Topswara.com -- Konser Coldplay menggemparkan Indonesia. Konser yang sedianya akan diadakan tanggal 15 November 2023 di Gelora Bung Karno, tiketnya terus diburu warga. Ini adalah pertama kali Coldplay mengadakan tour ke Indonesia.
Gelombang war ticket pun telah tampak. Banyak warga berbondong-bondong mencari cara untuk mendapatkan tiket konser tersebut (money-kompas.com, 17/5/2023).
Bahkan ada selentingan kabar, bahwa salah satu bank swasta nasional memfasilitasi pembelian tiket konser Coldplay. Namun faktanya, tidak demikian.
Warga begitu antusias dengan kedatangan grup band asal Inggris ini. Bahkan ada warga yang telah jauh-jauh hari menyiapkan waktu cuti kerja demi bertemu band pujaan hati. Harga tiket yang selangit pun tak menjadi halangan.
Tiket konser Coldplay dibanderol dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp 800 ribu hingga Rp 11 juta. Fantastis luar biasa. Bahkan disebutkan, harga tiket kelas tertinggi bagi penonton Coldplay diketahui jauh lebih mahal daripada tiket konser BlackPink.
Konser musik asal Inggris ini menuai komentar berbagai pihak. Salah satunya, komentar Novel Bamukmin, Wasekjen Persaudaraan Alumni 212. Novel menyebutkan dengan tegas akan melakukan demo besar-besaran jika konser ini tetap terlaksana (bbc.com, 16/5/2023).
Novel pun mengancam akan mengepung bandara Internasional Soekarno Hatta. Penolakan tersebut dilakukan karena Christ Martin cs disebut sebagai pendukung hak komunitas L687 (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender).
Tidak hanya itu, mereka pun penganut atheisme, komunitas yang tak mengakui adanya Sang Pencipta. Indonesia sebagai negara yang mayoritas berpenduduk muslim, harusnya tegas menolak kedatangan grup band ini. Demikian tegasnya.
Inilah gambaran masyarakat yang sakit kronis. Tontonan yang hanya menyajikan hiburan yang sejatinya nirmanfaat, justru begitu diperjuangkan sekuat tenaga. Bahkan rela merogoh kocek dalam-dalam demi menonton konser bintang hiburan kesayangan.
Hanya demi lifestyle dan citra diri di hadapan komunitasnya. Padahal menonton konser bukanlah kebutuhan penting yang dibutuhkan manusia dalam mempertahankan hidupnya. Tak ayal, gaya hidup semacam ini hanyalah suatu pemborosan semata.
Fakta penyelenggaraan konser ini pun menunjukkan bahwa tak adanya empati dari penyelenggara konser dan pihak pemberi izin pengadaan konser terhadap segala masalah yang sedang dihadapi masyarakat secara menyeluruh.
Berbagai masalah yang kini semakin membelit, seperti kemiskinan akut, stunting, kelaparan, harga bahan pangan dalam negeri yang tak terkendali hingga keadaan ekonomi negeri yang kian mengkhawatirkan.
Menilik dari tingginya anemo masyarakat membeli tiket konser yang harganya mahal luar biasa, menandakan bahwa jurang kesenjangan sosial di negeri ini begitu dalam. Segalanya sebagai akibat dari penerapan sistem kapitalisme yang liberal.
Semua tindakan dan kebijakan ditetapkan berdasarkan keuntungan materialistis. Diperparah dengan gaya hidup hedonis yang semakin mengikis rasa empati. Saling cuek tidak peduli. Buruknya paradigma kapitalisme liberalistik tidak layak dijadikan pijakan.
Negara pun seolah mandul dalam mengendalikan kehidupan. Negara hanya mampu sebagai regulator pembuat kebijakan. Segala keputusan ditetapkan demi memenuhi kepentingan para kapitalis, dalam hal ini adalah para kapitalis dunia industri hiburan. Negara tidak peduli pada kerusakan yang dihasilkan. Negara dengan asas sistem kapitalisme pun gagal membentuk moral masyarakat.
Masyarakat pun tidak mampu mengidentifikasi hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Karena setiap kebijakan yang dilahirkan tak pernah ditilik dari dasar halal haram, atau bahaya tidaknya bagi kehidupan bermasyarakat.
Sistem inilah yang menghilangkan rasa empati dalam hati masyarakat. Hingga berujung pada taraf berpikir rendah yang hanya merajakan hawa nafsu.
Sudah sepatutnya sistem rusak ini segera dicampakkan. Kemudian menggantinya dengan sistem yang amanah mengurusi seluruh urusan umat.
Sistem Islam-lah satu-satunya harapan. Dalam paradigma Islam, negara diposisikan sebagai pengurus seluruh kebutuhan rakyat. Baik seluruh kebutuhan jasmaniyah maupun ruhiyahnya.
Negara senantiasa berusaha menjaga akidah umat. Dan semua tindakan harus bersumber dari syariat Islam, berdasarkan hukum halal haramnya perbuatan. Segala perbuatan yang bukan prioritas, harus ditiadakan. Karena dapat mengikis keimanan individu Muslim.
Edukasi generasi berbasis akidah Islam sangat ditekankan dalam negara bersistemkan Islam. Karena negara memahami bahwa generasi adalah kekayaan intelektual yang harus dijaga keunggulannya.
Salah satunya dengan menjauhkan segala konsep Barat dalam kehidupan generasi. Demi mencapai kegemilangan peradaban. Segala gambaran ini hanya mampu terwujud dalam negara berdasarkan sistem Islam dalam bingkai Khilafah manhaj An Nubuwwah.
Negara khilafah dipimpin seorang khalifah yang amanah dan menjaga seluruh keimanan umat secara menyeluruh dan sempurna. Agar tercapai kesejahteraan dan keselamatan umat, baik di dunia maupun akhirat.
Wallahu a'lam bisshawwab.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar