Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Syukur Kunci Menghadapi Budaya Hedonisme

Topswara.com -- Ustazah Hj. Chairunnisa Rahmawati, S.Pd. mengungkapkan bahwa rasa syukur adalah kunci menghadapi budaya hedonisme.

“Syukur adalah kunci menghadapi budaya hedonisme,” ungkapnya dalam Diskusi Taman Sahur: Syukur: Kunci Menghadapi Budaya Hedonis, di YouTube Sultan Channel, Rabu (12/4/2023).

Menurutnya, mau tidak mau kehidupan glamour menjauhkan hidup manusia dari kehidupan akhirat. Maka, kuncinya tidak lain yakni kembali kepada makna syukur yang esensinya adalah ketaatan, pengabdian kepada Allah SWT.

Yang dimaksud dengan paham hedonisme adalah paham adanya rasa kenikmatan terhadap materi yang berlebih. Ia menjelaskan bahwa kebiasaan hedonisme adanya sisi bagaimana manusia menganggap setiap kenikmatan justru menjadi orientasi hidup. 

“Fashion menjadi orientasi hidup, fisik yang cantik, glowing sana-sini menjadi orientasi hidup. Jika orientasi hidup seseorang hanya kenikmatan, maka tujuan hidup orang tersebut bukan lagi berkiblat kepada Islam, tetapi kepada Barat,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia menyarankan untuk senantiasa berhati-hati. Sebab, invasi-invasi budaya Barat sudah masuk ke tubuh kaum Muslimin sejak khilafah Islamiyah runtuh.

“Jadi, sejak tahun 1924, kebiasaan hidup bebas, liberal, masuk merasuk ke dalam tubuh kaum Muslimin tanpa disadari. Memang masih ada nilai-nilai agama, ibadah, tapi sarat dengan kebebasan,” tuturnya.

Ia menyampaikan bahwa seseorang yang memiliki paham hedonis, hidupnya penuh dengan kekayaan yang ingin ditunjukkan ke mana-mana, tetapi di hadapan Allah, merasa tidak cukup.

Oleh karena itu, paham tersebut harus dihindari, yakni dengan menjauhkan pemikiran tersebut dan fokus pada keimanan kepada Allah SWT. Sebab, apa yang diinginkan Allah SWT. kepada seseorang yaitu memiliki pemahaman yang benar tentang arah pandang kehidupan, akidah yang lurus, dan penyembahan hanya kepada Allah SWT.

“Semua yang dilakukan harus berdasarkan hukum Allah. Jika tidak bersandar pada hukum Allah, maka tidak diambil. Begitulah seorang Muslim seharusnya,” pungkasnya.[] Mustaqfiroh.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar