Topswara.com -- Berikut ini adalah biografi singkat dari salah satu ibunda kita, ummul mukminin Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu’anha. Yang Rasulullah ﷺ mengungkapkan rasa bangganya ketika bisa hidup bersama dengannya dengan sebuah ungkapan yang indah :
إِنِّي قَدْ رُزِقْتُ حُبَّهَا
“Aku telah diberi rezeki dengan cintanya.” (HR. Muslim)
Semoga dengan menyimaknya bisa menambah kecintaan kita kepada keluarga Nabi dan orang-orang shalih lainnya.
Pertama, Ummul Mukminin Khadijah adalah diantara wanita Quraisy yang paling tinggi nasabnya, banyak hartanya, baik budi pekertinya dan sangat terkenal kecantikannya.
Hampir semua laki-laki berusaha untuk merebut hatinya, hingga Allah memilih beliau untuk menjadi pendamping pertama yang menemani dan menyokong dakwah Nabi.[1]
Zubeir bin Bakar berkata :
كانت خديجة تدعى في الجاهلية الطاهرة
“Dia adalah wanita yang di masa jahiliyah di juluki dengan wanita suci.”[2]
Adz Dzahabi berkata :
وسيدة نساء العالمين في زمانها
“Dia adalah penghulunya para wanita di zamannya.”[3]
Beliau juga berkata :
وهي ممن كمل من النساء، كانت عاقلة، جليلة، دينة، مصونة، كريمة، من أهل الجنة، وكان النبي -صلى الله عليه وسلم- يثني عليها، ويفضلها على سائر أمهات المؤمنين
“Dia adalah termasuk wanita yang sempurna. Sosoknya yang cerdas, terhormat, kuat agamanya, mulia dan yang dijamin dengan syurga. Nabi ﷺ selalu memuji-mujinya dan mengutamakan dia dari semua ummahatul mukminin lainnya.”[4]
Kedua, Khadijah adalah orang yang pertama kali beriman kepada dakwah Nabi ﷺ. Berkata Syaikh Izzuddin bin Atsir rahimahullah :
خديجة أول خلق الله أسلم، بإجماع المسلمين لم يتقدمها رجل ولا امرأة
"Khadijah adalah makhluk yang pertama kali menerima Islam, berdasarkan ijma’ kaum muslimin. Tidak ada yang mendahuluinya baik laki-laki maupun perempuan.”[5]
Ketiga, ulama berbeda pendapat tentang usia Khadijah saat menikah dengan Rasulillah ﷺ. Pendapat pertama dan ini yang paling masyhur usia beliau adalah 40 tahun.[6] Sedangkan pendapat yang lain menyebutkan usia yang lebih muda.
Abi Shalih menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas, beliau berkata :
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- تزوجها بنت ثمان وعشرين سنة
“Sesungguhnya Nabi ﷺ menikahinya sedangkan umurnya kala itu 28 tahun.”[7]
Berkata al imam Ibnu Katsir rahimahullah :
نقل البيهقي عن الحاكم ... وكان عمرها إذ ذاك خمسا وثلاثين.وقيل خمسا وعشرين سنة
"Dan telah menukilkan al Baihaqi dari al Hakim bahwa umurnya saat menikah adalah 35 tahun. Dan ada yang mengatakan 25 tahun.”[8]
Para ulama yang mengatakan bahwa usia Khadijah radhiallahu ‘anha saat menikah belum berusia 40 tahun menguatkan dalilnya dengan kenyataan bahwa ummul mukminin telah melahirkan 6 orang anak dari Rasulillah. Hal yang sangat kecil kemungkinannya jika itu terjadi di usia tua.[9]
Keempat, Khadijah adalah sosok Muslimah yang telah mencapai derajat yang sangat tinggi dalam ketaqwaannya. Dalam banyak hadis disebutkan bahwa beliau adalah salah satu dari penghulu surga dari kalangan kaum wanita. Juga disebut sebagai wanita terbaiknya, dan di hadis yang lain dikatakan sebagai salah satu yang mencapai derajat sempurna.
Rasulullah ﷺ bersabda :
خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ ، وَخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ
“Wanita terbaik yang pernah ada ialah Maryam putri Imran dan Khadijah.” (Mutafaqun ‘alaih)
أَفْضَلُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ
“Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk syurga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran.” (HR. Ahmad)
كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا أَرْبَعٌ مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ وَآسْيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ
”Lelaki yang sempurna jumlahnya banyak. Dan tidak ada wanita yang sempurna selain empat orang : Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun, Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti Muhammad.”[10]
Ketika menjelaskan hadis di atas Imam Nawawi berkata : “Yang dimaksud dengan sempurna di sini adalah yang memiliki sifat keutamaan, kebaikan, dan ketakwaan yang berada di puncaknya.[11]
Kelima, Nabi ﷺ tidak pernah menyebut dan membanggakan seseorang seperti ketika beliau melakukannya terhadap ummul mukminin Khadijah. Bahkan hal ini yang kemudian diungkapkan langsung oleh Aisyah dengan ucapannya :
كان النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ إذا ذكَرَ خَديجةَ أَثْنى عليها، فأحسَنَ الثناءَ، قالت: فغِرْتُ يومًا، فقُلْتُ: ما أكثرَ ما تذكُرُها حَمراءَ الشِّدْقِ، قد أبدَلَكَ اللهُ عزَّ وجلَّ بها خَيرًا منها، قال: ما أبدَلَني اللهُ عزَّ وجلَّ خَيرًا منها، قد آمَنَتْ بي إذ كفَرَ بي الناسُ، وصدَّقَتْني إذ كذَّبَني الناسُ، وواسَتْني بمالِها إذ حرَمَني الناسُ، ورزَقَني اللهُ عزَّ وجلَّ ولَدَها إذ حرَمَني أولادَ النِّساءِ
Nabi ﷺ ketika menceritakan Khadijah pasti beliau selalu menyanjungnya dengan sanjungan yang indah. Aisyah berkata, “Pada suatu hari aku cemburu.” Ia berkata, “Engkau terlalu sering menyebut-nyebutnya, padahal ia hanya seorang wanita yang sudah tua. Dan Allah telah menggantikan untukmu dengan wanita yang lebih baik darinya.”
Nabi ﷺ pun menjawab, “Allah tidak menggantikan untukku dengan seorang wanita pun yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya dariku.
Dan Allah telah menganugerahkan darinya anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain.” (HR. Ahmad)
Dalam riwayat lain, ummul mukminin Aisyah juga pernah dengan nada cemburu berkata kepada Nabi ﷺ :
كَأَنَّهَ لَمْ يَكُنْ فِي الدُّنْيَا امْرَأَةٌ إِلاَّ خَدِيْجَةُ
“Seakan-akan bagimu di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah.” (HR. Bukhari)
Aisyah juga berkata :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- إِذَا ذَكَرَ خَدِيْجَةَ، لَمْ يَكَدْ يَسْأَمُ مِنْ ثَنَاءٍ عَلَيْهَا، وَاسْتِغْفَارٍ لَهَا
“Nabi ﷺ jika beliau teringat Khadijah akan langsung memujinya dan tidak bosan dari melakukan itu. Beliaupun akan memohonkan ampun untuknya.” (HR. Thabrani)
Pernah suatu hari Aisyah karena sedang dilanda cemburu kepadanya mengucapkan sebuah kalimat tentang Khadijah yang membuat Rasulullah ﷺ marah. Melihat itu Aisyah pun berkata :
وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَا أَذْكُرُهَا بَعْدَ هَذَا إِلَّا بِخَيْرٍ
“Demi zat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan menyebutkan tentangnya lagi setelah ini kecuali kebaikannya.”(HR. Thabrani)
Keenam, diantara kemuliaan Khadijah lainnya adalah bahwa Allah dan pemimpinnya para malaikat, yakni Jibril ‘alaihissalam hingga menitipkan salam untuknya. Bahkan bukan sekedar salam, ia diberi khabar gembira dengan tempatnya di surga kelak.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :
أَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْكَ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ
“Pada suatu ketika Jibril pernah datang kepada Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah. Ia datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi lauk pauk, atau makanan atau minuman.’ ‘Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya.
Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.” (Mutafaqqun ‘alaih)
Ketujuh, Khadijah adalah istri yang penyayang dan sangat patuh kepada suaminya, Nabi ﷺ. Ia senantiasa memposisikan diri sebagai pihak yang melayani suami.
Padahal kedudukan sosial, status yang lebih senior secara usia, dan lebih berharta sangat mungkin membuka peluang bagi umumnya istri untuk bersikap arogan terhadap suaminya.
Asy Syafarini al Hanbali berkata :
من خواص خديجة رضي الله عنها: أنها لم تسؤه قط، ولم تغاضبه، ولم ينلها منه إيلاء ولا عتب قط ولا هجر، وكفى بهذه منقبة
Diantara kekhushusan Khadijah radhiyallahu’anha adalah : Dia tidak pernah sama sekali berbuat buruk kepada Nabi ﷺ. Tidak ada sesuatu pun keburukan dan cela yang pernah Nabi temui darinya. Demikian pula Nabi ﷺ tidak pernah marah lalu mendiamkannya. Maka cukuplah ini semua membuktikan kedudukannya.”[12]
Kedelapan, Khadijah selalu memberikan ketenangan di saat Rasulullah ﷺ sedang dilanda kekhawatiran. Seperti kisah ketika sang Nabi ﷺ menerima wahyu untuk pertama kali.
Beliau ﷺ pulang dalam kondisi pucat pasi dan gemetaran. Setelah menyelimuti tubuh beliau dan merengkuhnya, ummul Mukminin Khadijah kemudian berkata :
كَلَّا، أَبْشِرْ، فَوَاللَّهِ لاَ يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَصْدُقُ الحَدِيثَ، وَتَحْمِلُ الكَلَّ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الحَقِّ
"Jangan takut, tetapi bergembiralah. Allah tidak akan menghinakan orang sepertimu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau menyambung hubungan keluarga silaturrahim, menafkahi kerabat, dan membantu orang-orang tidak mampu.
Engkau juga memberikan jamuan kepada tamu serta menolong orang-orang yang dalam kebenaran.” (Mutafaqun ‘Alaih)
Setelah suaminya lebih tenang, Khadijah kemudian membawanya kepada pamannya yakni Waraqah bin Nufail untuk berkonsultasi.
Ulama juga menjelaskan bahwa diantara akhlaq luhur ummul mukminin Khadijah adalah ia tidak banyak bertanya kepada suaminya, apalagi sampai berani mengintrogasi atau mendebat suaminya.[13]
Kesembilan, bahkan sepeninggal khadijah, Rasulullah ﷺ selalu mengenang dan menjalin hubungan baik dengan kerabat dan setiap orang yang pernah dekat dengan istrinya ini. Aisyah menuturkan :
وَإِنْ كَانَ لَيَذْبَحُ الشَّاةَ ثُمَّ يُهْدِيهَا إِلَى خَلاَئِلِهَا
“Adalah Nabi ﷺ apabila menyembelih kambing maka beliau akan menghadiahkan kepada orang-orang dekat Khadijah.” (HR. Muslim)
Bahkan dalam sebuah riwayat pernah Nabi ﷺ terperanjat ketika Halah binti Khuwailid, yakni saudari perempuan Khadijah mengunjungi beliau. Beliau tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya ketika mendengar suara Halah yang mengingatkannya pada sosok wanita yang sangat beliau cintai, ummul Mukminin Khadijah.
اسْتَأْذَنَتْ هَالَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، أُخْتُ خَدِيجَةَ، عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَعَرَفَ اسْتِئْذَانَ خَدِيجَةَ فَارْتَاعَ لِذَلِكَ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ هَالَةَ
“Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah, meminta izin kepada Rasulullah ﷺ, maka beliau mendengar suara Halah seperti izinnya Khadijah, beliau pun terkejut sambil berkata, ‘Ya Allah, Halah.” (HR. Bukhari)
Kesepuluh, dan bukti lain bagaimana Rasulullah ﷺ mencintai Khadijah adalah ketika istri yang paling beliau sayangi, yakni Aisyah justru kecemburuannya bukan kepada istri-istri Nabi lainnya yang masih hidup, tapi kepada Khadijah yang telah lama wafat.
Aisyah berkata :
مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ، وَمَا رَأَيْتُهَا، وَلَكِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا
“Aku tidak pernah cemburu kepada istri Nabi yang lain seperti kecemburuanku kepada Khadijah. Padahal aku belum pernah melihatnya. Hal itu karena Nabi shalallahu’alaihi wassalam selalu menyebut-nyebut dirinya.” (HR. Bukhari)
Kesebelas, waktu kematiannya adalah salah satu sebab dinamakan tahun tersebut dengan ‘amul Huzn atau tahun kesedihan, dimana Rasulullah ﷺ ditinggalkan oleh dua orang yang sangat beliau cintai dan yang menyokong dakwah beliau selama ini. Yakni Khadijah dan Abu Thalib.[14]
واجتمع على النبي صلى الله عليه وسلّم بموت أبي طالبو خديجة مصيبتان، وسماه عام الحزن
“Dan berkumpul dua musibah dalam kehidupan Nabi ﷺ dengan kematian Abu Thalib dan Khadijah. Dan beliau menamai tahun itu dengan nama tahun kesedihan.”[15]
Oleh: K.H. Ahmad Syahrin Thoriq
Pengasuh Pondok Pesantren Subulana Kota Bontang, Kalimantan Timur
______________
[1] Bidayah wa Nihayah (3/463)
[2] Umdatul Qari (16/277)
[3] Siyar A’lam Nubala (2/109)
[4] Ibid
[5] Tarikh al Islami (1/127)
[6] Tarikh ath Thabari (1/521), Ath-Thabaqat Al-Kubra (8/13).
[7] Tapi Adz Dzahabi menyatakan isnad riwayat ini lemah sekali (Siyar A’lam Nubala,2/111)
[8] Sirah Nabawiyah li Ibn Katsir (1/265)
[9] As Sirah An Nabawiyah (1/113).
[10] Majma’ Zawaid (9/218)
[11] Syarh Shahih Muslim (15/198).
[12] Lawami’ al Anwar (2/375)
[13] Syarh An Nawawi ‘Ala Muslim (2/200).
[14] Fiqih Sirah lil Ghazali hal. 131
[15] Musta’abul Ikhbar hal. 111
0 Komentar