Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kenapa Emosi Anak Tak Reda-Reda?


Topswara.com -- Emosi muncul dari tuntutan pemenuhan kebutuhan baik jasmani maupun naluri ketika tidak terpenuhi. Kebutuhan jasmani berupa lapar dan haus, ngantuk, buang hajat, istirahat dan lain-lain. 

Anak tentu butuh makan dan minum agar kenyang dan dahaganya terpuaskan, butuh tidur saat sudah ngantuk. Jika kebutuhan jasmani ini tidak terpenuhi emosi anak akan muncul dan menjadi masalah kehidupan baginya biasanya diekspresikan dengan menangis dan bersedih.

Tentu saja tidak terpenuhinya kebutuhan jasmani berdampak pada kejiwaan anak dan akan semakin besar kegalauan ayah bunda dalam menghadapi emosi anak apalagi ketika dalam mengekspresikan persoalan, anak tidak bisa mengungkapkannya dengan baik apa yang dia rasakan.

Kesabaran tingkat tinggi saat mengurusi kebutuhan-kebutuhan jasmani dan naluri anak dan mencoba menganalisa dengan tepat, insyaAllah dapat membantu emosi ayah dan bunda terkendali untuk memberikan solusi yang tepat di setiap persoalan-persoalan anak yang muncul.

Kebutuhan jasmani didefinisikan sebagai dorongan mendasar (basic needs) yang bekerja menurut homeostatis jaringan tubuh (Saktiyono Psikologi Islami, 2012). 

Dorongan yang muncul dari kebutuhan fisik ini pemenuhannya bersifat pasti kalau tidak anak akan mengalami kerusakan jaringan tubuh terancam sakit dalam waktu tertentu bisa mengantarkan kematian.

Dalam hal ini, Abdurrahman (2004) memperlihatkan beberapa contoh mengapa kebutuhan jasmani merupakan dorongan mendasar pada manusia :

Pertama, ketika tubuh manusia kekurangan air, maka kerja organ tubuhnya akan mengalami gangguan yang kemudian akan menyebabkan penyakit. Penyakit ginjal adalah contoh penyakit yang terjadi akibat tubuh manusia
kekurangan air.

Kedua, ketika sisa zat makanan tidak dapat dikeluarkan dalam bentuk kotoran besar, akan mengalami sakit dan mual.

Ketiga, ketika manusia kekurangan oksigen, akan mengalami sesak nafas dan mungkin akan mengantarkannya pada kematian.

Naluri adalah dorongan-dorongan untuk cendrung pada sesuatu atau meninggalkan sesuatu yang berupa : eksistensi, keturunan dan petunjuk mengenai keberadaan sang pencipta (Saktiyono, 2002).

Annabhani (2003) mengelompokkan naluri-naluri menjadi 3 hal :
Pertama, naluri mempertahankan diri ( gharizah al-baqa). Kedua, naluri melestarikan jenis (gharizah an-nau’). Ketiga, naluri beragama (gharizah at-tadayyun).

Karakteristik dari ketiga naluri tersebut muncul akibat pemikiran atau fakta yang terindera, menuntut pemenuhan saja jika tidak terpenuhi hanya gelisah tidak mengantarkan kematian dan dapat dialihkan.

Maka munculnya persoalan anak juga dari tidak tepatnya dalam memenuhi kebutuhan naluri anak sehingga tidak tepat solusi. Terkadang orang tua kurang bisa mengidentifikasi masalah bahkan tidak mau tahu masalah anak itu apa? 

Misalkan masalah anak itu ada di pemenuhan kebutuhan jasmani akan tetapi oleh orang tua diberi solusi pemenuhan naluri. Misalkan anak menangis dia butuh bermain kita kasih solusi tidur, anak butuh eksplorasi kita paksa dia duduk manis tentu masalahnya tidak selesai dan emosi semakin menjadi.

Agar ayah bunda dapat memahami emosi anak dan bisa memberikan solusi secara tepat maka harus tepat pula menganalisa masalah kebutuhan anak, apakah itu kebutuhan jasmani ataukah naluri, masing-masing pemenuhanpun jangan salah mengidentifikasi.

Sebagai contoh lagi banyak sekali orang tua yang kesulitan menanggulangi kecanduan gadget pada anak, sebab orang tua tidak mau ribet iya, tidak mau direwelin anak iya, tidak mau terganggu kesibukannya iya. Namun ketika anak sudah ketergantungan dengan gadget maka orang tua barulah merasa ada masalah. 

Untuk mengatasi ketergantungan itu, ayah bunda bisa melihat apakah gadget itu kebutuhan jasmani ataukah naluri? tentu gadget bukan kebutuhan jasmani berarti hanya naluri baqa dengn manifestasi ingin memiliki dan ingin eksplorasi, rasa ingin tahu dan ketertarikan

Jika permasalahan emosi yang muncul dai tuntutan kebutuhan jasmani, maka orang tua wajib memenuhinya karena pemenuhannya pasti tidak bisa ditawar kalau tidak terpenuhi anak bisa sakit atau dalam waktu tertentu mengalami kematian, semisal kebutuhan makan, minum, istirahat, tidur dan lain-lain.

Kalau itu persolan emosi yang muncul dari naluri semisal anak ingn main gadget tadi maka solusinya adalah:

Pertama, jauhkan dari rangsangan gadget dalam artian anak tidak melihat gadget.
Kedua, pemenuhannya tidak pasti maka jika anak menangis tanpa gadget bersabarlah insya Allah tidak sampai merusak tubuhnya atau membuatnya sakit.

Ketiga, lakukan pengalihan pada benda lain atau obyek bermain lainnya agar anak teralihkan dan dia lupa dengan gadget.
Menurut Abdullah (2003) bahwa naluri itu bisa diindera keberadaannya melalui manifestasi-manifestasi. 

Naluri adalah potensi pada diri manusia yang mendorong manusia untuk cendrung pada suatu (benda) dan prilaku. Juga dengan potensi ini manusia terdorong untuk meninggalkan sesuatu dan prilaku.
Anak berprilaku dasarnya ada dua, bisa dorongan akal dan bisa dorongan semata-mata perasaan. 

Kalau dorongannya berdasarkan akal dalam artian berdasarkan pemahaman maka prilaku anak akan diarahkan oleh pemahaman tersebut, jika pemahamannya dilandasi kaidah Islam maka prilakunya semaat-mata mencari ridha Allah SWT. 

Jika hanya semata-mata dorongan naluriah atau perasaan saja maka prilaku anak tidak dikontrol oleh akal, dia akan bertindak semaunya tanpa aturan dan memuaskan suka-sukanya dia. Disinilah pentingnya pemahaman Islam dalam mengtur emosional dan prilaku.[]


Oleh: Ustazah Yanti Tanjung
Pemerhati Keluarga dan Anak
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar