Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Miskin Rasa Aman, Tanda Banyak Ketidaktaatan


Topswara.com --  Tim Analis Pusat Data dan Analisis Kejahatan Transnasional (PDAKT) Bareskrim Polri Kombes Pol Ignatius Soeprapto turut merinci angka kriminalitas yang terjadi di Jabar sepanjang 2023 Polda Jawa Barat mencatat 11.301 tindak pidana dengan rata-rata pidana sebanyak 2.825 per bulan.

Adapun jenis tindak pidana yang paling sering terjadi di Jabar sepanjang 2023 yaitu kategori pencurian dengan pemberatan (curat). Kemudian penipuan/perbuatan curang, pencurian kendaraan bermotor (curanmor) roda dua, penganiayaan hingga pencurian biasa.

Merespons hal itu, Kepala Kesbangpol Jabar lip Hidajat mengatakan pihaknya sudah melakukan berbagai upaya menekan angka kriminalitas di Jawa Barat. Salah satunya dengan cara membangun komunikasi bersama TNI-Polri, BNPT, Densus BIN dan Kemenko Polhukam. (detik.com, 14/4/2023).

Dilansir dari republika.co.id (8/1/2019), Kriminolog Universitas Indonesia, Bambang Widodo Umar menilai Kejahatan jalanan menjadi dominasi dari sekian jenis tindak kriminal karena pelemahan ekonomi sangat berdampak pada masyarakat kelas bawah.

Kejahatan jalanan atau blue color crime disebut Bambang memang erat kaitannya dengan masyarakat kelas bawah. Apalagi, pelemahan ekonomi saat ini juga sangat dirasakan oleh para masyarakat menengah kelas bawah. Kesulitan memenuhi kebutuhan dasar terutama makan, seringkali membuat manusia nekat melakukan tindakan kriminal.

Tentu saja tingginya angka kejahatan membuat masyarakat merasa tidak aman. Dapat kita simpulkan bahwa jika di sebuah wilayah angka kriminalitas terkategori tinggi, banyak gangguan keamanan, maka sangat besar kemungkinan wilayah tersebut belum terwujud kesejahteraan atau kesejahteraan belumlah merata dirasakan semua rakyat di wilayah tersebut.

Namun sayangnya sebagian besar wilayah di muka bumi ini mengalami hal serupa. Dimana-mana marak terjadi kriminalitas kejahatan yang biasa sampai yang luar biasa. Dari mulai kejahatan kecil sampai dengan kejahatan sangat besar. 

Pelakunya pun beragam dari usia anak-anak sampai dengan lansia, dari mulai orang tidak dikenal hingga pelakunya merupakan orang-orang terdekat. Subhanallah, dunia semakin kacau balau saja. Inikah ciri-ciri bahwa kehidupan saat ini jauh dari rahmat Allah SWT?

Kapitalisme Menciptakan Kesenjangan Sosial

Perlu kita ketahui bahwa umat manusia di dunia tak terkecuali umat Islam hidup di bawah kendali ideologi kapitalisme yang menjauhkan Islam dari urusan kehidupan. Kapitalisme dengan sifatnya yang materialistis selalu menciptakan kesenjangan sosial yang sangat mencolok. 

Ada yang sangat kaya dan disaat bersamaan banyak yang miskinnya keterlaluan. Maka kita mengenal istilah untuk mewakili kondisi demikian, yaitu crazy rich versus missquenn.

Bagaimana tidak kaya gila-gilaan, jika dalam kapitalisme manusia punya peluang untuk menjadi pengusaha sumber daya alam (SDA), seperti pengusaha batubara, minyak bumi, tambang emas dan sebagainya. Jadilah mereka bisa menguasai SDA tersebut dan mendapatkan keuntungan berlimpah. 

Di satu sisi banyak orang yang mengalami kesulitan hidup walaupun dalam masalah makan yang merupakan kebutuhan sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia.

Bukan hanya menciptakan jurang perbedaan yang dalam antara kaya dan miskin, tapi kapitalisme juga meniscayakan terjadinya resesi ekonomi secara berkala yang berakibat munculnya PHK besar-besaran. 

Pengusaha yang kalah modal harus burung tikar dan sebagainya. Hal ini hanya memperparah kondisi perekonomian rakyat ditandai dengan pengangguran terus bertambah, jumlah masyarakat miskin cenderung terus bertambah dari waktu ke waktu. 

Kapitalisme dengan sekulerismenya juga makin menggerus keimanan umat Islam karena melarang agama mengatur urusan kehidupan selain urusan ibadah ritual dan spiritual.

Jadi dapat dipastikan dalam kondisi seperti inilah gangguan keamanan bermunculan. Kesulitan memenuhi kebutuhan dasar didukung iman yang tipis akhirnya melahirkan manusia-manusia yang gelap mata, menghalalkan segala cara. Lahirlah ungkapan di tengah-tengah masyarakat, "Cari yang haram aja susah, apalagi yang halal.' Astaghfirullah na'udzubillah.

Kapitalisme melahirkan orang-orang pesimis dan memiliki harapan hidup yang rendah. Sepatutnya ini menjadi evaluasi bagi kita manusia terkhusus bagi umat Islam. Benarkah kita telah membuktikan keimanan kepada Allah SWT dengan menegakkan semua syariatNya di bumiNya? Bagi orang yang mau berpikir tentu miskinnya rasa aman saat ini adalah salah satu akibat dari ketidaktaatan kita kepada Allah SWT di berbagai aspek kehidupan.

Kondisi tersebut serupa dengan apa yang Allah SWT firmankan di dalam Al-Qur'an surah An-Nahl ayat 112,

وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلْجُوعِ وَٱلْخَوْفِ بِمَا كَانُوا۟ يَصْنَعُونَ

Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.

Salah satu bentuk mengingkari nikmat adalah mendustakan ajaran Rasul SAW, yaitu ajaran Islam yang mulia. Padahal Allah SWT telah menjadikan Islam sebagai solusi semua problematika kehidupan. Oleh karena itu, Islam harus ditegakkan secara sempurna dan menyeluruh sehingga rasa aman, tentram dan sejahtera akan terwujud di bumi ini.

Nabi SAW bersabda, 

"Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya, pada diri keluarga dan masyarakatnya, diberikan kesehatan badan dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya."
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dari hadis tersebut jelas bisa mensejajarkan rasa aman dengan kesehatan dan tercukupinya pangan dalam setiap rumah. Sampai-sampai dikiaskan terkumpulnya dunia pada setiap orang. Inilah konsep Islam memposisikan keamanan, kesehatan dan kebutuhan primer lainnya. 

Disyariatkan agar siapapun yang duduk sebagai penguasa dalam hal ini seorang khalifah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyatnya baik kebutuhan dasar yang dipenuhi secara tidak langsung, yaitu sandang, pangan, papan ataupun kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara secara langsung kepada setiap anggota masyarakatnya.

Untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, syariat mewajibkan para lelaki dewasa, para ayah untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan negara memudahkan para kepala keluarga untuk memperoleh penghasilan dengan cara yang halal. 

Lapangan pekerjaan dibuka seluas-luasnya, sistem pendidikan diberikan cuma-cuma kepada rakyat. Dehingga memudahkan setiap orang menjadi ahli atau profesional di bidang tertentu yang ia tekuni.

Bagi orang-orang yang tidak mampu menafkahi, seperti para lansia, penyandang disabilitas yang tidak memungkinkan untuk bekerja akan menjadi tanggungan kerabatnya. Namun jika pun tidak dijumpai satupun kerabat atau tidak ada kerabat yang mampu menanggungnya, maka ini menjadi tanggungan baitul mal dengan jaminan dari khalifah.

Sistem ekonomi Islam pun mengatur tentang sumber daya alam yang jumlahnya berlimpah sebagaimana air mengalir, maka ditetapkan sebagai harta milik umum yang dikelola negara dan hasilnya dikembalikan lagi untuk memenuhi kebutuhan rakyat, seperti dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan dan keamanan. 

Begitupun dengan sistem sanksi dalam Islam sedemikian tegas memberikan hukuman pada pelaku kejahatan. Hingga membuat jera pelakunya dan mencegah orang lain melakukan kejahatan serupa atau kejahatan lainnya. Begitulah kesempurnaan dan kelengkapan aturan-aturan Islam.

Dengan demikian sulit ditemui gangguan keamanan di tengah-tengah masyarakat Islam yang hidup dinaungi khilafah yang menegakkan syariat secara kaffah. Saat itulah akan terwujud Islam rahmatan lil 'alamin.


Oleh: Nabila Zidane 
(Analis Mutiara Umat Institute)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar