Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Self Reward, Begini Ketentuannya dalam Islam


Topswara.com -- Merespons viralnya istilah self reward di tengah masyarakat, Konsultan dan Trainer Keluarga Sakinah, Ustazah Dedeh Wahidah Achmad menyebutkan beberapa ketentuannya dalam Islam.

"Ada beberapa ketentuan self reward dalam Islam," bebernya dalam Tsaqafah Islam (Keluarga) bertema Self Reward? Inilah Ketentuannya dalam Islam, di kanal YouTube Muslimah Media Center, Senin (8/5/2023).

Ia mengatakan, meski self reward banyak dibahas, diviralkan, dan dilakukan oleh masyarakat, tetapi terkadang tidak merujuk kepada Islam. Wajar jika begitu, sebab sekarang yang sedang dominan menjadi rujukan dan standar adalah sekularisme kapitalisme. 

Masyarakat menilai agama dianggap penting dan diyakini, dan orang-orang pun tidak ateis. Hal ini terbukti dalam data statistik di Indonesia bahwa umat Islam masih mayoritas, sambungnya.

"Namun, di tataran perilaku dalam kehidupan nyata, gambaran persentase dari ajaran Islam yaitu persentase keimanannya berupa amal yang terikat dengan syariat Islam itu lemah sekali, bahkan bisa disimpulkan tidak ada bedanya dengan perilaku atau kebiasaan orang-orang di luar Islam dan orang kafir," tuturnya.

Menurutnya, hal demikian terjadi karena mereka menganggap agama hanya untuk diyakini. Agama hanya mengurusi urusan pribadi dengan Tuhannya. Sementara urusan kehidupan dengan masyarakat, bagaimana berpakaian, berperilaku, berbicara, makan, menata hati dan lainnya, dianggap bukan urusan agama. Tuhan dianggap tidak berhak mengatur karena manusia dianggap lebih tahu tentang dirinya dan perkembangan zaman yang dihadapinya.

Definisi Self Reward

Ustazah Dedeh menjelaskan istilah self reward yang tengah viral, yaitu memberikan hadiah, penghargaan, dan apresiasi kepada diri sendiri karena menganggap dirinya sudah meraih prestasi dan kebaikan-kebaikan. 

Dulu dikenal yang namanya pujian, penghargaan, hadiah diberikan oleh orang lain. Seperti orang tua, guru, atau pihak lain. Tetapi sekarang dikembangkan menjadi penghargaan untuk diri sendiri, sambungnya.

"Adapun caranya bermacam-macam. Misalkan kuliner sekenyang-kenyangnya, jalan-jalan sepuasnya, dan dengan berbagai aktivitas lainnya, dengan tanpa disadari sangat rentan dengan menghamburkan uang, harta, berfoya-foya. Bahkan boleh jadi ada boros atas nama self reward," ungkapnya.

Padahal menurutnya, sebenarnya itu adalah perilaku menghamburkan harta. Tentu saja sebagai Muslim tidak bisa membiarkan kebiasaan itu berlangsung tanpa memberikan status hukum bagaimana menurut pandangan Islam. Mengapa demikian, sebab kita yakin apa yang dilakukan di dunia, baik kecil maupun besar, sedikit ataupun banyak, maka akan berkonsekuensi pada pahala dan dosa di sisi Allah SWT. Sebagaimana Firman-Nya dalam surah Al-Zalzalah ayat 7-8.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ.

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

"Maka terkait self reward, bagaimana Islam memandang terkait diri sendiri memang diwajibkan, tetapi tidak boleh mengantarkan pada kebinasaan, tidak boleh memberikan sesuatu kepada tubuh sendiri maupun tubuh orang lain yang itu termasuk dharar, yakni membahayakan dan menzalimi," jelasnya.

Lebih jauh Ustazah Dedeh mencontohkan, misalkan seseorang bekerja terus-menerus sampai lupa diri, bekerja tidak memperhatikan kondisi kesehatan, tidak melihat waktu, sehingga tubuh kehabisan energi dan kelelahan hingga terserang berbagai penyakit.

"Nah, hal demikian tidak baik. Dalam Islam tidak boleh sampai mendatangkan dharar, menjatuhkan pada kebinasaan. Baik merusak diri sendiri maupun orang lain. Itu tidak boleh dilakukan. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

"Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang."

Maka dengan demikian, katanya, jika self reward untuk menjaga semangat supaya senantiasa taat kepada Allah SWT., maka itu dibutuhkan. "Misalkan me time, cooling down, dan rehat untuk menjaga kesehatan mental maupun fisik. Maka self reward, selain harus diniatkan untuk me-refresh semangat taat kepada Allah SWT., caranya pun harus sesuai dengan syariat Islam," tuntasnya. [] Nurmilati
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar