Topswara.com -- Dilansir CNN.Indonesia.com. Masyarakat kabupaten Gunungkidul biasa melakukan tradisi brandu yakni bentuk gotong royong kepada peternak yang mendapati hewannya sakit atau mati mendadak, untuk disembelih dan dijual ke warga berupa paket dengan harga di bawah standar. Berdasarkan data Kemenkes akibat tradisi ini tiga warga meninggal dunia, setelah mengkonsumsi ternak yang terpapar antraks di Kapanewon Semanu, Gunungkidul.(8/7/2023)
Kematian tiga orang warga Gunungkidul menjadi sorotan, yang terdata dari 125 warga yang mengkonsumsi hewan hasil sembelihan paksa hewan sakit 85 orang warga dinyatakan positif antraks. Jika di telusuri penularan antraks yang menjangkiti hewan ternak di Kabupaten Gunungkidul, bukan peristiwa yang pertama terjadi.
Kasus antraks sudah lama kini berulang, muncul pada Mei dan Desember 2019, Januari 2020 dan Januari 2022, walaupun tidak terdapat korban meninggal desa Bedoyo kecamatan Ponjong Gunungkidul Yogyakarta pernah menjadi wilayah dalam zona kuning (16/1/2020).
Pemkab Gunungkidul mencatat ada 60 ternak mati mendadak dan 6 ternak positif antraks. Data tersebut diperkuat dengan pernyataan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Gunungkidul, Kelik Yuniantoro. DetikNews.Com(28/1/2020).
Antraks penyakit yang diderita hewan ternak dari spora dengan daya hidup puluhan tahun di dalam tanah maupun permukaan tanah, lalu menularkan pada manusia lewat udara ketika korban bersinggungan langsung dengan hewat sakit tersebut. Apalagi ketika hewan sakit tersebut di sembelih.
Miris, wabah antraks sering terjadi. Warga memakan bangkai menjadi tradisi, kondisi ini menampakkan kurangnya perhatian negara terhadap rakyat yang berada dalam kemiskinan. Minimnya edukasi terhadap peternak dalam pemeliharaan dan juga warga sekitar tentang bahaya mengkonsumsi daging dari hewan sakit, apalagi hewan yang mati mendadak alias bangkai.
Kemiskinan sangat berpengaruh pada daya beli masyarakat, harga daging segar dan sehat mahal tidak terjangkau oleh mereka. Sehingga tradisi brandu terus dipertahankan, di tambah literasi dan pemahaman yang rendah masyarakat terhadap bahaya memakan daging yang mati atau disembelih karena sakit.
Ancaman jiwa tidak lagi menjadi hal yang diperhatikan masyarakat, mereka memahami tradisi brandu juga punya nilai kebaikan yakni gotong royong terhadap kesusahan peternak agar punya nilai terhadap hasil ternaknya yang mati dan sakit.
Daging yang dijual di bawah harga juga di yakini membantu masyarakat lainnya yang tidak mampu mengkonsumsi daging, padahal tradisi membahayakan kesehatan juga menyalahi aturan agama.
Islam menjelaskan dalam kitab suci Al-Qur'an pada surat Al Maidah ayat 3 tentang haramnya memakan bangkai. Inilah penampakkan akibat sistem kapitalisme, sistem yang membuat penguasa lalai bahkan gagal dalam urusan rakyatnya.
Dalam sistem Islam kepemimpinan seorang khalifah sangat penting, yang dibaiat atas dasar takwa. Sehingga amanah yang diberikan akan memastikan terkecukupinya kebutuhan masyarakat perindividu yakni pemenuhan (sandang, pangan dan papan), secara baik dan benar dalam distribusinya.
Khalifah dengan ketakwaannya memahami betul akan pertanggung jawaban di akhirat atas apa yang dipimpinnya, sebagai penerima amanah ri'ayah su'unil ummah (pengurus atau pemelihara urusan umat). Dalam naungan khilafah tidak akan ada rakyat yang menahan lapar apalagi mati karena lapar.
Sistem khilafah sangat detail dalam urusan rakyatnya, oleh karena itu aturan yang dibuat di semua lini kehidupan mampu menjaga dan melindungi rakyat dari hal hal yang membahayakan, apalagi sampai munculnya tradisi brandu yang jelas sangat berbahaya bagi kesehatan.
Kesehatan sangat penting dalam Islam, khalifah dalam sistem khilafah memberikan pendidikan dan sosialisasi tentang kesehatan. Kesehatan adalah hak mendasar tiap individu rakyat, sehingga keterjaminannya merupakan tanggung jawab negara khilafah.
Indahnya hidup dalam sistem dimana aturannya diterapkan secara menyeluruh, kesejahteraan tiap individu akan terjamin. Tidakkah kita rindu berada dalam naungannya?, maka campakkan sistem kapitalisme yang jelas sangat mensengsarakan. Mari kembali pada sistem hakiki yakni sistem khilafah islamiah ala minhajinnubuwwah.
Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Nur Arofah
Aktivis Muslimah
0 Komentar