Topswara.com -- Pertiwi berduka, anak bangsa kembali menjadi korban kerapuhan jiwa, kerapuhan pengetahuan dan ketimpangan kesejahteraan.
Beritanya beredar di mana-mana di dunia maya bahkan di media cetak, salah satunya seperti yang terlansir, REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Tradisi brandu di Padukuhan Jati, Kelurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul diduga yang menjadi penyebab sebanyak 87 warga terpapar antraks.
Menurut Kepala Dukuh (Dusun) Jati, Sugeng, tradisi tersebut memang sudah mengakar sejak nenek moyang mereka. Tujuannya baik, meringankan kerugian pemilik ternak yang ternaknya mati, entah karena sakit atau sebab lain. Kamis (6/7/23).
Apabila kita mengamati faktor penyebab adanya tradisi brandu karena tidak adanya edukasi dan kontrol dari penguasa serta jaminan kesejahteraan bagi para peternak yang mengakibatkan tradisi ini terus dipakai sejak nenek moyang mereka.
Sistem sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) yang saat ini diterapkan menjadikan negara abai terhadap penjagaan akidah umat. Memakan daging hewan yang sudah mati tentu bertentangan dengan akidah Islam dan berbahaya bagi kesehatan.
Namun, inilah wajah sistem sekularisme, kebebasan individu menjadi hal yang diagungkan selama tidak ada yang dirugikan, alhasil setelah korban brandu yang menurut mereka tujuannya adalah baik, membantu saudaranya yang kesusahan dari ternaknya yang mati menjadi viral dan banyak korban jiwa, baru pemerintah turun tangan.
Dalam Islam penguasa bertugas sebagai riayah dan junnah (periayah, pengayom, pelindung) bagi rakyatnya yang akan terus mengontrol dan mengedukasi pemahaman umat tentang akidahnya, dan menerapkannya dalam kehidupan, serta memberikan sangsi tegas terhadap upaya pelanggarannnya.
Di dalam Islam brandu adalah aktifitas yang melanggar syariat karena memakan hewan yang sudah mati hukumnya haram.
Sebagaimana firman Allah SWT. "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya." (QS. Al-Maidah ayat 3)
Di dalam Islam kesejahteraan rakyat menjadi fokus utama penguasa, karena ketika rakyat tidak sejahtera maka kemiskinan yang ditakutkan oleh penguasa Islam, akan dimintai pertanggung jawaban.
Di sepanjang sejarahnya penguasa Islam senantiasa memberikan kesejahteraan baik di masa Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar, sampai pada Umar bin Abdul Aziz dan penguasa muslim lainnya. Karena kemiskinan inilah yang akan menyebabkan kekufuran.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Na'im: "Kemiskinan itu dekat pada kekufuran."
Wallahu a'lam bisaawab.
Oleh: Lafifah
Aktivis Muslimah
0 Komentar