Topswara.com -- Program pemerintah untuk menurunkan angka stunting pada keluarga miskin lagi-lagi terhambat dengan adanya kenaikan harga telur ayam di beberapa wilayah pasar di Indonesia. Padahal, telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Telur ayam merupakan protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk menguatkan sistem imun dan telur ayam juga menjadi pilihan lauk kebanyakan masyarakat Indonesia, serta karena telur ayam juga dalam pengolahannya mudah didapat dan harganya juga murah dan terjangkau, yang menjadi persoalan mengapa harga telur terus mengalami kenaikan?
Kenaikan harga telur yang terus merangkak naik dalam beberapa pekan. Menurut Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI (Ikatan Pedagang Pasar Indonesia) Reynaldi Sarijawan mengatakan penyebab terjadinya kenaikan harga telur dari hasil pantauan pihak IKAPPI disebabkan dua faktor.
Pertama adalah faktor produksi, di mana harga pakan ternak yang sangat mahal dan yang kedua menurut beliau pemicu kenaikan harga telur disebabkan proses distribusi yang tidak sesuai kebiasaan (permintaan di luar pasar) sehingga pasokan supply untuk permintaan kurang ini yang mengakibatkan harga telur terus naik ujar beliau (kumparan, 18/05/2023).
Dengan naiknya harga telur dari menjelang bulan Ramadan hingga sekarang menjadi resah karena telur ayam merupakan kebutuhan pokok yang mudah dibeli dan dijual di kalangan masyarakat yang taraf ekonominya dikelas menengah ke bawah.
Telur adalah satu-satunya protein dari hewani yang bisa dibeli dan dimakan dimasa perekonomian yang lagi sulit. Ditambah lagi dengan kenaikan harga telur yang terus naik, ini juga akan berimbas pada perekonomian rakyat yang sebagian masyarakatnya berdagang atau berjualan dengan menggunakan bahan telur, seperti rumah makan, warung lontong dan nasi goreng, dengan kenaikan telur ini bisa berimbas pada hasil dagangan mereka.
Kalaupun kenaikan harga telur yang terus dibatas harga kewajaran ini naik akibat harga pakan ternak yang mahal, seharusnya pemerintah berupaya mencari cara bagaimana bisa men-supply pakan ternak untuk para produksi telur dengan tidak mengandalkan harga pakan ternak yang mahal.
Seharusnya peran negara sebagai periayah rakyat bisa mengoptimalkan pakan ternak dengan memanfaatkan luas wilayah negara yang sebagian penduduknya adalah petani.
Pemerintah seharusnya lebih mendorong kemandirian pangan dengan menanam jagung, dengan penanaman jagung secara luas dan besar-besaran dan dengan perawatan yang baik akan bisa menghasilkan produksi jagung yang berkualitas dan produksi pakan ternak akan meningkat dan kemungkinan besar akan bisa menghasilkan surplus panen jagung.
Padahal, panen jagung yang surplus terbukti pada tahun 2022. Ini dirilis oleh Badan Pangan Nasional (BPN) pada periode Januari-September 2022. Diproyeksi surplus 2,7 juta ton.
Kalaupun ada penurunan menurut Badan Pangan Nasional Budi Waryanto berkisaran 2,3 hingga 2,5 juta ton, dan menurut beliau rata-rata pakan ternak dalam sebulan mencapai 80 juta ton (republika, 22/09/2022).
Kalaulah dicermati secara mendalam, kenaikan harga telur yang terus membumbung tinggi dikaitkan dengan harga pakan ternak yang mahal ini bukan sebab menjadi alasan utama, karena dengan kekayaan sumber alam yang melimpah terutama lahan pertanian dengan penanaman jagung yang secara besar-besaran kemungkinan kecil pakan ternak akan mahal.
Inilah kesalahan negara yang menganut sistem ekonominya kapitalis, negara dalam membuat kebijakan tidak membuat skema jauh-jauh hari. Seperti program yang dibuat pemerintah untuk menurunkan angka stunting dengan memberikan program pemberian telur.
Seharusnya jauh-jauh pemerintah sudah menyiapkan para peternak ayam untuk meningkatkan produksi telur dengan baik, dengan mengupayakan ketersediaan pakan ternak cukup. Sehingga ketika program keluarga stunting berjalan distribusi telur ke pasaran tidak terganggu.
Lagi, inilah kesalahan negara dengan menjalankan perekonomian dengan sistem kapitalis negara hanya sebagai regulator saja tanpa adanya upaya untuk memasok dan supply kekosongan stok telur di beberapa daerah yang mahal.
Kalau tidak ada upaya pemerintah untuk memenuhi kelangkaan telur, bisa dipastikan program penurunan angka stunting bukan malah menurun, malah akan meningkat grafiknya karena masyarakat yang hidup di bawah kemiskinan akan kehilangan sumber protein yang berasal dari hewani.
Berbeda dengan sistem Islam, dalam Islam apabila terjadi kenaikan harga bahan pangan seperti kenaikan harga telur yang terus menerus naik. Pemerintah dalam hal ini khalifah akan mencari penyebab adanya kenaikan harga telur. Pemerintah akan mencari data yang akurat untuk memastikan kenaikan di pasaran.
Apabila penyebab mahalnya harga telur dikarenakan mahalnya harga pakan ternak, maka khalifah akan mengupayakan supply bahan pakan ternak kepada para peternak ayam. Dengan khalifah berupaya mengelola menanam jagung sebagai sumber bahan pakan ternak ayam dan untuk menjamin distribusi telur aman di pasaran, khalifah berperan dalam mendistribusikannya agar tepat sasaran.
Inilah kemuliaan dalam kepemimpinan Islam. Pemerintah (khalifah) akan meriayah hidup rakyatnya, terutama dalam memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan rakyat, karena ketika rakyat (individu) dalam kesehariannya sehat dan kuat maka ketika ia akan mengerjakan amal ibadah, ia akan mampu lebih optimal dan khusuk.
Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata, Rasulullah SAW. bersabda “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza Wa Jalla daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Mukmin).
Wallahualam bisawab.
Oleh: Rismayana
Aktivis Muslimah
0 Komentar