Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Baby Blues, Buah Dari Sistem dan Perannya Menjaga Kesehatan Mental Ibu


Topswara.com -- Kelahiran adalah salah satu yang akan membawa kebahagian untuk semua orang termasuk keluarga besar, terutama untuk calon-calon ibu muda terlebih juga kelahiran bisa mempererat tali perkawinan. 

Selain itu kelahiran juga bisa menjadi penerus dan memperpanjang keturunan. Tetapi berbeda dengan apa yang terjadi saat ini ada beberapa orang atau ibu-ibu di saat mereka baru melahirkan bukan kebahagian yang didapat malah terjadi gangguan mental dan kesehatan. 

Seperti yang dikatakan oleh Ketua Komunitas Wanita Indonesia Keren dan Psikolog Dra. Maria Ekowati: "Gangguan kesehatan mental banyak terjadi pada ibu hamil, ibu menyusui dan ibu dengan anak usia dini.” 

Menurut penelitian di Lampung 25 persen ibu mengalami gangguan depresi setelah melahirkan. Dan menurut beliau juga ibu-ibu yang habis melahirkan pasca persalinan biasanya juga ada yang mengalami baby blues dan kecemasan kalau ini dibiarkan berlarut-larut bisa mengakibatkan depresi. (detikhealth, 26/5/2023)

Baby blues biasanya ditandai dengan perubahan sikap dan gangguan psikis ibu yang tiba-tiba menangis, uring-uringan dan selalu merasa cemas. Baby blues ini bisa terjadi karena faktor hormonal yang tidak stabil, trauma karena mengalami KDRT, pernikahan tidak harmonis, bahkan kelahiran di luar nikah. 

Serta, belum memiliki kesiapan menjadi ibu serta kurangnya adaptasi dengan kehidupan baru saat berumah tangga. Baby blues bisa dikatakan juga adalah suatu penyakit yang berbentuk kesedihan atau kemurungan yang dialami ibu setelah melahirkan atau bisa dibilang juga dengan gangguan kesehatan mental tapi sifatnya sementara.

Dalam sistem saat ini, menjadi orangbtua itu tidaklah mudah dengan berbagai masalah yang saat ini banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat. Seperti tingginya angka kemiskinan, pergaulan bebas, bullying, biaya pendidikan yang mahal dan lain-lain. Tentu masalah-masalah tersebut akan menjadi ketakutan tersendiri bagi calon ibu.

Seharusnya dalam hal ini negara hadir untuk melindungi mental ibu melalui edukasi pernikahan, pemahaman tentang peran orangtua dalam hal pengasuhan, penyapihan, tersedianya lapangan pekerjaan yang layak untuk para suami, terpenuhinya kebutuhan primer dan kolektif seperti pelayanan pendidikan dan kesehatan secara gratis. 

Karena kesehatan mental ini tidak hanya berkaitan dengan faktor internal ibu serta keluarga tetapi juga faktor exsternal yang datang dari tanggung jawab negara. Selain kepada individu, negara harus memberikan pendidikan Islam kepada masyarakat dengan pemahaman syariat-syariat Islam sehingga masyarakat juga memahami bahwa menjadi orangtua itu adalah sebuah amanah yang harus dijalankan dan dijaga dengan sebaik-baiknya. 

Peran lingkungan atau masyarakat memiliki peran yang tidak kalah penting untuk terwujudnya kenyamanan individu dalam bentuk empati dan nasehat.

Selain tugas di atas negara juga harus bisa memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat, sehingga mental masyarakat terutama ibu terjaga dan tetap bergembira dengan kelahiran anak-anak mereka. 

Negara memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat dengan cara menerapkan hukum-hukum Allah SWT. secara sempurna dan menyeluruh, karena syariat yang datangnya dari Sang Pencipta itu pasti akan memberikan kebaikan bukan hanya kepada ibu dan anak tetapi bagi seluruh umat manusia. 

Sayangnya, kondisi ini tidak akan ditemui dalam sistem saat ini. Dimana negara yang diharapkan mampu memenuhi kewajibannya terhadap urusan rakyat, justru sibuk dengan kebijakan yang bermotif kapital dan praktik kapitalisasi.

Berbeda halnya jika negara mengadopsi Islam dalam pemerintahannya. Di samping Islam mewajibkan negara untuk mengurus rakyat, Islam dan aturannya sangat memuliakan perempuan bahkan Rasulullah SAW, memerintahkan umatnya untuk lebih menghormati ibu karena dalam Islam ibu adalah sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya tanpa harus mengecilkan peran ayah dalam keluarga. 

"Dari Abu Hurairah ra, dia berkata ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw dan bertanya: 'Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Rasulullah saw menjawab: 'Ibumu'. Lalu siapa lagi ya Rasulullah? 'Ibumu'. Siapa lagi ya Rasulullah? 'Ibumu'. Lalu siapa lagi ya Rasulullah? 'Ayahmu'.

Begitu juga dalam Al-Qur'an surah Luqman ayat 14, yang artinya: "Dan kami perintahkan kepada manusia (Agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."

Dengan kesempurnaan Islam dan aturannya, negara akan mengeluarkan berbagai kebijakan sesuai fungsinya yakni sebagai ra'in dan junnah. Di antaranya adalah:

Pertama, menerapkan kurikulum berbasis aqidah Islam. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk syakhsiyah Islam secara sempurna pada setiap individu termasuk memahami Islam secara menyeluruh. Bila kurikulum ini telah diterapkan dengan benar maka akan menjadikan mental individu kuat dan tidak mudah rapuh dengan tujuan hidup yang lebih jelas.

Kedua, dukungan sistem. Negara akan mencukupi semua kebutuhan pokok masyarakat seperti pangan, sandang, dan papan, serta ketersediaan lapangan pekerjaan yang memadai bagi laki-laki. 

Jika semua ini sudah terpenuhi maka suami yang bertugas mencari nafkah tidak akan terlalu susah atau menghabiskan waktu banyak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 

Begitu juga peran seorang ibu hanya akan fokus mengurusi anak-anak dan keluarganya tanpa dibebani dengan kesibukan ikut serta mencari nafkah dengan cara bekerja meninggalkan keluarga dalam waktu yang cukup lama.

Selain itu negara akan menciptakan rasa aman dan nyaman di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya dengan cara penempatan petugas keamanan di area publik dan melakukan kontroling terhadap media agar tidak menayangkan berita yang merusak mental serta moral. 

Serta, yang terpenting adalah pemberlakuan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran atau membuat keonaran yang mengganggu ketertiban serta kenyamanan publik. 

Ketiga, negara akan mengajak masyarakat bersama-sama untuk selalu amar makruf nahi mungkar juga saling tolong menolong antar sesama dalam ketaatan kepada Allah SWT. Maka dalam situasi seperti ini akan terwujud keluarga yang sakinah mawadah warahmah dalam tatanan Islam yang kaffah. 

Allah SWT. telah berjanji bagi siapa saja (pemimpin) yang menerapkan syariat Allah SWT. secara totalitas, maka akan Allah datangkan keberkahan dari langit dan bumi, salah satunya dengan terwujudnya keluarga-keluarga ideologis yang kuat dan sehat secara mental.

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan: Surat Al-A'raf ayat 96.

Oleh karena itu satu-satunya solusi menjaga kesehatan mental ibu dan generasi adalah terjalinnya sinergitas antara anggota keluarga, masyarakat, serta hadirnya support sistem yang hakiki yaitu tegaknya sistem pemerintahan Islam serta pelaksana di tengah umat. 

Wallahu a'lam bi shawwab.


Oleh: Rosita
Sahabat Topswara dan Komunitas Rindu Surga 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar