Topswara.com -- Seseorang yang mengalami mengalami mental breakdown adalah mereka yang mengalami stres tingkat tinggi hingga aktivitas mereka terganggu, terhenti dan tidak mampu melakukan apa-apa.
Istilah mental breakdown digunakan untuk menggambarkan beberapa kondisi kesehatan mental seperti
depresi, kecemasan, gangguan stres akut akibat dari berbagai tekanan hidup yang berat. Mental breakdown ini pun bisa menjangkiti semua kalangan mulai dari kaum pekerja, mahasiswa hingga anak sekolah.
Anak-anak sekolah biasanya dituntut untuk mendapatkan nilai besar agar bisa masuk ke perguruan tinggi yang bergengsi, anak kuliahan dituntut untuk mencapai IPK tinggi serta memiliki banyak pengalaman supaya bisa mendapatkan pekerjaan yang bergaji tinggi, lalu yang bekerja pun dituntut untuk tahan dengan segala tekanan pekerjaan.
Semua dilakukan demi kehidupan ekonomi yang lebih baik. Karena kata orang hidup itu seperti hukum rimba, 'Siapa yang kuat itulah yang bertahan.'
Padahal semua manusia mempunyai rasa kekhawatiran yang sama, yaitu masa depan. Ditambah lagi, kita sedang hidup di negara yang tidak peduli dengan nasib rakyatnya. Rakyat dituntut untuk mandiri mencukupi segala kebutuhan dasarnya sendiri.
Sedangkan para penguasa dan pejabatnya sibuk untuk memperkaya diri sendiri tidak peduli lagi terhadap masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan dan berbagai persoalan hidup warga negaranya.
Belum lagi berbagai kebijakan penguasa yang justru semakin membebani rakyat. Sembako mahal, harga listrik naik terus, segala lini dikenakan pajak, subsidi BBM dikurangi, mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan juga merupakan faktor pemicu terjadinya mental breakdown.
Begitulah yang terjadi ketika kita hidup di dalam yang hanya mengutamakan keuntungan materi di atas segalanya apalagi kalau bukan sistem kapitalisme sekularisme. Di sistem inilah agama tidak dipakai untuk mengatur hidup manusia.
Di tengah segala tekanan hidup tadi, mereka yang berpandangan materialis dan sekuler menjadikan harta dan jabatan pun sebagai tujuan hidupnya, tapi karena hidup mereka jauh dari agama akibatnya mereka menjadi pribadi yang rapuh, lemah dalam kesabaran dan tidak bertawakal kepada Allah SWT jadilah mereka mempunyai mental breakdown.
Itulah mengapa kita harus memiliki sistem yang kuat untuk menangkis segala macam paham dan pandangan yang salah seperti materialis dan sekuler tadi. Kita harus kembali kepada pandangan hidup Islam yang didasarkan pada akidah Islam.
Di dalam Islam kita harus mempunyai pemikiran bahwa segala hasil baik atau buruk berasal dari Allah SWT dan semua yang dari Allah SWT adalah kebaikan untuk kita semua. Allah SWT berfirman,
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui".
(QS. Al-Baqarah: 216 )
Lalu supaya bisa menjadi Muslim yang kuat seperti ini caranya adalah dengan mengikuti kajian Islam. Cobalah mendorong diri kita untuk terus mengkaji Islam secara rutin, minimal sepekan sekali.
Carilah komunitas Muslimah atau kelompok dakwah Islam ideologis yang selalu aktif dan sering membina kita dengan Islam. Kita harus tetap semangat dan istiqamah dalam belajar Islam, meyakini apa yang dipelajari, mengamalkan dan mendakwahkannya.
Mereka yang paham Islam pun akan paham bahwa mereka harus taat dengan aturan Allah SWT secara kaffah dan ketika mengalami kesulitan akan dipandang sebagai ujian hidup. Jika sudah tawakal kepada Allah SWT dan pandangannya jauh tertuju ke depan, yaitu ke akhirat. Maka semua amal perbuatan akan dilakukan demi meraih ridha Allah SWT semata.
Tetapi mental breakdown tidak akan tuntas hanya dengan mengkaji Islam saja, yang harus kita lakukan adalah menghilangkan sumber terjadinya mental breakdown, yaitu sistem kapitalisme. Selama sistem kapitalisme ini tetap ada, maka tekanan hidup akan terus ada serta mental breakdown pun akan semakin parah.
Jadi kita butuh sistem yang menerapkan Islam secara kaffah, yakni sistem Islam. Di dalam sistem Islam negara mempunyai kewajiban untuk mengurusi warga negaranya.
Pada mulanya pemenuhan dan kesejahteraan manusia merupakan tugas individu itu sendiri dengan cara bekerja, tapi jika mereka tidak bisa memenuhinya, maka negara wajib menyediakannya.
Islam telah menetapkan aturan dari Allah SWT bahwa negara wajib menjamin terpenuhinya segala kebutuhan pokok setiap individu masyarakatnya, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan kerja dan rasa aman.
Rasulullah SAW bersabda,
"Imam (khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya."
(HR. Al-Bukhari)
Selain itu, negara wajib memberikan pendidikan berbasis akidah Islam, menerapkan hukum-hukum Islam secara total serta membuang pemikiran sistem kehidupan materialis dan sekuler yang berasal dari ideologi kapitalisme. Dengan demikian, maka mental breakdown tersebut bisa diatasi dengan Islam.
Oleh: Nabila Zidane
(Analis Mutiara Umat Institute)
0 Komentar