Topswara.com -- Reputasi pelajar kembali tercoreng. Tidak lama setelah tahun ajaran baru telah dibuka, dilaporkan ada penangkapan 69 pelajar dari 2 sekolah yang berbeda. Penangkapan dilakukan karena para pelajar berencana untuk tawuran di hari pertama masuk sekolah di kawasan Balaraja, kabupaten Tangerang, Banten.
Kasus ini bukanlah kasus pertama yang menjadikan raport generasi muda dipenuhi dengan nilai merah. Semakin lama, tingkah generasi muda semakin diluar nalar. Dikutip dari detikJatim.com, Polisi menangkap 5 pemuda yang mengaku anggota Geng Bacok Nganjuk. Mereka membuat resah warga karena kerap bikin onar bahkan tak segan melakukan pembacokan.
Rusaknya generasi muda saat ini tidak lain adalah akibat kegagalan sistem pendidikan kapitalisme. Sistem pendidikan kapitalisme dengan asas sekulerisme telah memisahkan kehidupan dunia dari agama.
Materi pembelajaran yang ditanamkan kepada generasi muda adalah pelajaran yang sarat dengan nilai-nilai materialisme. Membentuk manusia untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dalam waktu secepat-cepatnya. Generasi muda telah terbiasa ingin meraih sesuatu dengan instant tanpa lagi memperhatikan halal atau haram.
Tren media sosial memberikan stimulasi generasi muda untuk terus terjebak dengan standarisasi yang dipancangkan influencer. Adanya sindrom FOMO atau fear of missing out, yaitu rasa takut merasa tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu merupakan teknik marketing yang telah dibangun oleh kapitalis untuk mencengkeram mental generasi muda saat ini.
Supaya generasi muda terus menerus terjebak dengan kultur tren media sosial baik dalam aktivitas, produk, dan lebih jauh lagi yaitu dalam berbagai opini-opini sesat yang sengaja dibangun di masyarakat untuk meluluskan propaganda yang semakin menjauhkan umat Islam dari pemikiran Islam.
Sistem pendidikan yang sejatinya memerankan peran penting dalam mencetak karakter generasi, telah kehilangan fungsi tersebut. Sekolah saat ini dirancang berperan sebagai mesin pencetak penggerak ekonomi.
Peserta didik dijejali dengan banyak kompetensi yang sejatinya secara riil tidak berhubungan dengan kehidupan sosial mereka. Akibatnya remaja mengalami kebingungan dalam menemukan identitasnya di tengah-tengah masyarakat.
Inilah akibat dari diterapkannya sistem yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Bukan kesuksesan yang dihasilkan, tetapi malah kerusakan secara sistemis yang terjadi.
Kalaupun ada kesuksesan, kebanyakan hanya nampak baik didepan tapi rapuh di bagian yang lain. Manusia sudah saatnya bercermin. Ketika dia tercipta sebagai makhluk Allah Sang Mudabbir, tentu saja Allah telah menyiapkan sebuah sistem penunjang yang akan menempatkan manusia dalam kemuliaan dan kejayaan. Sistem tersebut tidak lain adalah sistem Islam kaffah.
Islam mengatur, bahwa pendidikan awal bagi seorang anak adalah penanaman akidah Islam. Menanamkan kesadaran hubungan dia dengan Allah, bahwa segala hal di dunia ini semata-mata dilakukan untuk meraih ridha Allah.
Allah senantiasa mengawasi setiap aktivitas kita akan mendorong setiap manusia melakukan aktivitas atas dorongan keimanan kepada Allah. Cita-cita yang ada dalam kepalanya bukanlah cita-cita dengan standar murahan ala kapitalisme saat ini. Sekedar sekolah yang pintar, agar mendapatkan pekerjaan yang mapan.
Cita-citanya akan jauh melambung tinggi menembus batas cakrawala logika manusia. Sebagaimana Muhammad Al Fatih yang bercita-cita untuk menaklukkan Konstantinopel karena dorongan dari sebuah hadis kemenangan dari Rasulullah.
Padahal hadis tersebut dikabarkan jauh sebelum Muhammad Al Fatih lahir, tapi karena kuatnya akidah keimanan akan hadis tersebut, beliau mampu mewujudkannya.
Muhammad Al Fatih dan ribuan ilmuwan-ilmuwan muslim lahir dari sebuah sistem gemilang dalam sistem Islam kaffah. Maka sudah sepatutnya kita sebagai generasi muslim mengembalikan kemuliaan itu di tengah-tengah kita dengan terus menerus berjuang menyuarakan Islam kaffah.
Oleh: Maziyahtul Hikmah, S.Si.
Aktivis Muslimah
0 Komentar