Topswara.com -- Sandiaga Salahudin Uno mengeluarkan program pesantrenpreneur yang dilaksanakan di Pesantren Al-baqiyyatussholihat, Desa Sindangmulya Kecamatan Cibarusah, dengan jumlah yang terbilang cukup besar. Yaitu sebanyak ratusan pesantren yang akan ditransformasikan menjadi pesantren dengan "basic entrepreneurship."
Program ini tentu saja akan melibatkan para santri sebagai subyek di pesantren. Tujuannya, demi mencetak generasi santri yang berdaya secara ekonomi.
Pesantrenpreneur diproyeksikan sebagai upaya agar santri sebagai generasi muda saat ini menjadi pemuda yang mandiri, baik secara ekonomi maupun keterampilan.
Santri dituntut mempunyai skill dalam berwirausaha, serta memahami perkembangan teknologi yang ada. Agar ketika para santri ini telah lulus dari pesantren mereka mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat.
Tentunya, program ini juga mendapat dukungan dari Kepala Dinas Sosial, Endin Samsudin yang mengharapkan agar program pesantrenpreneur ini menjadi kesejahteraan tersendiri untuk para santri (bekasikab.go.id, 23/5/2023). Sebelum program pesantrenpreneur ini diluncurkan, Pemkot Bekasi sudah membuat Perda (Peraturan Daerah) Pesantren.
Sebut saja Perda nomor 5 Tahun 2022, tentang fasilitas penyelenggaraan pesantren berbasis wirausaha itu sendiri. Penyelenggaraannya telah disahkan oleh legislator pada Kamis, 16 maret 2023 lalu.
Hal ini diakui oleh anggota DPRD, Ahmad Ustuchri yang menuturkan bahwa melalui Perda Pesantren ini, pemerintah kota Bekasi sudah bisa menempatkan anggaran dana APBD untuk pesantren yang akan menjadi pesantrenpreneur (news.republika.co.id, 21/3/2023)
Program pesantrenpreneur berawal dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), yang ingin melenggangkan sayap ekonomi di lingkungan pesantren. Hal ini diresmikan langsung oleh Presiden RI Joko widodo. Dan juga turut meresmikan Ummart di pondok pesantren Bayt Al-Hikmah, Pasuruan.
Program ini kemudian meluas. Kampanye pun turut dilakukan oleh Menteri Koordinator, Airlangga. Beliau mengusung, agar seluruh pesantren di berbagai daerah menerapkan program tersebut. (news.okezone.com, 12 mei 2018)
Di tengah gencarnya program pesantrenpreneur, yang ditengara sebagai bentuk kesejahteraan, ternyata di sisi lain, masih ada pihak lain yang jauh lebih membutuhkan kesejahteraan dibanding program wirausaha yang akan diproyeksikan secara nasional di sejumlah pesantren. Yaitu banyaknya pengangguran lulusan SMA yang jumlahnya setiap tahun semakin meningkat.
Tercatat ada 8,4 juta jiwa di periode Februari 2022. Kepala BPS Margo Yuwono mencatat, sebanyak 10,38 persen angka pengangguran, lulusan SMK mempunyai jumlah tertinggi (cnbcindonesia.com, 9/5/2022). Padahal, lulusan SMK merupakan lulusan yang dipersiapkan untuk bekerja.
Program pesantrenpreneur, seolah menjadi bumerang bagi para pengangguran. Sebab, kebijakan pemerintah yang katanya demi kesejahteraan generasi, tetapi nyatanya masih banyak para pemuda yang menganggur justru lebih membutuhkan perhatian pemerintah.
Begitu juga dana yang dialokasikan demi program pesantrenpreneur, bukanlah jumlah yang sedikit. Yang apabila digunakan untuk penyediaan lapangan kerja bagi pengangguran dapat lebih bermanfaat dan memberikan kesejahteraan bagi rakyat.
Apabila kita telisik lebih mendalam, program pesantrenpreneur dengan basis wirausaha, dikatakan sebagai bentuk kesejahteraan santri, "Lalu, di mana letak fungsi pesantren yang sesungguhnya?" Pesantren malah menjadi sekolah yang tidak berbeda dengan sekolah lain.
Padahal pesantren merupakan wadah bagi para santri belajar berbagai ilmu pengetahuan dan 'tsaqafah' Islam. Dipersiapkan sebagai kader para ulama demi dakwah Islam di masyarakat.
Dengan program pesantrenpreneur, fungsi ini tentu saja dialihkan menjadi lulusan yang berperan dalam pembangunan ekonomi syariah. Walaupun diberi label dalam hal ekonomi syariah, tetapi tetap saja tujuannya sebagai upaya untuk membantu negara memulihkan ekonominya.
Sungguh suatu pengalihfungsikan terselubung yang dilakukan pemerintah terhadap generasi Islam yang dekat dengan agama menjadi generasi yang menargetkan ekonomi.
Memang tidak salah, dalam kehidupan manusia butuh ekonomi demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi bukan sebagai tujuan hidup. Sistem kapitalisme sekularisme yang mencengkeram Indonesia saat ini, mulai menyusup ke pesantren, demi menjauhkan agama dari kehidupan dan mengakrabkan dunia santri dengan pemikiran materi.
Merupakan hal yang membuka mata kita, bahwa tujuan pesantrenpreneur bukanlah demi mendongkrak kesejahteraan rakyat. Tetapi lebih kepada menanamkan ide sekularisme kapitalisme kepada santri, yang diharapkan menjadi generasi ahli agama, tetapi dijauhkan pemikirannya menjadi ahli dunia.
Tentu saja, hal ini bukanlah tujuan hakiki pemerintah yang digaungkan untuk kesejahteraan. Karena sikap acuh tidak acuhnya negara terhadap jumlah pengangguran, membuka kedok mereka akan tujuan sistem kapitalisme bukanlah menyejahterakan rakyat.
Program pesantrenpreneur serta kebijakan Perda pesantren yang ditetapkan merupakan bukti zalimnya kapitalisme, untuk menjauhkan santri pada identitas mereka yang sesungguhnya.
Kapitalisme Pembunuh Peran Santri
Sesuai dengan asas kapitalisme, yaitu sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) menjadikan materi seolah hal yang paling utama. Hingga hal tersebut mulai bertransformasi pada lingkungan pesantren dengan dalih, mencetak santri yang mandiri dalam hal ekonomi. Peran santri ditenggelamkan perlahan, seolah agama adalah nomor sekian dan materilah yang lebih utama.
Ruhiyah yang seharusnya menancap di dada para santri, harus lenyap dan tergantikan dengan materi. Kebijakan perda pesantren bukan untuk mewujudkan generasi peradaban Islam, tetapi demi menjadikan santri sebagai individu penggenjot kapitalisme penghasil pundi-pundi dan merubah pemikiran santri menjadi sekuler.
Keteguhan santri terhadap Islam mulai digoyahkan dengan pemikiran tujuan hidup demi materi. Penyusupan pemikiran sekularisme terselubung mulai merambah dunia santri. Memang tidak dipungkiri, hidup butuh materi, tetapi bukanlah tujuan yang senantiasa diagungkan dalam kehidupan. Meraih rida Allah yang semestinya menghujam pemikiran santri dalam kehidupannya.
Suatu kebijakan yang salah sasaran. Pemerintah sibuk mentransfigurasi pesantren, di sisi lain, seolah acuh tidak acuh terhadap penganggugan. Kucuran dana pesantrenpreneur oleh pemerintah juga seharusnya digunakan untuk menyediakan lapangan pekerjaan di luar sana, sehingga mampu menekan angka pengangguran secara tuntas.
Pada akhirnya, kapitalisme hanya akan menghasilkan kesengsaraan dan kerusakan. Santri dialihkan perannya secara paksa, sedangkan banyak pemuda usia produktif masih terkatung-katung menganggur karena minimnya lapangan kerja. Perhatian pemerintah lebih condong pada sekularisasi santri dari pada kesejahteraan generasi. Inilah bukti sistem kapitalisme tidak berpihak pada masa depan generasi.
