Topswara.com -- Siapa yang tidak tertarik dengan sebuah pertunjukan konser? Grup band kelas nasional sampai kelas internasional pasti banyak yang sold out tiketnya. Dan tentunya hanya orang-orang yang punya duit nganggur alias orang kaya, atau orang yang dibela-belain ikut karena fans berat dengan penyanyinya atau gru band-nya. Herannya memang tiket selalu sold out.
Konser Coldplay akan diselenggarakan di Stadion Gelora Bung Karno pada sekitar bulan November. Pembelian tiketnya pun sudah bisa diakses sejak bulan Mei.
Pembelian tiket bisa diakses ke laman sendiri di coldplayinjakarta.com dengan payment-lewat BCA. Semua pertanyaan terkait pembelian tiket konser Coldplay diarahkan tak hanya ke laman media sosial BCA, tetapi juga lewat pesan pribadi ke pegawainya.
Pegawai BCA di Yogyakarta mengaku sudah tidak menghitung berapa banyak nasabah BCA yang bertanya mengenai tiket presale konser band yang terbentuk di London, Inggris.
Executive Vice President Secretariat and Corporate Communication BCA Hera F. Haryn sendiri menyadari antusiasme nasabah menyambut konser Coldplay di Jakarta sangat tinggi. Untuk itu sebagai official bank sponsor, pihaknya memberikan kesempatan pada nasabah BCA untuk membeli tiket terlebih dulu pada periode BCA Presale, yang akan dimulai pukul 10.00 WIB pada 17-18 Mei 2023 (kompas.com,12/05/23).
Ini adalah kali pertama Coldplay akan mengadakan konser di Indonesia. Adapun tiket konser Coldplay ini dibanderol dengan rentang harga mulai Rp 800.000 sampai Rp 11 juta. Harga tiket tertinggi Coldplay ini lebih tinggi dari harga tiket termahal untuk konser Blackpink seharga Rp 3,8 juta (kompas.com,12/05/23).
Musik menjadi alternatif hiburan masyarakat di mana pun berada. Dari bermacam genre, dari dangdut, rock sampai jazz. Walaupun masih ada juga yang mencukupkan mendengarkan musik, tak minat dengan pertunjukan secara langsung.
Euforianya kedatangan band besar telah melanda negara +62 sampai rela membeli tiket yang super mahal. Anak muda, tua pun tidak kalah berebut tiket. Herannya, mereka sampai rela merogoh kocek yang tak sedikit. Duit ludes tidak masalah, atau sampai utang sekalipun mereka rela. Bahkan ada yang sampai terharu, puas dapat tiketnya.
Sebahagia itukah para pencari tiket konser ini? Gaya konsumtif pun melanda generasi ini. Dengan kocek yang tak sedikit, mereka mencari hiburan yang sifatnya fana.
Di sistem kapitalisme seperti saat ini standar bahagianya adalah memperoleh kepuasan dunia, kemewahan dunia. Alhasil standar kebahagian mereka adalah semu, fatamorgana.
Mereka menganggap bahwa memperoleh apa yang menjadi keinginan duniawi dan kemewahan adalah standar kebahagiaan. Fenomena gaya hidup serba mewah ini timpang dengan kondisi masyarakat yang hidup dengan ekonomi pas-pasan.
Maka terlihat jelas ada jurang lebar yang membentang atara si kaya dan si miskin. Inilah gambaran masyarakat di sistem kapitalisme. Masih banyak yang mengejar kesenangan duniawi.
Wajarlah, di sistem yang mengagungkan materi, tanpa melihat bagaimana agama (Islam) mengatur. Tontonan yang menjadi tuntunan. Tentunya, dengan kedatangan Coldplay juga banyak mendatangkan keuntungan beberapa fihak penyelenggara. Tidak usah dipikirkan bagaimana background Coldplay yang mendukung kampanye LGBT, yang penting cuan masuk ke para penyelenggara dan fihak pemberi ijin.
Memanglah menguji kesabaran hidup dibawah aturan sistem kapitalisme sekularisme seperti saat ini. Semua tontonan, hiburan yang dapat menghasilkan pasti langsung mendapat ijin.
Berbeda dengan acara pengajian yang malah kadang dibubarkan. Padahal acara yang dapat mencerahkan pemikiran, membuat masyarakat menjadi baik. Tiketnya pun tidak semahal konser musik. Tetapi beginilah jaman sekarang, orang lebih memilih konser dengan harga mahal daripada tiket ke taman surga (pengajian) yang harganya jauh dibawah tiket konser.
Oleh karena itu haruslah ada peran negara dalam mencerdaskan umat, memberi pemikiran yang benar, dan yang utama menjaga akidah umat. Adanya izin konser Coldplay dari yang berwenang ini mengartikan bahwa penguasa mengabaikan perannya dalam menjaga masyarakat, baik penjagaan akidah maupun penjagaan pemikiran.
Penguasa akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah, bagaimana ia melaksanakan amanah. Memutuskan aturan, kebijakan, perizinan, atas dasar keridhaan Allah, bukan hanya manfaat secara materiil saja. Semoga penguasa negeri ini memiliki pemikiran segala sesuatu dikembalikan pada
ridha-Nya Allah SWT.
Oleh: Meitya Rahma
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar