanah air dengan total 665 kejadian. Angka ini setara 36 persen dari total bencana alam nasional. Selanjutnya ada 615 peristiwa cuaca ekstrem yang dilaporkan terjadi pada periode yang sama. 

Disusul dengan tanah longsor sebanyak 328 kejadian, 184 kebakaran hutan dan lahan ( karhutla),18 gelombang pasar/ abrasi, 15 gempa bumi,13 kekeringan dan 2 kejadian erupsi gunung api. Menurut data yang dihimpun Jawa Barat adalah provinsi yang paling banyak mengalami bencana alam sebanyak 350 selama periode 1 Januari - 3 Juli 2023.( Databoxs.katadara.co.id,3/7/2023)

Berbagai penelitian menyebutkan Indonesia adalah negara paling rawan bencana, seperti yang dilaporkan Word Risk Report 2022 menyebutkan Indonesia salah satu negara paling rawan nomor tiga di dunia. 

Hal itu dikarenakan Indonesia terletak dipertemuan tiga lempeng. Apabila ada pergerakan lempeng ini berakibat Indonesia sangat rentan bencana alam. Baik itu dalam ekologi seperti gempa bumi tektonik, tsunami, hingga erupsi gunung merapi. 

Sayangnya, walaupun secara geografis Indonesia berpotensi banyak mengalami bencana alam, yang patut menjadi perhatian yaitu minimnya mitigasi. Sehingga ketika terjadi bencana banyak memakan korban benda maupun manusia. Hal ini jelas membuktikan abainya negara dalam melindungi rakyatnya.

Padahal rakyat membutuhkan pengerahan seluruh kemampuan untuk penanggulangan bencana alam agar tidak memberi mudharat yang besar pada manusia, dan bukan hanya membuat langkah tanggap darurat saja. Sampai sekarang belum ada dilakukan penggunaan teknologi berbasis deteksi bencana agar proses penyelamatan bisa dilakukan secara dini sebelum bencana itu terjadi.

Mitigasi bencana sangat dibutuhkan untuk upaya mengatasi bencana, baik upaya penyadaran peningkatan kemampuan menghadapi bencana atau pembangunan fisik yang berkaitan dengan penanggulangan kanal, bendungan, tanggul dan pemecah ombak. 

Begitu juga harus adanya kesadaran dari masyarakat untuk pemeliharaan aliran sungai dan menjaga kebersihan lingkungan, karena sejatinya terjadi bencana alam salah satu penyebabnya karena ulah tangan manusia.

Oleh karenanya, apabila mitigasi berjalan dengan baik otomatis dapat mengurangi jumlah korban benda dan manusia. Karena semestinya itu sudah menjadi kewajiban pemerintah dalam melindungi keamanan rakyat.

Abainya negara saat ini tidak lepas dari diterapkan sistem kapitalisme, sehingga para pemimpin negeri ini hanya sibuk berkompetisi dalam meraup suara rakyat untuk menjadi orang yang nomor satu. Apa dan bagaimana yang dirasakan rakyat saat ini mereka tidak peduli yang mereka pedulikan hanya orang-orang kapitalis yang nyata-nyata dengan kerakusannya penyebab bencana alam terjadi.

Berbeda halnya dengan sistem Islam yang memandang segala sesuatunya bukan berdasarkan keuntungan, melainkan keterikatan terhadap hukum syarak. 

Islam memiliki metode yang komprehensif untuk kemaslahatan rakyat. Terlebih dalam penanggulangan bencana alam, negara Islam akan melakukan upaya pra bencana meliputi memetakan potensi rawan bencana, membangun bangunan tahan gempa, melakukan reboisasi, dan tata kota dengan drainase yang baik dan sesuai amdal, membentuk tim SAR yang dibekali dengan peralatan canggih, menyiapkan tempat pengungsian dapur umum dan pos kesehatan.

Sedangkan penanganan pascabencana adalah me-recovery korban bencana agar mereka mendapat pelayanan yang baik selama berada dalam pengungsian dan memulihkan psikis mereka agar tidak depresi, stress ataupun dampak-dampak psikologis yang kurang baik lainnya. 

Kegiatan yang dilakukan yaitu menyediakan kebutuhan-kebutuhan vital mereka seperti makanan, pakaian, tempat istirahat yang memadai, obat-obatan serta pelayanan medis lainnya. 

Pertama adalah recovery mental yaitu dilakukan dengan cara memberi tausiah-tausiah atau ceramah-ceramah yang bertujuan untuk mengukuhkan akidah dan nafsiyah atau pola sikap para korban. 

Kedua yang tidak kalah penting adalah me-recovery lingkungan tempat tinggal mereka pascabencana kantor-kantor pemerintahan atau tempat-tempat penting lainnya, seperti tempat peribadatan, rumah sakit, pasar dan lain-lain.

Demikianlah bagaimana cara Islam dalam menanggulangi bencana alam, sangat jauh berbeda dengan sistem demokrasi kapitalis yang segala sesuatu bertumpu pada aspek manfaat berupa untung dan ruginya. 

Mitigasi bencana akan optimal jika Islam yang menurut para kapitalis sebagai ancaman diterapkan. Sebab sistem Islam akan menghadirkan penguasa yang amanah dan mampu untuk mengurusi umat dan menciptakan kas negara yang kuat tanpa devisit.

Wallahu a'lam bishawwab.


Oleh: Wakini
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar