Topswara.com -- Acara wisuda jenjang TK-SMA, selalu diidentikkan sebagai acara pelepasan siswa sekolah yang telah selesai mengenyam jenjang pendidikan tertentu. Dan siap mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
Namun sayang, tahun demi tahun yang dilalui, justru upacara kelulusan ini penuh dengan euforia kemewahan. Banyak pihak yang merasa keberatan dengan beban berat biaya wisuda yang harus ditanggung.
Euforia Wisuda TK-SMA, Gagalnya Sistem Pendidikan
Biasanya upacara wisuda digelar untuk prosesi kelulusan sarjana atau pascasarjana yang telah lulus mengenyam jenjang pendidikan universitas.
Namun, kini upacara wisuda diadakan mulai dari jenjang sekolah dini, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas. Biaya yang ditanggungkan kepada orang tua pun bervariasi, dan semua itu dinilai memberatkan.
Kehebohan ini membanjiri laman kolom komentar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim. Beragam komentar ditulis para netizen.
Salah satunya komentar dari @handayani2382, " Hapuskan wisuda TK-SMA, biaya gedung mahal. Belum tour ke Bali atau ke Yogya, bagi yang tidak mampu diwajibkan bayar sampai ada yang pinjem rentenir" (radarbogor.id, 17/6/2023).
Komentar serupa diunggah akun lain, wisuda TK-SMA hanya memberatkan orangtua, biaya yang dikeluarkan pun luar biasa. Belum biaya sewa gedung, make up, sewa jas, beli buket, dan lain-lain. Sementara, biaya pendidikan jenjang selanjutnya pun harus tetap dipikirkan. Demikian ungkapan kekesalan para netizen.
Menanggapi fenomena tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor menyebutkan adanya peningkatan tren wisuda di jenjang SD-SMA di luar sekolah karena beberapa faktor, antara lain, karena berakhirnya masa pandemi sehingga aktivitas luar ruangan meningkat.
Sujatmiko pun berpendapat bahwa acara wisuda yang dikonsep untuk kelulusan SD-SMA, rasanya kurang pas (Koran Radar Bogor, 17/6/2023).
Karena biaya pendidikan jenjang berikutnya juga harus tetap menjadi pertimbangan orang tua. Tentu saja, semua biaya ini memberatkan orang tua.
Untuk menghindari euforia wisuda yang berlebihan, pihak Diknas Kota Bogor akan membuat surat edaran agar sekolah-sekolah di bawah administrasi Pemerintah Kota Bogor tidak lagi terlalu berlebihan mengadakan acara wisuda TK-SMA yang berkonsep mewah.
Kemewahan wisuda yang selalu digelar tiap tahun, menunjukkan sistem pendidikan telah gagal menciptakan role model pendidikan yang cerdas dan berkualitas.
Justru, sebaliknya hasil pendidikan tampak bergaya kebarat-baratan yang menampilkan gemerlap tanpa batas. Kelulusan dirayakan secara berlebihan. Inilah fakta bahwa hedonisme mewarnai dan merusak kualitas pendidikan.
Sementara, di sisi lain, para orang tua menjadi sangat berat dengan beban biaya yang semuanya harus ditanggung. Biaya wisuda, sewa gedung, biaya rias wajah dan baju wisuda, yang sebenarnya bukan prioritas utama.
Suramnya kualitas pendidikan dalam kungkungan pendidikan ala sekulerisme kapitalistik yang liberal. Gaya hidup hedonis tak lepas dari sistem ini. Gaya western, dianggap lebih utama dari segala-galanya.
Konsep inilah yang merusak nilai pendidikan. Tidak peduli halal haramnya tindakan yang ditempuh. Jauhnya aturan agama dari kehidupan, menciptakan pemahaman yang keliru dan merusak. Alhasil, para orang tua, tenaga pendidik dan siswa pun menjadi korban keburukan kualitas pendidikan secara sistematis.
Semua ini sebagai akibat dari kelalaian negara dalam mengurus sektor pendidikan. Negara hanya berfungsi sebagai regulator para kapitalis opportunis.
Generasi menjadi mudah tergerus budaya asing yang dianggap lebih baik daripada ajaran agama (baca: syariat Islam). Negara pun memfasilitasi keadaan ini, karena keuntungan yang menggiurkan di setiap akhir tahun. Mulai dari keuntungan sewa gedung, dan fasilitas penunjang lainnya.
Islam Menjamin Pendidikan Terintegrasi yang Berkualitas
Syariat Islam sangat memperhatikan kualitas pendidikan generasi. Karena generasi adalah pemegang tonggak bangkitnya peradaban. Dari tangannya-lah, kemajuan dapat diraih sempurna.
Apa jadinya jika generasi ini lemah ilmu, lemah akal dan lemah adab karena gempuran pemikiran asing yang makin melengking? Hanya kehancuranlah yang akan tercipta, jika keburukan ini terus dipelihara.
Sistem Islam menetapkan sistem pendidikan yang mengintegrasikan aturan agama sebagai landasan pemikiran. Sehingga kualitas pendidikan senantiasa mencerminkan nilai syariat Islam dalam penerapannya.
Karenanya, sistem ini wajib diterapkan dalam satu institusi khas yaitu khilafah islamiah agar mampu sempurna mengatur seluruh sektor kehidupan, salah satunya sektor pendidikan.
Dengan adanya khalifah, semua kebijakan pendidikan berorientasi pada satu nilai yang tetap dan wajib dijadikan sandaran utama, yaitu nilai akidah Islam yang menyeluruh.
Nilai-nilai asing, arus westernisasi benar-benar dieliminasi untuk menghindarkan lahirnya pemikiran rusak dalam benak generasi. Setiap program pendidikan dimonitoring oleh khalifah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra' : 27)
Jelaslah, Allah SWT. tidak menyukai perbuatan berlebih-lebihan. Karena perbuatan ini buruk dan dekat dengan perbuatan syaitan.
Menyoal prosesi kelulusan, sebetulnya boleh-boleh saja. Asalkan tak bermewah-mewahan, tak memberatkan orang tua siswa dan tetap menjaga aturan pergaulan lawan jenis. Semua regulasi wajib diatur negara.
Daulah khilafah islamiah menekankan sektor pendidikan sebagai sektor utama dalam kehidupan. Sektor ini niscaya akan diatur sesuai dengan aturan syariat Islam.
Sesuai dengan tujuan pendidikan dalam sistem Islam, yaitu mencetak generasi gemilang demi melanjutkan kehidupan Islam yang sempurna. Sistem Islam pun menjamin biaya pendidikan bagi setiap rakyatnya.
Tanpa menengok status sosialnya. Pendidikan mudah diraih setiap rakyat. Tujuannya agar setiap rakyat memiliki kecerdasan dan keimanan yang terintegrasi. Semua program pendidikan wajib disesuaikan dengan nilai akidah Islam. Demi kejayaan generasi dan peradaban.
Sebagai kaum Muslim, selayaknya kita yakin, bahwa Islam-lah satu-satunya aturan sempurna yang harus diterapkan. Semua ini terbukti dengan lahirnya generasi-generasi gemilang pada masa kekhilafahan yang mengalahkan buruknya pemikiran dan kekuatan asing yang merusak kehidupan.
Wallahu a'lam bisshawwab
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar