Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Brandu Berujung Pilu


Topswara.com -- Diluar nalar! Warga Gunung Kidul nekat bongkar kuburan sapi yang mati terjangkit antraks dan telah dikubur sesuai prosedur. Akibatnya, 3 orang dinyatakan meninggal dunia, dan 87 orang positif antraks.(grid id, 7 juli 2023). 

Kementrian Pertanian menyinggung tradisi Brandu (Purak) jadi biang kerok kasus penularan antraks. Balai Besar Veteriner Wates dan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, menyebut tradisi brandu merupakan tradisi pemotongan sapi dan kambing sakit yang dipotong paksa kemudian diperjual belikan ke tetangga sekitar dengan harga murah dibawah harga standar. 

Peneliti juga menambahkan bahwa warga tentunya sadar akan tindakan yang mereka lakukan sangat beresiko terhadap kesehatan, terlebih mereka telah mengetahui adanya risiko penyakit antraks dan larangan mengkonsumsi ternak yang terjangkiti penyakit atau mati mendadak. 

Namun ironisnya hal ini sering kali diabaikan warga. Kondisi sosial- ekonomi masyarakat pedesaan turut menjadikan tradisi brandu terus berjalan. Dari sisi peternak, ada dorongan untuk mempertahankan nilai ekonomi. Dari sisi masyarakat, tradisi brandu dianggap perwujudan asas gotong royong sekaligus bentuk kepedulian terhadap sesama. (cnnindonesia.com, sabtu 8 juli 2023).

Brandu jelas menunjukkan potret kemiskinan yang parah di tengah masyarakat. Harga daging segar dan sehat notabene memang dibandrol dengan harga yang mahal. Kondisi ini menjadikan daging segar dengan kualitas baik hanya bisa dijangkau kalangan tertentu. 

Akibatnya, banyak diantara masyarakat ketika menemui daging dengan harga murah apalagi jauh dibawah harga pasar seketika mereka tergiur untuk membeli tanpa berpikir panjang lagi.

Dewasa ini, mahal-murahnya harga bahan pangan tidaklah ditentukan oleh mekanisme pasar, akan tetapi penetapan harga sangat bergantung pada campur tangan para kapital yang memonopoli pasar. Kondisi ini adalah sebuah keniscayaan dari penerapan sistem kapitalisme. 

Di lain sisi, kapitalisme juga membuat tingkat literasi masyarakat menjadi rendah. Mindset kapitalisme memaksa manusia harus meraih kepuasan materi dengan cara apapun. Pada akhirnya masyarakat miskin yang berkeinginan mengkonsumsi daging menjadi terbiasa mengkonsumsi binatang yang telah terjangkit penyakit. 

Sistem sekularisme kapitalisme membuat negara abai terhadap kewajibannya mengurus rakyat. Hal ini semakin diperjelas dengan negara tidak optimal dalam menghilangkan budaya brandu, sehingga tradisi yang membahayakan itu masih saja berlangsung. 

Padahal nyatanya budaya brandu yang dipraktekkan masyarakat selain membahayakan kesehatan, brandu juga melanggar ketentuan agama.

Dalam negara yang mengusung sistem Islam. Negara adalah institusi yang berdiri di atas aqidah Islam yang keberadaanya merupakan wujud praktis dalam penerapan syariat Islam. Syariat Islam telah menetapkan negara sebagai institusi yang memiliki tugas untuk mengurusi persoalan umat (riayah su’unil ummah). 

Tugas mulia ini kelak di akhirat akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT. Karenanya, negara dalam sistem Islam akan sangat peduli terhadap warganya. Negara akan melakukan serta menetapkan kebijakan yang terbaik agar warganya meraih kelayakan hidup serta kesejahteraan.

Dalam Islam, budaya brandu tidak akan dibiarkan berkembang. Selain budaya tersebut membahayakan nyawa manusia, syariat dengan tegas melarang melakukan Tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. 

Dari abu said sa’ad bin malik bin sinan al-Khudri Radhyallahu anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain.” (HR. Malik dalam al- Muwaththa Ad- Daraquthni, Al- Baihaqi, Al- Hakim).

Selanjutnya, negara Islam juga akan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan memakan makanan yang halal (sesuatu yang diperbolehkan oleh syariat) juga tayyib (makanan yang sehat, proporsional/ tidak berlebihan) serta aman untuk dikonsumsi. 

Karena sejatinya Allah SWT telah memerintahkan yang demikian.
ÙˆَÙƒُÙ„ُوا Ù…ِÙ…َّا رَزَÙ‚َÙƒُÙ…ُ اللَّÙ‡ُ Ø­َÙ„َالًا Ø·َÙŠِّبًا ۚ ÙˆَاتَّÙ‚ُوا اللَّÙ‡َ الَّØ°ِÙŠ Ø£َÙ†ْتُÙ…ْ بِÙ‡ِ Ù…ُؤْÙ…ِÙ†ُونَ

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.
Negara dalam Islam akan mengedukasi masyarakat agar mereka memiliki syakhsiyah Islam. 

Masyarakat yang ber syakhsiyah Islam akan mampu berpikir dan bersikap secara benar sesuai tuntunan syariat. Sehingga mereka dapat menghukumi fakta dengan benar dan tidak mungkin membenarkan pemahaman budaya brandu. 

Budaya yang nyatanya sarat akan bahaya karena menganggap tidak apa-apa memakan hewan sakit bahkan bangkai sekalipun dengan dalih gotong royong dan saling membantu.

Bergotong royong dan saling membantu adalah perbuatan yang benar lagi mulia, bahkan dianjurkan pengamalannya dalam hukum syariat. Namun aksi memakan hewan yang sakit bahkan yang telah mati (bangkai) adalah tindakan berbahaya sekaligus melanggar ketentuan syariat. 

Negara Islam melalui Biro Kesehatan dari Departemen Kesehatan akan mengedukasi masyarakat agar mereka memperlakukan hewan yang sakit antraks sebagai mana mestinya. Yaitu dengan mengubur bangkai hewan yang telah terinfeksi dan tidak menyembelihnya. 

Sebab secara qadar, bakteri penyebab antraks yakni Bacillus anthracis dapat tumbuh subur di dalam tubuh dan dengan cepat berubah menjadi spora apabila berada di luar tubuh ketika kontak dengan udara luar. 

Spora ini akan terus menyebar melalui air hujan, bakteri antraks juga sanggup bertahan hingga puluhan tahundi tanah dan hanya akan mati oleh pemanasan pada temperatur 100 derajat Celcius selama 20 menit. Atau dalam pemanasan kering dengan suhu 140 derajat celcius selama 30 menit. Karenanya hewan yang telah terinfeksi bakteri antraks tidak boleh dibedah. 

Syakhsiyah Islam yang telah terwujud ditengah masyarakat juga akan membuat para peternak melakukan upaya optimal agar hewan ternak mereka sehat dan tidak tertular penyakit hewan. 

Kendatipun ketika hewan ternak mereka tertular wabah antraks, mereka akan tetap bersabar dengan musibah serta tidak akan mau menjual daging hewan ternaknya yang sudah terinfeksi kepada warga karena perbuatan itu sangat membahayakan.

Keberadaan daging yang menjadi salah satu sumber protein yang dibutuhkan masyarakat akan mendorong negara menerapkan sistem ekonomi Islam yang dapat menjamin setiap warga mampu untuk menjangkau harga kebutuhan pokok, termasuk kemampuan masyarakat dalam membeli daging.

Jika semua hal tadi telah diupayakan negara namun masih saja dijumpai praktek brandu dan semisalnya. Negara dalam Islam tidak memberlakukan hukuman ta’zir kepada para pelaku. Sebab kegiatan mereka dapat membahayakan orang lain bahkan bisa berujung pada hilangnya nyawa.

Demikianlah cara negara dalam Islam mencegah dan menanggulangi wabah antraks agar tidak menyebarluas ditengah- tengah masyarakat.

Wallahu ‘alam bishawab.


Oleh: Sely Nuramelia
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar