Topswara.com -- Memasuki musim kemarau panjang yang tejadi bulan Mei dan diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan Juli dan Agustus, pemerintah mempertimbangkan akan potensi terjadinya iklim El Nino dengan indikasi banjirnya bagian Amerika Selatan dan kekeringan dibagian Asia Tenggara termasuk Indonesia. El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu permukaan laut di samudera pasifik yang datang empat tahun sekali Dampaknya adalah terjadinya disrupsi sector pertanian, perlebunan dan perikanan. Selain itu juga memperparah pemanasan global.
Melansir dari Kompas.com, data dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), kejadian El Nino pada 2014-2016 menyebabkan kekeringan di Kanada dan Asia. Hal ini berujung terjadinya gagal panen dan goyahnya ketahanan pangan lebih dari 60 juta orang di dunia. Sedangkan Saat itu, Indonesia dilanda kebakaran hutan ekstrem yang mencuatkan angka pemborosan emisi oleh Indonesia.
Mengingat begitu besar dampaknya terhadap keberlangsungan kehidupan masyarakat di Indonesia terutama pada sector pangan, pemerintah melakukan aksi cepat tanggap dengan prediksi awal kedatangan iklim buruk yang akan melanda negeri, salah satunya dengan melakukan impor beras 1 juta ton dari India. Langkah yang dilakukan pemerintah digadang-gadang bisa menstabilkan harga dan pasokan stok beras.
Benarkah antisipasi yang dilakukan dengan cara mengimpor beras bisa mengatasi dampak inflasi pangan? Nyatanya banyak daerah yang justru sedang panen raya. Langkah pemerintah mengimpor beras dari luar negeri justeru mematikan minat petani dalam mereproduksi beras. Permerintah dan segala bentuk antisipasinya terhadap suatu permasalahan seharusnya mempertimbangkan berbagai dampak yang terjadi di masyarakat tanpa merugikan mereka.
Jika pemerintah khawatir tentang ketersediaan stok dan kestabilan harga beras seharusnya pemerintah mempersiapkan dengan memperdayakan daerah yang panen jauh hari dengan mempersiapkan cadangan beras. Selain itu, menjadikan ajang bagi petani muda untuk dilibatkan dalam pencapaian rencana jangka panjang pemerintah. Serta memanfaatkan kreativitas mereka dan mendukung inovasi mereka, maka sector pertanian akan selangkah lebih maju sehingga tidak perlu adanya kebijakan mengimpor beras dari luar negeri.
Islam dan berbagai solusi yang ditawarkan dalam aturannya adalah sebaik-baiknya aturan yang pernah diterapkan pada peradaban sejarah manusia, sehingga menyontoh penerapannya adalah solusi terbaik yang seharusnya dilirik oleh pemerintah saat ini. Berikut beberapa strategi yang terdapat dalam s8stem islam:
Pertama, mendorong perkembangan perkebunan dan pertanian. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim disebutkan:
عن جابر أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل على أم معبد حائطا، فقال يا أم معبد من غرس هذا النخل؟ أمسلم أم كافر؟ فقالت بل مسلم. قال فلايغرس المسلم غرسا فيأكل منه إنسان ولا دابة ولاطئر إلا كان له صدقة إلى يوم القيامة
Dari Sahabat Jabir, sesungguhnya Nabi Muhammad Saw memasuki pekarangan Ummu Ma’bad, kemudian beliau berkata, “Wahai Ummu Ma’bad siapakah yang menanam kurma ini? Muslim atau kafir? Ummu Ma’bad menjawab, “Muslim.” Lalu Nabi Bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu memakannya baik manusia atau keledai atau burung kecuali itu akan menjadi sedekah baginya hingga hari kiamat.” (HR. Muslim).
Dari hadis di atas pemerintah harus melakukan dukungan penuh terhadap para petani baik dari segi dana maupun logistik yang dibutuhkan. Serta melakukan pengoptimalan seluruh potensi lahan pertanian berkelanjutan yang dapat menghasilkan bahan pangan pokok. Pemerintah dalam perannya harus ikut turun dalam melakukan pengawasan mulai dari penanaman hingga pemanenan. Agar tercapainya solusi yang didambakan tercapai.
Kedua, pemimpin yang berbagi penderitaan dengan rakyat.
عن ابن عباس رضى الله عنهما قال كانَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليْهِ وسلَّمَ يَبيتُ اللَّيالي المتتابعةَ طاوِيًا وأَهلُهُ لا يجدونَ عَشاءً وَكانَ أَكثرُ خبزِهم خبزَ الشَّعيرِ
Abdullah bin `Abbas RA menuturkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ dan keluarganya biasa menghabiskan malam berturut-turut dengan lapar tanpa makan malam. Sebagian besar roti yang biasa mereka makan adalah roti jelai (yang merupakan jenis yang murah).” (Ibnu Majah)
Islam selalu mengajarkan hidup sederhana. Sehingga jika seandainya terjadi krisis pangan mereka bisa menghadapinya dengan sabar dengan sesegera mungkin mencari solusi jalan keluar. Karena adaptasi gaya hidup ini, masyarakat tidak berlebih-lebihan dalam hal konsumsi pangan. Nabi mengajarkan agar seorang mukmin baru makan tatkala lapar dan berhenti sebelum kenyang.
Ketiga, negara memiliki kewajiban memastikan keamanan pangan.
عن المستورد بن شداد رضي الله عنهما أنه قال: سمعت النبي صلى الله عليه وآله وسلم يقول: من كان لنا عاملاً فليكتسب زوجة، فإن لم يكن له خادم فليكتسب خادماً، فإن لم يكن له مسكن فليكتسب مسكناً، قال: قال أبو بكر: أخبرت أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال: من اتخذ غير ذلك فهو غال أو سارق
Dari Al-Mustawrid Ibn Syadad meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, Barangsiapa yang menjadi pekerja untuk kami, maka boleh ia memperoleh (sekadar nafkah) untuk istri,. Jika tidak mempunyai sahaya, boleh dia memperoleh (sedekah untuk) sahaya). Jika dia tidak punya tempat tinggal, boleh dia memperoleh “(sekadar untuk) tempat tinggal. “Sahabat Abu Bakar berkomentar, “Barangsiapa berlaku selain itu, maka dia seorang koruptor atau mencuri.” (HR Abu Dawud).
Pengendalian selanjutnya adalah masalah manajemen logistik, di mana masalah sepenuhnya dikendalikan pemerintah, yaitu dengan memperbanyak cadangan saat produksi berlimpah dan mendistribusikannya secara selektif pada saat terjadinya kesulitan pangan terjadi. Maka perencanaan pascapanen menjadi sangat penting.
Keempat, memerangi korupsi. Hal ini sebagaimana riwayat berikut:
وَعَنْ عَدِيِّ بْنِ عَمِيرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ! مَنْ عُمِّلَ مِنْكُمْ لَنَا عَلَى عَمَلٍ، فَكَتَمَنَا مِنْهُ مِخْيَطًا فَمَا فَوْقَهُ فَهُوَ غَالٌّ، يَأْتِي بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! اقْبَلْ عَنِّي عَمَلَكَ. قَالَ: وَمَا ذَاكَ؟ قَالَ سَمِعْتُكَ تَقُولُ: كَذَا وَكَذَا قَالَ: وَأَنَا أَقُولُ ذَلِكَ، مَنِ اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَى عَمَلٍ ; فَلْيَأْتِ بِقَلِيلِهِ وَكَثِيرِهِ فَمَا أُوتِيَ مِنْهُ أَخَذَهُ، وَمَا نُهِيَ عَنْهُ انْتَهَى» " رَوَاهُ مُسْلِمٌ،
Adi bin `Umairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ berkata, “Barangsiapa di antara kamu yang ditunjuk olehku untuk suatu posisi dan dia menyembunyikan dari kami (bahkan) jarum atau lebih, dia bertindak tidak setia dan akan membawanya pada Hari Kebangkitan.”
Setelah mendengar ini, seorang pria kulit hitam dari Al-Ansar berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, ambil kembali dariku tugasmu.” Nabi bertanya, “ Apa yang terjadi padamu?” Pria itu menjawab, "Saya telah mendengar Anda mengatakan ini dan itu." Nabi bersabda, “Saya katakan bahwa (sekali lagi) sekarang: Barang siapa dari Anda diangkat oleh saya untuk suatu posisi, dia harus membawa segala sesuatu (dari pendapatannya), besar atau kecil. (Kemudian,) apa yang dia berikan padanya, dia boleh mengambilnya. Apa yang tidak boleh dia ambil, dia harus menghindarinya.” (HR Muslim).
Bukan menjadi hal yang tabu di negeri tercinta ini bahwa terjadinya paceklik di masyarakat maka di situlah banyak oknum yang memanfaatkan keadaan untuk keuntungan pribadi. Contoh saja beras busuk yang menggunung akibat korupsi yang dilakukan pasca bantuan korona yang tidak merata. Juga korupsi minyak akibat kelangkaan pada beberapa waktu lalu. Maka penerapan system Islam adalah satu-satunya sistem yang bisa diharapkan dalam mengubah kehidupan umat bernegara, baik Muslim maupun nonmuslim. Wallahu’alam bisshowwab.[]
Oleh: Khusniah Ummi
Aktivis Muslimah
0 Komentar