Kebijakan pemerintah memang fokus pada materi dan keuntungan, tetapi bukan untuk rakyat. Mereka lupa kemiskinan masih menjadi momok bagi rakyat. Seperti inilah jika hukum manusia hanya berlandaskan akal serta nafsu, problem apa pun tidak akan menemukan solusi. Sebab peran negara dan sistem yang salah tidak akan mampu mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
Namun di sisi lain, pemerintah seakan sibuk mencanangkan pesantrenpreneur bagi santri. Hal ini jelas memperlihatkan kepada kita, bahwa dengan dalih kesejahteraan santri dengan basis wirausaha, padahal lebih kepada penyusupan ide-ide sekuler yang menjauhkan generasi dari agama.
Itulah busuknya kapitalisme. Berusaha menjauhkan kehidupan santri dengan ajaran agama. Pemerintah rela memberikan kucuran dana yang sangat besar serta membuat peraturan perundangan demi suksesnya program ini.
"Akankah dengan penggelontoran dana APBN untuk pesantrenpreneur ini akan terealisasi visi generasi?" Bahkan kerja pemerintah demi mengatasi banyak kasus pengangguran, tetap saja tiap tahun menunjukkan jumlah yang tidak terlalu signifikan. Tidak ada yang bisa diharapkan untuk sistem rusak ini. Rakyat masih banyak yang hidup dalam garis kemiskinan.
Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat tidak akan dapat dicapai hanya dengan mengganti pemimpin, tanpa mencampakkan sistem yang merengkuh negeri saat ini. Karena kapitalisme perlahan tapi pasti akan menghancurkan kontribusi santri dalam perjuangan Islam. Peran santri akan mereka transformasi menjadi alat kemajuan ekonomi demi menyejahteraan para oligarki.
Islam Melahirkan Generasi Bervisi
Berbeda dengan Islam, yang segala sesuatunya melibatkan hukum-hukum Allah. Islam mengedepankan pemuda dalam pendidikan. Selain fasilitas pendidikan yang menunjang, biaya pendidikan serta penghidupan para pelajarnya ditanggung oleh negara. Generasi muda pada masa Islam, dipersiapkan untuk menjadi generasi yang mempunyai visi.
Artinya, semua yang mereka pelajari akan menjadi sumbangsih bagi peradaban dan kemajuan yang akan datang. Sebagai bukti, Islam telah melahirkan banyak ilmuwan muslim yang karya-karyanya diperuntukkan untuk kepentingan umat. Bukan difokuskan untuk menjadi mesin uang negara, tetapi mereka dididik untuk menjalankan perannya demi umat.
Dunia pesantren lah yang khusus menanamkan nilai-nilai pemikiran Islam kepada pemuda. Sehingga akan mampu menerapkan dan mendakwahkan Islam di tengah masyarakat. Pesantren juga sebagai tempat menempa dan mendidik calon ulama sebagai pewaris Nabi. Sehingga apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. akan sampai hingga generasi berpuluh-puluh hingga ratusan tahun ke depannya.
Begitulah Islam, sejarah telah membuktikan, bahwa Islam telah banyak melahirkan sosok-sosok pemimpin yang luar biasa, yang di tangannya semua masyarakat merasakan kesejahteraan. Bukan hanya manusia, tetapi juga hewan dan alam semesta.
Sebut saja Rasulullah dan para penerus-penerusnya (khulafāu ar-rasyidin) mereka hanya menerapkan hukum-hukum yang berasal dari Allah bukan buatan manusia seperti kapitalisme saat ini.
Rakyat pun merasakan kesejahteraan dan tidak ada yang merasakan kesengsaraan. Karena hukum Allah diterapkan demi kesejahteraan dan kemuliaan manusia.
Syariat Allah pun akan mampu menghasilkan pemimpin yang adil, jujur, dan penuh dengan pengayoman terhadap semua lapisan masyarakat. Karena Islam adalah rahmat bagi sekalian alam.
Peradaban Islam telah menjadi negara yang kaya akan sumbangsih para pemuda-pemudi muslim. Pemuda pada era kejayaan Islam, mampu menghasilkan banyak ilmu dan turut andil dalam perluasan wilayah negara dengan dakwah penaklukan negeri-negeri kufur. Mereka turut andil memberikan sumbangsihnya terhadap kejayaan negara.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan pemuda era kapitalisme saat ini, yang bebas melakukan apa pun demi keuntungan semata dan tidak peduli akan halal dan haram.
Karena sistem kapitalisme telah menjauhkan peran mereka sebagai pejuang dakwah Islam dalam kehidupan. Pemuda banyak disibukkan dengan aktivitas yang hanya berorientasi pada ekonomi, namun akidah mereka seolah dijauhkan dari pemahaman agama. Sehingga mereka tidak memahami visi hidup mereka demi rida Allah SWT., dan akhirnya terjebak dalam arus kemaksiatan.
Tetapi, Islam tidak demikian. Karena Islam menempatkan pemuda sebagai aset berharga sebagai generasi penerus yang akan menggantikan para pendahulunya. Generasi yang akan menaklukan kota-kota yang masih terjajah pemikiran kaumnya, seperti Muhammad Al-Fatih dengan segala penghambaannya kepada Allah di usianya yang ke-21 tahun, mampu menjadi penakluk Konstantinopel, sekaligus mengakhiri kekuasaan Romawi yang sangat kuat dan berkuasa saat itu.
Islam juga tidak pernah membebankan soal penghidupan kepada masyarakat. Malahan negaralah yang berfungsi sebagai pelindung dan pengurus rakyat demi kesejahteraannya. Rasulullah saw. bersabda: "Imam (khalifah) adalah ra'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya" (HR Bukhari).
Islam juga sangat mengedepankan nasib rakyat, serta menjamin penghidupan mereka. Belum ada sejarah kesengsaraan sepanjang Islam memimpin dunia, bahkan Islam mampu menjadi negara adidaya dengan rakyat yang tidak ada satu pun mengalami kesengsaraan.
Itulah mengapa, kini saatnya kita memperjuangkan sistem yang akan menjadikan bumi ini penuh dengan keberkahan. Umat tidak lagi dibayangi dengan problem ekonomi, tetapi fokus menjadi pelaksana hukum-hukum Allah saja.
Sebab, hanya Islam satu-satunya sistem yang mampu menaungi bumi ini dengan ketentraman, keberkahan serta kebaikan bagi seluruhnya, tidak hanya muslim, tetapi di luar Islam pun akan turut merasakan keberkahannya.
Islam mampu menjadi pelindung umat, karena memiliki pemimpin yang mumpuni di bidang mana pun, yang pastinya tunduk dan taat pada syariat. Jelas akan tiba saatnya sistem kapitalisme ini akan digantikan oleh institusi Khilafah adalah keniscayaan.
Sebab Rasul telah menyampaikan 'bisyaroh' ini sebelumnya. Nabi SAW. bersabda,"…akan datang masa kepemimpinan sesuai dengan manhaj kenabian (yang kedua). Setelah itu Rasulullah diam." (HR.Ahmad)
Tentu kita menginginkan generasi muda saat ini memiliki visi untuk berjuang di jalan Allah. Karena peran pemuda begitu penting, sampai-sampai Rasulullah juga pernah bersabda, "Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan ke mana dia belanjakan, tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan." (HR Tirmidzi).
Sebegitu penting masa muda seorang manusia, hingga kelak akan menemui hisabnya. Dan hadis di atas menerangkan dengan sangat gamblang, bahwa manusia akan ditanyakan peran mereka dalam memperjuangkan Islam. Kaki mereka akan terdiam hingga setiap pertanyaan mendapat jawaban di hari penghisaban kelak.
Jadi, sudah sepatutnya dunia santri tetap dijaga kemurnian pemikirannya demi Islam. Bukan menjadi pemuda tujuan hidupnya demi mengejar materi. Karena sejatinya santri adalah harapan masyarakat sebagai generasi penerus perjuangan kembalinya peradaban Islam.
Suara kebenaran yang senantiasa mengajak manusia kepada aturan Islam akan disambut dengan turunnya pertolongan Allah pada manusia.
Allahu a'lam bish-shawab.
Oleh: Antika Rahmawati
Aktivis Dakwah
0 Komentar