Topswara.com -- Pemilik akun YouTube The Blogging Theology, Paul Williams mengungkapkan dalam video kisahnya masuk Islam, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah permata Islam baginya. Ia merasa sangat kagum ketika membaca shirah Nabi SAW.
“Sebuah permata Islam bagi saya adalah pria yang bernama Muhammad SAW. Mempelajari manusia luar biasa ini sungguh membuatku kagum. Kenapa tidak ada yang memberitahu saya tentang beliau sebelumnya?” ujarnya dalam video YouTube Ayatuna Ambassador berjudul Kisah Mualaf Paul: Menerima Nabi Muhammad Ada Konsekuensinya, Sabtu (27/3/2023).
Ia mengatakan, dirinya mengenal sosok Nabi Muhammad SAW dari buku shirah Nabi yang luar biasa, dalam Bahasa Inggris yang ditulis oleh Martin Lings. Buku tersebut telah berhasil membuat Paul dilema.
“Jika memang Yesus diturunkan oleh Tuhan sebagaimana yang saya yakini sebagai umat Kristen, Nabi Muhammad juga memiliki semua karakteristik yang otentik sebagai utusan Tuhan. Mulai dari kisah hidupnya, ajarannya, kepribadiannya, serta integritas yang sungguh luar biasa,” kata Paul.
Paul akhirnya berpikir untuk menerima adanya Nabi setelah nabi Isa as. Dan keduanya, baik Nabi Isa as maupun Nabi Muhammad SAW adalah sama-sama utusan Tuhan. Meskipun ia mengaku sangat sulit untuk menerima kenyataan tersebut sebagai seorang penganut agama lain (Kristen).
“Atas dasar apa saya menerima Nabi yang terdahulu sebagai utusan Tuhan? Sementara yang kemudian bukan utusan Tuhan? Inilah jadi dilema bagi saya. Sampai pada kesimpulan bahwa keduanya adalah sama-sama utusan Tuhan. Saya tahu ini terdengar biasa-biasa saja bagi seorang Muslim, tetapi bagi saya saat itu sangat sulit untuk sampai pada titik pengakuan,” bebernya.
Bagi Paul sebagai seorang intelektual yang selalu mengedepankan pemikirannya, menerima Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Tuhan adalah ujian yang berat. Karena ia memahami dalam setiap pengakuan ada konsekuensinya.
Itulah pada akhirnya, Paul Williams mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam. Ia mengakui bahwa banyak jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya pada agama yang tidak ia dapatkan sebelumnya.
Ia mencontohkan seperti cara menghadapi kesulitan hidup. Paul mengatakan bahwa konsep memahami kesulitan hidup ada dalam ajaran Islam. Sementara dalam agamanya terdahulu ia tidak menemukannya. Bahkan ia berharap, pemeluk agama lain bisa mengambil pengajaran itu dari Islam.
“Poin yang lagi-lagi sungguh luar biasa. Tidak mengira akan dapat jawaban dari agama lain. Misalnya, kenapa ada soal penderitaan hidup? Islam punya jawaban. Sayangnya, jawaban ini tidak dimiliki dalam agama Kristen. Saya berharap agama lain mengambil jawaban ini dan menggunakannya. Tetapi tidak. Malah diabaikan,” imbuhnya.
Ia mengisahkan perjalanannya menemukan Tuhan awalnya hanya ingin mencari jawaban dari perspektif lain terkait keyakinannya terhadap Yesus.
Paul lalu memutuskan untuk pergi ke salah satu masjid terkenal di London, Regent’s Park. Dan ia pun tidak pernah berniat sebelumnya untuk masuk Islam. Justru ia menemukan sebaliknya. Paul mendapatkan jawaban yang pelum pernah ia ketahui tentang Yesus dari perspektif Islam.
“Saya ke sana tanpa niatan untuk masuk Islam tentunya. Untuk apa saya masuk Islam? Saya Kristen. Tetapi saya mendapatkan sesuatu yang belum pernah saya alami sebelumnya. Saat itu saya mempelajari Islam dari seseorang yang memahami benar-benar agamanya,” jelas Paul.
Ia pun mulai membaca Al-Qur’an dalam terjemahan Bahasa Inggris. Lalu melakukan banyak debat dengan beberapa Muslim tentang posisi Yesus. Namun, ia justru menemukan seseorang yang paling menarik baginya yaitu Nabi Muhammad SAW.
Paul Williams sebelum video penuturan tentang mualafnya, tidak pernah mengungkapkan agamanya secara terang-terangan, sehingga membuat banyak penontonnya menjadi penasaran. Ia mengaku bahwa dirinya dulu adalah seorang ateis. Kemudian menjadi Kristen karena menjadi mayoritas agama di sekelilingnya.
“Saya tidak dibesarkan secara Kristen. Tetapi di sekolah saya mayoritas Kristen. Itu satu-satunya bagian spiritual yang saya pahami. Pada akhirnya saya pergi ke gereja setempat. Setelah beberapa tahun berpikir dan membaca Bible dan sebagainya. Saya pun masuk Kristen,“ tutur Paul.
Belakangan setelah menerima Kristen, ia menemukan masalah teologi yang menurutnya butuh jawaban. Ia rajin membaca Bible karena itulah sumber pengetahuan tentang Tuhan yang ia ketahui. Meskipun ia akui bahwa ajaran Kristen cukup menyentuh dan menginspirasinya, tetapi penjelasan Bible cukup menganggu dan menimbulkan pertanyaan dalam pikirannya.
Ia tidak pernah menemukan jawaban yang memuaskan sehingga membuatnya khawatir dengan keyakinannya. Ia tidak berhenti membaca buku-buku tentang teologi, komentar-komentar Bible, dan sebagainya. Serta pergi menemui pastor untuk mencari jawaban atas pertanyaan tentang konsep teologi yang belum memuaskan intelektualnya.
Selanjutnya ia kisahkan bahwa keputusannya adalah pindah keyakinan dari Kristen menjadi Katolik ketika menjadi mahasiswa. Ia menyadari bahwa kesarjanaan Bible yang ia miliki malah menambah pertanyaan yang dulu tidak pernah muncul dan jadi masalah.
Setahun setelah menjadi penganut Katolik, Paul mengaku telah menjadi sosok yang mengidap islamofobia karena lingkungan tempat tinggalnya lagi.
Salah satu tantangan yang sulit ia alami ketika mengungkapkan keislamannya adalah dijauhi oleh teman-temannya yang sama-sama mengidap islamofobia.
Sejak mengungkapkan keislamannya, Paul mengakui ia dijauhi oleh beberapa temannya. Dan tidak lagi berbicara dengan mereka. Bukan karena berdebat sengit melainkan hanya tidak menyangka keputusan Paul Williams masuk Islam yang seolah-olah dianggap sudah melompat ke kamp musuh.
“Saya tidak buru-buru mengumumkan keputusan masuk Islam, karena saya akan kehilangan teman. Dan sungguh itu terjadi. Tepat saya bersyahadah, ia menolak berbicara dengan saya lagi. Itu cukup menyakitkan. Bukan karena kami ribut, tetapi karena terkejut dengan keputusan saya. Beberapa teman saya juga islamofobia. Jadi saya seolah-olah dianggap oleh mereka membelot ke kamp musuh,” pungkasnya. [] M. Siregar
0 Komentar