Topswara.com -- Baru-baru ini sebuah berita menghebohkan mencuat,dimana seorang warga Gunungkidul, daerah Istimewa Yogyakarta(DIY) menyembelih hewan sakit lalu mengkonsumsi nya, tidak hanya itu warga tersebut membagikan daging yang ia sembelih kepada 125 warga lainnya. Akibatnya warga yang memgkonsumsi daging tersebut terkena antraks, bahkan tiga diantaranya meninggal dunia.
Sebenarnya, kasus antraks di Gunung Kidul ini bukan pertama kalinya, tercatat di dalam data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan(DPKP)DIY, antraks pernah muncul pada Mei dan Desember 2019, lalu di Januari 2020, Januari 2022 dan Juni 2022. Namun minim bahkan tiada penanganan dari pemerintah, dan seharusnya kasus ini menjadi status Kejadian Luar Biasa(KLB).
Pemerintah setempat mengatakan bahwa ini harus didiskusikan terlebih dahulu, namun melihat status kasus antraks ini, seharusnya penanganan segera dilakukan, sebab lambatnya penanganan akan berbahaya bagi masyarakat.
Mengingat penyebaran antraks ini dapat menular melalui hewan yang terinfeksi, cipratan darahnya, lalu dikonsumsi oleh manusia. Oleh karena itu, seyogyanya penanganan harus segera dilakukan, sebelum banyak menelan korban jiwa.
Warga Gunung Kidul masih sangat memegang tradisi, salah satu tradisinya yaitu tradisi Brandi atau purak, maksudnya adalah mengkonsumsi dan membagikan hewan ternak yang sudah mati atau terlihat sakit. Ini adalah tradisi yang berbahaya. Seharusnya pemerintah melarang tradisi ini berkembang, tradisi ini cukup lama bertengger di tengah-tengah masyarakat, tanpa ada pengriayahan dari pemerintah.
Brandu adalah cermin kemiskinan yang parah bagi masyarakat, yang membuat kalap mata, sampai-sampai harus memakan bangkai, berikut pula menunjukan rendahnya edukasi kesehatan bahan pangan, sangat berbahaya bagi kesehatan saat mengkonsumi bangkai hewan, selain iu Al-Qur'an juga telah membahas tentang keharaman memakan bangkai.
Jumlah kemiskinan di Gunung Kidul hingga tahun 2022 mencapai 15,86 persen, sungguh ini bukan angka yang kecil.Tujuh kecamatan menjadi kantong kemiskinan, yaitu Saptosari, Playen, Gedangsari, Nglipar, Ponjong, Tepus, dan Karangmojo. Sebanyak 6.390 warga terkategori miskin ekstrem.
Kemiskinan ini berdampak pada banyak hal, termasuk adanya tradisi brandu yang membahayakan kesehatan masyarakat. Inilah efek kemiskinan yang melanda negeri ini. Nyawa masyarakat menjadi korban akibat kegagalan penguasa menyejahterakan warganya.
Kemiskinan ini bersifat struktural sebagai akibat penerapan sistem ekonomi kapitalisme, yang menghasilkan penguasaan sumber ekonomi oleh segelintir korporasi. Hasilnya adalah kemiskinan yang tidak kunjung usai. Kondisi ini lestari karena regulasi yang penguasa buat memang mengukuhkan dominasi korporasi dalam ekonomi.
Sementara itu, kesejahteraan rakyat terabaikan, banyak rakyat yang miskin dan bahkan miskin ekstrem hingga untuk makan saja sulit.
Dalam Surah Al-Maidah ayat 3, telah dijelaskan tentang keharaman mengkonsumsi bangka.Namun faktanya masyarakat Gunung Kidul tetap memegang tradisi yang sejatinya tidak sesuai dengan syariat Islam.
Seharusnya para penguasa juga tidak membiarkan ini terjadi, dengan memberi pemahaman tentang keharamannya tentunya. Tidak adanya larangan keras akan hal ini membuat masyarakat mengedepan kan tradisi daripada syariat.
Islam tentu punya solusi akan masalah ini, melalui tangan seorang khalifah di dalam naungan khilafah di ikuti aturan-aturan yang akan diterapkan, tentu kemiskinan tidak akan menjangkiti suatu negeri. Sistem ekonomi Islam akan mewujudkan keadilan ekonomi sehingga harta tidak berputar pada orang-orang kaya saja.
Sumber daya alam sebagai kepemilikan umum tidak boleh dikuasai swasta dan akan dikelola oleh negara untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Tentu jaminan kebutuhan dasar masyarakat akan dipenuhi.
Selain sistem ekonomi, khilafah juga mengadakan pendidikan gratis, kesehatan gratis dan fasilitas-falisitilas yang lain yang mampu dinikmati oleh rakyat, sebagai bentuk pengayoman dari negara. Sebab negara adalah palayan umat, maka kesejahteraan umat menjadi prioritas. Ini terbukti dari kejayaan Islam dimasa lalu selama 13 abad, betapa sejahteranya kondisi masyarakat saat itu.
Negara akan menjamin tiap-tiap kebutuhan uangnya, tanpa kurang sedikitpun. Maka dari itu, kita sebagai umat Islam yang sejatinya menjadi populasi terbesar dinegeri ini menyadari akan pentingnya sistem Islam bagi kehidupan, dan mendakwahkannya pula, sebab hanya dengan sistem Islam manusia akan dimanusiakan.
Wallahu A'lam.
Oleh: Itsma Inda Purba
Aktivis Muslimah
0 Komentar