Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kapitalisme Kokohkan Rasisme, Islam Hilangkan Rasisme


Topswara.com -- Telah terjadi penembakan hingga menewaskan korban yang dilakukan oleh polisi di Paris Prancis tepatnya di wilayah Nanterre terhadap remaja 17 tahun bernama Nahel M. yang merupakan keturunan Afrika Utara (Aljazair-Maroko) sebab dinilai tidak mematuhi perintah polisi untuk menghentikan mobil yang dikendarainya karena melanggar aturan lalu lintas. 

Peristiwa ini berbuntut pada bentrokan yang terjadi antara polisi dan amukan massa. Penyulut kerusuhan ini adalah latar belakang Nahel sebagai keturunan Afrika Utara yang santer disorot masyarakat. Melalui peristiwa ini luka yang tersembunyi akhirnya terkuak. 

Luka berupa keresahan yang lama terpendam yaitu kekerasan polisi dan rasisme sistemik dalam lembaga penegak hukum terhadap beragam etnis di Prancis. Dalam beberapa tahun terakhir tak sedikit orang tewas atau menderita luka-luka di tangan polisi. Hal ini mendorong tuntutan lebih banyak pertanggung jawaban. 

Prancis menjadi tempat amukan massa terhadap ketidakadilan lainnya setelah pembunuhan George Floyd oleh polisi di Minnesota. Juru Bicara Kepolisian Nasional Prancis, pembunuhan remaja 17 tahun ini merupakan penembakan fatal ketiga di Prancis sejauh ini pada 2023. 

Tahun lalu ada 13 penembakan seperti itu. Ada 3 pembunuhan akibat pelanggaran lalu lintas pada 2021 dan ada 2 pada 2020, menurut penghitungan Reuters, yang menunjukkan mayoritas korban sejak 2017 adalah orang kulit hitam atau keturunan Arab. (m.Bisnis.com/kabar24/internasional, Sabtu, 01 Juli 2023, 13:45 WIB)

Kasus pelanggaran lalu lintas sudah seharusnya tidak perlu sampai mengorbankan nyawa. Jika untuk menghentikan mobil yang melaju saja, cukup menembak ban mobilnya bukan pengemudinya. 

Penembakan yang dilakukan oleh polisi terhadap remaja tersebut hingga tewas, justru menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Terlebih lagi sebelumnya sudah pernah terjadi yang serupa dan tampak berkaitan dengan ras keturunan. Maka makin panas kondisi di masyarakat. 

Pasalnya yang namanya keturunan tidak bisa manusia menentukan sendiri ingin lahir dari keturunan mana. Hal ini merupakan ketetapan dari Pencipta manusia. Sungguh aneh jika manusia ras tertentu memiliki sentimen negatif terhadap ras yang berlainan jenis dengannya meskipun sama-sama sebagai manusia. 

Tidak layak bagi manusia memandang rendah terhadap manusia yang lain. Sebab asal-usul seluruh manusia itu sama, terbuat dari tanah liat yang dibentuk dan diberi nyawa, dari dibuahinya sel telur oleh sel sperma. 

Namun apalah daya, dalam sistem kapitalisme yang diterapkan di seluruh dunia saat ini menjadikan standar materi di atas segalanya. Masyarakat pun menjadi terbagi-bagi ke dalam golongan-golongan. Ada masyarakat kelas atas, menengah, dan bawah. 

Seiring berkembangnya teknologi dan kehidupan sosial, perbedaan antara golongan semakin jelas terlihat. Akhirnya tak jarang ditemukan tindakan rasisme yang dilakukan golongan ras yang dianggap unggul karena merasa lebih baik dan berhak melakukan tindakan rasisme kepada ras yang dianggap lebih rendah. 

Hal ini membawa dampak yang cukup buruk seperti tinggi angka kriminalitas, bentrokan-bentrokan, prasangka antar golongan, dan ketidaknyamanan dalam kehidupan bermasyarakat. Makin lama manusia hidup dalam kungkungan sistem kapitalisme maka rasisme ini semakin kokoh dan kehidupan sosial masyarakat semakin jauh dari kedamaian. 

Jauh berbeda dengan sudut pandang dalam Islam. Manusia yang berbeda-beda ras, suku, bangsa memang diciptakan sedemikian rupa sehingga agar manusia itu saling mengenal, dan yang membedakan diantara mereka adalah takwa. 

Sebagaimana tertulis dalam QS. Al Hujurat ayat 13 yang artinya:
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."

Perbedaan warna kulit, ras, suku, bangsa, bahasa, tidak lantas menjadikan seseorang menghina sebagian dan memuliakan sebagian. Kriteria orang bertakwalah yang menjadi penentu mulia tidaknya manusia dihadapan Allah SWT Sang Pencipta. 

Dengan demikian manusia berlomba untuk taat kepada Penciptanya agar memperoleh kedudukan takwa tersebut. Hal ini secara langsung dapat menghilangkan rasisme yang menjangkiti masyarakat kapitalisme sebab cara pandang terhadap kehidupan dan aturan kehidupan yang diterapkan menggunakan Islam. Kehidupan rahmatan lil'alamin yang merupakan harapan seluruh manusia akan terwujud dengan diterapkannya Islam kaffah.

Wallahua'lambishshawab.


Oleh: Iliyyun Novifana, S.Si
Pegiat Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar